Senin, 27 Februari 2017

KONTIPASI



Pengertian Kontipasi

Konstipasi atau sembelit adalah kondisi sulit buang air besar secara teratur, tidak bisa benar-benar tuntas,  atau tidak bisa sama sekali. Secara umum, seseorang bisa dianggap mengalami konstipasi apabila buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu.

Tiap pengidap bisa mengalami konstipasi dengan tingkat keparahan berbeda-beda. Ada yang mengalaminya untuk waktu singkat dan ada juga yang jangka panjang atau kronis. Konstipasi kronis biasanya menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman yang bisa memengaruhi rutinitas sehari-hari.

Gejala Kontipasi

Gejala utama konstipasi adalah kesulitan buang air besar dengan frekuensi yang lebih jarang dari biasanya (kurang dari tiga kali dalam seminggu). Sementara sejumlah tanda-tanda umum yang menyertai gejala utama meliputi:

·         Harus mengejan saat buang air besar.

·         Proses buang air besar terasa tidak tuntas.

·         Tinja terlihat kering, keras, atau bergumpal.

·         Ukuran tinja bisa besar atau sangat kecil.

·         Terasa ada yang mengganjal pada rektum.

·         Sakit dan kram perut, terutama pada perut bagian bawah.

·         Perut terasa kembung.

·         Mual

·         Tidak nafsu makan.

Periksakan diri ke dokter apabila Anda mengalami gejala konstipasi disertai kelelahan, penurunan berat badan tanpa alasan jelas, mual, muntah, serta pendarahan pada rektum.

Konstipasi juga sering dialami oleh bayi dan anak-anak dengan gejala yang mirip dengan orang dewasa. Tetapi ada beberapa gejala lain yang mungkin akan dialami oleh anak-anak dan bayi, seperti sering mengeluarkan bercak-bercak di celana karena tinja yang menumpuk di rektum, tinja atau kentut berbau busuk, serta cenderung terlihat lemas, rewel atau murung.

Segera bawa anak Anda ke dokter jika mengalami konstipasi. Penanganan dengan obat pencahar untuk anak sering dianjurkan oleh dokter.

Penyebab Kontipasi

Konstipasi umumnya terjadi ketika tinja bergerak terlalu lamban dalam sistem pencernaan. Akibat banyak sisa-sisa makanan yang tertinggal terlalu lama, kolon atau usus besar akan menyerap air makin banyak, sehingga membuat tinja menjadi keras dan kering.

Penyakit ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang terkadang terjadi secara bersamaan. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:

·         Pola makan yang buruk, misalnya kurang mengonsumsi serat atau kurang minum.

·         Kurang aktif dan jarang melakukan olahraga.

·         Mengabaikan keinginan untuk buang air besar.

·         Rasa tidak leluasa saat menggunakan toilet.

·         Kekurangan atau kelebihan berat badan.

·         Gangguan mental, seperti kecemasan atau depresi.

·         Penyakit atau kondisi medis lain, misalnya diabetes, prolaps rektum, penyumbatan atau penyempitan usus, kanker usus besar, stroke, penyakit Parkinson, cedera saraf tulang belakang, hipotiroidisme, serta hipertiroidisme.

·         Efek samping obat-obatan tertentu, contohnya suplemen kalsium, suplemen zat besi, antasida yang mengandung aluminium, obat diuretik, analgesik yang mengandung opium (seperti kodein dan morfin), antidepresan, antiepileptik untuk pengobatan epilepsi, serta antipsikotik untuk pengobatan skizofrenia dan penyakit kejiwaan lainnya. Jika penyebabnya memang obat, konstipasi biasanya akan reda saat Anda berhenti meminum obat tersebut.

Kontipasi PadaBayi dan Anak-anak

Bayi dan anak-anak sering mengalami konstipasi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkannya adalah:

·         Pola makan yang buruk.

Misalnya bayi yang minum susu terlalu banyak atau anak-anak yang makan dengan porsi berlebihan, kurang minum air putih, atau kurang asupan seratnya.

·         Sering  menahan keinginan buang air besar.

Contohnya karena terlalu asyik bermain.

·         Merasa tertekan saat latihan menggunakan  toilet.

Misalnya karena diajari terlalu dini atau karena orang tua yang terlalu sering menasihati.

·         Perubahan rutuinitas.

Seperti cemas karena hari pertama masuk sekolah.

·         Rasa cemas atau tidak nyaman saat menggunakan toilet.

Contohnya karena trauma saat latihan.

·         Adanya kelainan.

Misalnya karena anus dan rektum bayi tidak terbentuk secara sempurna atau adanya gangguan pada sistem pencernaan.

Kontipasi dan Kerhamilan

Konstipasi juga sering dialami oleh ibu hamil pada masa awal kehamilan karena tubuh mereka memproduksi lebih banyak hormone progesteron wanita. Peningkatan hormon yang berfungsi sebagai pelemas otot ini membuat otot usus sulit berkontraksi dan mendorong kotoran keluar.

Diagnosis Kontipasi

Pada pemeriksaan awal, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan, gejala, gaya hidup, serta rutinitas Anda. Riwayat kesehatan Anda juga akan menjadi faktor yang dapat membantu proses diagnosis oleh dokter.

Sejumlah kondisi yang menjadi pertimbangan dokter saat melakukan diagnosis meliputi apakah Anda perlu mengejan lebih lama tiap buang air besar, frekuensi buang air besar yang kurang dari tiga kali seminggu, dan tekstur tinja yang sering kali keras atau berbentuk butiran.

Pemeriksaan fisik juga akan dilakukan apabila Anda mengalami impaksi feses atau penumpukan tinja yang kering dan keras di rektum. Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui anus atau dengan meraba perut (khususnya pada pasien anak-anak).

Tetapi jika Anda mengalami gejala konstipasi yang parah atau tidak kunjung sembuh meski sudah menjalani penanganan, dokter akan menganjurkan beberapa pemeriksaan lain untuk mendiagnosis atau menghapus kemungkinan adanya penyakit lain. Di antaranya:

·         Rontgen perut.

·         Pemeriksaan manometri anorektal. Proses ini menunjukkan tingkat kinerja otot dan saraf di sekitar rektum.

·         Kolonoskopi.

·         CT scan.

·         Tes darah guna memeriksa kadar hormon dalam tubuh, terutama hormon tiroid.

Pengobatan Kontipasi

Langkah penanganan konstipasi bertujuan untuk melancarkan pencernaan agar pengidap dapat buang air besar secara teratur (setidaknya sekali dalam 2-3 hari dan tanpa mengejan).Penanganan pertama untuk konstipasi yang sering dianjurkan adalah memperbaiki pola makan dan gaya hidup, terutama peningkatan konsumsi serat. Tingkat kecukupan serat yang terkandung di dalam asupan makanan, seperti buah, sayur, serta gandum, akan berdampak pada kelancaran sistem pencernaan.

Selain serat, ada juga beberapa langkah lain yang berguna dalam melancarkan sistem pencernaan tubuh kita. Langkah-langkah sederhana tersebut adalah:

·         Memperbanyak konsumsi air putih sehingga terhindar dari dehidrasi.

·         Hindari kafein karena dapat memicu dehidrasi.

·         Meningkatkan frekuensi olahraga, misalnya lari pagi atau sore tiap hari.

·         Jangan mengabaikan keinginan untuk buang air besar.

·         Coba letakkan lutut Anda pada posisi lebih tinggi dari pinggul pada saat buang air besar, misalnya saat duduk di toilet gunakan bangku kecil untuk meletakkan kaki.

Penanganan Kontipasi Dengan Obat Pencahar

Apabila langkah penanganan awal kurang efektif, dokter umumnya akan menganjurkan penggunaan obat pencahar. Harap diingat bahwa selama menggunakan obat ini, Anda atau anak Anda disarankan mengonsumsi banyak air putih untuk menghindari dehidrasi. Obat pencahar ini akan melancarkan proses buang air besar dan tersedia dalam beberapa jenis, yaitu:

·         Obat pencahar osmotik.

Pencahar ini akan meningkatkan jumlah cairan dalam usus sehingga feses akanmenjadi lebih lunak dan merangsang usus untuk mendorong tinja keluar. Contoh obat yang biasa diberikan oleh dokter adalah laktulosa dan macrogol.

·         Obat pencahar pembentuk tinja.

Obat ini akan membuat tinja Anda mempertahankan cairan yang dikandung sehingga menjadi lunak dan dapat dikeluarkan dengan mudah. Oleh karena itu, penderita sebaiknya banyak minum air ketika menggunakan obat pencahar jenis ini. Sekam ispaghula dan metilselulosa adalah dua contoh obat pencahar pembentuk tinja yang sering diberikan oleh dokter.

·         Obat pencahar stimulant.

Obat ini akan merangsang dan membantu otot saluran pencernaan untuk mendorong tinja dalam usus besar menuju anus. Pencahar stimulan diberikan jika tinja tetap sulit keluar, meski sudah lunak. Jenis yang sering diberikan adalah senna, bisacodyl dan sodium picosulphate.

Durasi penggunaan obat pencahar tergantung kepada tingkat keparahan konstipasi yang Anda alami. 

Jika mengalami konstipasi akibat obat atau penyakit lain, Anda mungkin harus mengonsumsi pencahar untuk waktu yang lebih lama seperti berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Dosisnya juga harus dikurangi secara bertahap dan satu demi satu apabila Anda menggunakan kombinasi dari beberapa jenis obat pencahar. Tapi bila konstipasi terjadi tiba-tiba dan dalam jangka waktu pendek, maka pencahar dapat segera dihentikan ketika feses sudah lunak dan mudah dikeluarkan.

Obat pencahar juga dapat digunakan oleh ibu hamil, karena sebagian besar obat ini tidak diserap oleh sistem pencernaan sehingga tidak akan berdampak pada janin. Pencahar yang aman untuk masa kehamilan adalah pencahar osmotik laktulosa dan macrogol. Jika keduanya tidak efektif, dokter akan menganjurkan bisacodyl atau senna (pencahar stimulan) dosis rendah. Tetapi senna tidak cocok untuk diminum pada masa kehamilan trimester ketiga, karena sebagian obat ini akan terserap oleh sistem pencernaan. 

Penanganan Kontipasi Pada Bayi

Langkah penanganan untuk bayi tergantung pada apakah bayi Anda sudah mengonsumsi makanan padat atau belum.

Konstipasi pada bayi yang belum disapih atau belum mengonsumsi makanan padat dapat ditangani dengan memberikan air putih di sela-sela jadwal pemberian susu. Jika bayi Anda mengonsumsi susu formula, berikanlah sesuai takaran dan tidak perlu dikurangi. Menggerakkan kakinya seperti mengayuh sepeda atau memijat perutnya dengan hati-hati mungkin bisa Anda lakukan untuk merangsang kontraksi ususnya.

Sedangkan penanganan konstipasi pada bayi yang sudah mengonsumsi makanan padat dapat dilakukan dengan memberinya air putih atau jus buah bercampur air. Jika memungkinkan, Anda juga bisa memberinya buah yang sudah dihaluskan atau dicincang. Buah-buahan yang cocok dikonsumsi bayi yang mengalami konstipasi antara lain anggur, apel, alpukat, kiwi, pisang, mangga, stroberi, dan pepaya.

Jika perubahan pola makan ini tidak efektif atau bayi yang mengalami konstipasi tingkat parah, dokter biasanya akan memberikan pencahar osmotik terlebih dulu sebelum pencahar stimulan jika memang dibutuhkan. Sementara obat pencahar pembentuk tinja tidak dianjurkan untuk bayi. 

Langkah Pengobatan Kontipasi Untuk Impaksi Feses

Impaksi feses terjadi saat ada tinja keras dan kering yang menumpuk serta menyumbat rektum. Pengobatan untuk komplikasi ini biasanya dilakukan dengan mengombinasikan obat pencahar osmotik macrogol dosis tinggi dan obat pencahar stimulan.

Tetapi, jika tubuh Anda tidak bereaksi terhadap pencahar ini, dokter akan memberikan enema kecil atau supositoria. Enema adalah obat cair yang disuntikkan ke dalam usus besar melalui anus.

Docusate dan natrium sitrat bisa diberikan sebagai enema. Sedangkan supositoria adalah kapsul yang dimasukkan melalui anus. Obat ini akan larut secara bertahap, lalu terserap ke dalam aliran darah. Contohnya adalah bisacodyl.

Komplikasi Kontipasi

Konstipasi jarang menyebabkan komplikasi, kecuali Anda mengalaminya dalam jangka panjang atau kronis. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah:

·         Hemoroid atau wasir.

Pembengkakan dinding anus akibat pelebaran pembuluh darah yang biasanya disebabkan oleh proses mengejan yang terlalu lama. Pembuluh darah ini bisa pecah sehingga menyebabkan pendarahan.

·         Fisura pada anus.

Mengejan terlalu lama dan tinja yang keras atau besar dapat mengakibatkan fisura atau robeknya kulit pada dinding anus.

·         Impaksi feses.

Menumpuknya tinja yang kering dan keras di rektum akibat konstipasi yang berlarut-larut.

·         Prolaps rektum.

Rektum jatuh dari posisinya di dalam tubuh dan mencuat keluar dari anus akibat terlalu lama mengejan.

Pencegahan Kontipasi

Konstipasi termasuk kondisi kesehatan yang bisa kita hindari. Beberapa langkah sederhana untuk mencegah kondisi ini adalah:

·         Memperbanyak konsumsi serat.

Misalnya dengan makan sayur, buah, beras merah, sereal, biji-bijian, serta kacang-kacangan.

·         Meningkatkan konsumsi cairan.

Agar kotoran dalam usus selalu lunak.

·         Kurangi konsumsi minuman berkafein.

Jenis minuman ini berpotensi meningkatkan risiko dehidrasi.

·         Hindari produk susu.

Jenis makanan atau minuman yang terbuat  dari susu juga bisa memicu kemungkinan konstipasi pada sebagian orang.

·         Meningkatkan frekwensi olahraga.

Lakukan setidaknya 2 hingga 3 jam dalam seminggu. Rutin berolahraga tidak hanya akan membantu menurunkan risiko konstipasi, tapi dapat mencegah penyakit lain.

·         Janganmengabaikan keinginan untu buang air besar.

Kebiasaan menahan keinginan buang air besar akan meningkatkan risiko konstipasi.

·         Mengatur kebiasaan buang air besar.

Agar dapat dilakukan dengan leluasa dan nyaman.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar