Jumat, 02 Juni 2017

SINDROM NEFROTIK



Pengertian Sindrom Nefrotik

Sindrom nefrotik adalah gangguan ginjal yang menyebabkan tubuh manusia kehilangan terlalu banyak protein yang dibuang melalui urine. Meski jarang terjadi, sindrom nefrotik dapat dialami oleh siapa saja. Sindrom nefrotik umumnya terdeteksi pertama kali pada anak-anak, terutama yang berusia antara 2 sampai 5 tahun.

Selain kandungan protein dalam urine, ada beberapa gejala dan perubahan fisik yang dapat mengindikasikan sindrom nefrotik. Di antaranya adalah:

·         Penumpukan cairan atau edema.

Berkurangnya kadar protein dalam darah akan memperlambat aliran air dari jaringan tubuh untuk masuk ke pembuluh darah. Akibatnya, air akan menumpuk di jaringan tubuh dan menyebabkan pembengkakan, terutama di sekitar mata, pergelangan kaki, dan kaki. Penumpukan ini juga dapat memicu kenaikan berat badan.

·         Perubahan pada urine.

Karena mengandung protein yang tinggi, urine biasanya akan berbuih. Selain itu, anak yang menderita sindrom nefrotik seringkali mengalami penurunan jumlah dan frekuensi berkemih.

·         Rentan terkena infeksi.

Antibodi merupakan salah satu jenis protein dalam darah yang berfungsi untuk melawan infeksi. Apabila jumlah protein dalam darah menurun, antibodi juga akan berkurang jumlahnya sehingga penderitanya akan lebih rentan untuk mengalami infeksi.

·         Pembekuan darah.

Protein-protein penting yang berfungsi untuk mencegah gumpalan darah juga akan ikut terbuang melalui urine pada penderita sindrom nefrotik. Akibatnya, risiko untuk terjadinya kondisi serius akibat pembekuan darah pun akan meningkat.

·         Tekanan darah tinggi.

Ginjal merupakan salah satu organ penting yang berfungsi untuk mengatur tekanan darah dalam tubuh. Gangguan pada ginjal akan berisiko untuk meningkatkan tekanan darah seseorang. Selain itu, perubahan keseimbangan protein dalam darah juga turut memicu terjadinya tekanan darah tinggi.

Sindrom nefrotik juga dapat gejala-gejala sampingan lainnya seperti mudah lelah, nafsu makan menurun, muntah dan diare, serta penyusutan otot dan perubahan warna kulit menjadi putih (leukonychia).  Jika Anda atau anak Anda menunjukkan gejala-gejala tersebut, segera temui dokter agar dapat segera ditangani dengan seksama.

Penyebab Sindrom Nefrotik

Pada kondisi normal, urine biasanya tidak mengandung protein. Glomeruli atau sekelompok pembuluh darah dalam ginjal akan menyaring darah dan memisahkan zat yang dibutuhkan tubuh dari zat-zat buangan lain yang harus dibuang dari tubuh. Tetapi jika terjadi kerusakan atau ‘kebocoran’ pada glomeruli, tubuh akan kehilangan fungsi penyaringan tersebut, sehingga protein-protein yang seharusnya tersaring menjadi ikut keluar bersama urine.

Kerusakan pada glomeruli inilah yang merupakan penyebab utama sindrom nefrotik. Terdapat berbagai jenis penyakit serta kondisi kesehatan yang bisa menyebabkan kerusakan tersebut, di antaranya: 

·         Perubahan minimal pada glomeruli. Disebut perubahan minimal karena kondisi ginjal tampak normal saat dilihat di bawah mikroskop, namun terdapat sedikit perubahan pada glomeruli yang menyebabkan kebocoran protein. Meskipun belum pasti, namun penyebab perubahan minimal pada glomeruli ini diduga diakibatkan oleh gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Diperkirakan sekitar 90 persen sindrom nefrotik pada anak disebabkan oleh penyakit ini.

·         Glomerulosklerosis segmental atau fokal. Ini merupakan kondisi di mana terbentuk jaringan parut pada glomeruli. Sekitar 10% sindrom nefrotik disebabkan oleh kondisi ini. Jaringan parut kemungkinan disebabkan oleh gangguan genetik atau akibat penyakit kronis lainnya.

·         Nefropati membranosa atau glomerulonefritis membranosa. Penyakit ini menyebabkan penebalan pada membran glomeruli dan merupakan penyebab umum sindrom nefrotik pada penderita dewasa.

·         Kondisi lain yang dapat menyebabkan kerusakan glomeruli, seperti nefropati diabetes atau komplikasi ginjal akibat diabetes, lupus, anemia bulan sabit, HIV, hepatitis, sifilis, berapa jenis kanker (misalnya leukemia, myeloma dan limfoma) atau efek samping obat-obatan tertentu, seperti obat antiinflamasi non steroid (OAINS) atau obat pereda infeksi lainnya.

Proses Diagnosis Sindrom Nefrotik

Pada pemeriksaan awal, dokter umumnya akan menanyakan kondisi kesehatan serta gejala-gejala yang dialami. Jika menduga Anda mengidap sindrom nefrotik, dokter akan menganjurkan beberapa metode diagnosis yang lebih mendetail. Pemeriksaan tersebut meliputi:

·         Tes urine.

Kadar protein yang tinggi dalam urine mengindikasikan sindrom nefrotik. Tes ini menggunakan sebuah alat yang dinamakan Anda biasanya diminta untuk memberikan sampel-sampel urine selama 24 jam untuk memastikan diagnosis. Penderita sindrom nefrotik umumnya akan menunjukkan kadar protein yang tinggi dalam urine.

·         Tes darah.

Umumnya, penderita sindrom nefrotik akan memiliki kadar albumin yang rendah dalam darah. Tes darah juga digunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal.

·         Biopsi Ginjal.

Prosedur ini digunakan untuk mengambil sampel jaringan pada ginjal yang kemudian akan diperiksa di laboratorium.

Langkah Pengobatan Sindrom Nefrotik

Penanganan sindrom nefrotik berbeda-beda untuk tiap penderita. Penentuan jenis pengobatan tergantung pada penyakit yang menyebabkan kondisi tersebut.

Dokter umumnya menganjurkan obat-obatan untuk mengurangi gejala atau mengatasi komplikasi yang Anda alami. Contoh obat-obatan tersebut adalah: 

·         Diuretik yang berfungsi untuk membuang cairan yang berlebihan dari dalam tubuh melalui urine.

·         Obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

·         Obat antikoagulan yang digunakan untuk menurunkan risiko penggumpalan darah.

·         Steroid untuk menangani peradangan atau glomerulonefritis perubahan minimal.

·         Imunosupresan yang digunakan untuk mengurangi inflamasi dan menekan respons abnormal dari sistem kekebalan tubuh.

·         Penisilin untuk menekan risiko infeksi dalam tubuh.

Untuk penderita glomerulonefritis perubahan minimal, 90 persen penderitanya dapat diobati secara efektif dengan steroid dalam waktu 6-8 minggu.

Bagi anak yang mengidap sindrom nefrotik bawaan atau kongenital, dokter akan memberikan albumin melalui infus. Dokter juga mungkin akan menyarankan dialisis atau cuci darah, operasi pengangkatan atau transplantasi ginjal sebagai pengobatan.

Tingkat kesembuhan dari kondisi ini sangat bergantung pada penyebab, tingkat keparahan, dan respon tubuh terhadap pengobatan. Umumnya anak-anak dapat sembuh dari kondisi ini walau sekitar 70 persen kembali mengalaminya lagi di masa depan. 

Komplikasi Sindrom Nefrotik

Sindrom nefrotik yang tidak ditangani dengan efektif dapat menyebabkan berbagai komplikasi dan beberapa di antaranya bisa berakibat fatal. Sejumlah komplikasi yang berpotensi muncul meliputi:

·         Meningkatnya risiko infeksi dan penggumpalan darah.

·         Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah.

·         Anemia.

·         Kekurangan gizi, misalnya defisiensi vitamin D dan kalsium.

·         Hipertensi.

·         Gagal ginjal akut.

·         Penyakit ginjal kronis.

Pencegahan Sindrom Nefrotik

Untuk mencegah terserang sindrom nefrotik, cara terbaik yang dapat dilakukan adalah mengonsumsi nutrisi sehat dan seimbang.

Contohnya adalah mengonsumsi makanan berprotein tinggi dan mengurangi konsumsi makan yang mengandung garam, lemak, serta kolestrol.

Tanyakan pada dokter mengenai diet yang tepat untuk kondisi fisik Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar