Selasa, 03 Oktober 2017

PENYAKIT KUNING



Pengertian Penyakit Kuning

Penyakit kuning adalah kondisi yang ditandai dengan menguningnya kulit, sklera (bagian putih dari mata), serta membran mukosa hidung dan mulut akibat penumpukan bilirubin di dalam darah dan jaringan-jaringan tubuh lain. Gejala lainnya bisa berupa urine yang berwarna keruh (gelap) dan tinja yang berwarna pucat.

Bilirubin terbentuk ketika hemoglobin terurai akibat proses pembaruan sel darah merah yang sudah tua atau telah rusak. Setelah bilirubin terbentuk, zat ini kemudian masuk ke pembuluh darah untuk selanjutnya dibawa ke hati. Di dalam organ ini, bilirubin kemudian bercampur dengan empedu. Bilirubin yang telah bercampur dengan empedu ini lalu dipindahkan ke saluran pencernaan melalui saluran empedu sebelum akhirnya dibuang ke luar tubuh beserta urine dan tinja.

Jika proses di atas mengalami gangguan dan bilirubin terlambat masuk ke hati atau saluran empedu, maka zat ini akan bertumpuk di dalam darah dan mengendap di kulit sehingga terlihatlah gejala penyakit kuning.
Penyakit kuning dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pre-hepatic, intra-hepatic, dan post-hepatic. Penyakit kuning pre-hepatic terjadi ketika sel darah merah mengurai terlalu cepat sebelum waktunya sehingga kadar bilirubin meningkat pesat. Kondisi ini bisa diakibatkan oleh penyakit anemia hemolitik, malaria atau anemia sel sabit. Penyakit kuning pre-hepatic bisa diderita oleh segala usia.

Berbeda dari pre-hepatic, penyakit kuning intra-hepatic terjadi ketika hati mengalami kerusakan sehingga kemampuan organ tersebut dalam memproses bilirubin menjadi terganggu. Kerusakan hati bisa disebabkan oleh hepatitis dan sirosis. Penyakit kuning intra-hepatic kebanyakan diderita oleh orang-orang yang sudah menginjak usia paruh baya.

Sedangkan untuk jenis penyakit kuning yang ketiga, yaitu post-hepatic, terjadi karena adanya gangguan di dalam saluran empedu sehingga bilirubin tidak sepenuhnya terbuang ke dalam saluran pencernaan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh batu empedu, pankreatitis, atau tumor. Sama seperti intra-hepatic, penyakit kuning post-hepatic kebanyakan diderita oleh orang-orang yang sudah menginjak usia paruh baya.

Penyebab Penyakit Kuning

Penyakit kuning terjadi ketika proses pembuangan zat bilirubin yang merupakan hasil dari penguraian sel darah merah mengalami gangguan sehingga bertumpuk di dalam darah dan jaringan tubuh.

Berdasarkan letak terjadinya gangguan tersebut, penyakit kuning dibagi menjadi menjadi tiga jenis. Pertama adalah penyakit kuning pre-hepatic. Pada kondisi ini, gangguan terletak pada sel darah merah. Sel darah merah mengalami penguraian terlalu cepat mengakibatkan kadar bilirubin meningkat pesat. Tingginya kadar bilirubin di dalam aliran darah membuat organ hati kewalahan melakukan metabolisme sehingga muncullah gejala penyakit kuning. Ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan sel darah merah terurai dengan cepat, di antaranya:

·         Anemia sel sabit.

·         Anemia hemolitik

·         Malaria.

·         Talasemia.

·         Sferositosis turunan.

·         Sindrom Crigler-Najjar.

·         Defisiensi enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase.

Jenis penyakit kuning yang kedua adalah intra-hepatic. Pada kondisi ini, gangguan terletak di dalam hati. Organ tersebut mengalami kerusakan sehingga tidak bisa memproses bilirubin. Ada beberapa faktor yang bisa membuat hati rusak, di antaranya:

·         Konsumsi minuman beralkohol berlebihan.

·         Sirosis.

·         Sindrom Gilbert.

·         Leptospirosis.

·         Hepatitis A, B, dan C.

·         Demam kelenjar.

·         Kanker hati.

·         Overdosis parasetamol.

·         Penggunaan ekstasi.

·         Paparan carbon tetrachloride (bahan yang dipakai untuk pembuatan kulkas) atau phenol (bahan yang dipakai dalam pembuatan plastik).

·         Sindrom Dubin-Johnson.

·         Obesitas.

Jenis penyakit kuning yang ketiga adalah post-hepatic. Pada kondisi ini, gangguan terletak di dalam saluran empedu. Gangguan bisa berupa penyumbatan, inflamasi, atau bahkan kerusakan jaringan. Jika saluran empedu terganggu, maka proses pemindahan bilirubin ke dalam saluran pencernaan tidak akan berjalan lancar. Sejumlah kondisi yang bisa menyebabkan gangguan saluran empedu di antaranya adalah:

·         Kolangitis sklerotik primer (kelainan autoimun yang menyebabkan pembengkakan saluran empedu yang berada di dalam jaringan hati).

·         Pankreatis

·         Batu empedu.

·         Cholangitis.

·         Kanker pankreas, kanker saluran empedu, dan kanker kandung empedu.

Diagnosis Penyakit Kuning

Karena penyakit kuning bisa disebabkan oleh banyak hal, maka tujuan dari pemeriksaan adalah untuk mencari penyebab tersebut. Dalam hal ini biasanya dokter akan menanyakan tentang latar belakang kesehatan pasien terlebih dahulu, misalnya apakah pasien baru-baru ini mengalami penurunan berat badan, gatal pada kulit, nyeri perut, atau bahkan gejala-gejala flu sebelum penyakit kuning muncul sebagai indikasi dari hepatitis. Contoh pertanyaan lain yang mungkin diajukan adalah apakah pasien menggunakan obat-obatan tertentu, gemar minuman beralkohol, atau bekerja di tempat yang berisiko terpapar zat-zat penyebab penyakit kuning.

Selain dengan bertanya, pemeriksaan fisik juga akan dilakukan oleh dokter untuk mencari tahu penyebab penyakit kuning. Sebagai contoh, jika pada sisi perut lokasi organ hati berada mengalami pembengkakan, kemungkinan besar pasien menderita hepatitis.

Untuk mendukung analisis awal dokter, sejumlah tes lanjutan kemungkinan akan ditawarkan pada pasien. Beberapa tes tersebut di antaranya adalah:

·         Tes darah untuk mengetahui fungsi hati

Seberapa baik fungsi hati bisa diketahui dokter dari kadar enzim dan protein yang diproduksi organ tersebut. Ketika hati mengalami kerusakan, sejumlah enzim akan dilepaskan hati ke dalam darah dan protein yang diproduksi organ tersebut, untuk menjaga tubuh tetap sehat, akan menurun. Tes darah juga biasanya dilakukan jika dokter mencurigai bahwa penyakit kuning disebabkan oleh penyakit malaria atau hepatitis C. Konsumsi minuman beralkohol berlebihan juga bisa menjadi pemicunya.

·         tes urin untuk mengetahui kadar urobilinogen

Urobilinogen adalah zat yang diproduksi setelah bakteri sistem pencernaan mengurai bilirubin. Rendahnya kadar urobilinogen di dalam urine bisa mengindikasikan pasien menderita penyakit kuning post-hepatic. Sedangkan tingginya kadar urobilinogen di dalam urine bisa berarti pasien menderita penyakit kuning pre-hepatic atau intra-hepatic.

·         Pemindaian untuk mengetahui adanya kelainan di dalam hati dan sistem saluran empedu.

Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk menguatkan bukti jika dokter mencurigai pasien menderita penyakit kuning inta-hepatic atau post-hepatic. Contoh-contoh pemindaian adalah USG, CT scan, MRI scan, dan endoskopi.

·         Biopsi

Melalui metode ini, sampel sel hati pasien akan diambil dan diperiksa di laboratorium dengan menggunakan mikroskop. Tujuannya adalah untuk memastikan apakah gejala sakit kuning disebabkan oleh kerusakan pada jaringan hati. Biopsi biasanya ditawarkan jika dokter mencurigai pasien menderita kanker hati atau sirosis.

Pengobatan Penyakit Kuning

Pengobatan penyakit kuning tergantung dari jenis dan penyebabnya. Pada kasus penyakit kuning pre-hepatic, tujuan pengobatan adalah untuk mengantisipasi penguraian sel darah merah yang terlalu cepat sehingga penumpukan bilirubin dapat dicegah. Sebagai contoh, jika pre-hepatic disebabkan oleh penyakit talasemia atau anemia sel sabit, maka dokter akan menyarankan prosedur transfusi darah. Sedangkan jika disebabkan oleh malaria, maka pengobatan dengan obat antimalaria akan dibutuhkan. Beberapa contoh obat antimalaria di antaranya adalah mefloquine, doxycycline, atovaquone plus proguanil, serta kombinasi chloroquine dan proguanil.

Pada kasus penyakit kuning intra-hepatic, tujuan pengobatan adalah untuk memperbaiki kerusakan hati dan mencegah meluasnya kerusakan pada organ tersebut. Sebagai contoh, jika kerusakan hati disebabkan oleh konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan, maka penderita wajib membatasinya. Jika disebabkan oleh paparan zat kimia tertentu, maka penderita harus menghindarinya. Jika kerusakan hati disebabkan oleh infeksi virus (misalnya pada penyakit demam kelenjar atau hepatitis viral), maka penggunaan obat antivirus mungkin akan dibutuhkan. Namun apabila kerusakan pada hati sudah terlalu parah dan sulit diperbaiki, maka dokter kemungkinan akan menyarankan operasi transplantasi atau pencangkokan hati.

Pada kasus penyakit kuning post-hepatic, tujuan pengobatan adalah untuk menghilangkan penyumbatan di dalam saluran empedu guna memperlancar pembuangan hemoglobin yang sudah bercampur dengan cairan empedu ke saluran pencernaan. Umumnya pengobatan pada kasus ini adalah melalui pembedahan. Jika dirasa perlu, dokter bahkan akan melakukan pengangkatan kandung empedu atau sebagian dari pankreas yang bermasalah untuk mencegah adanya penyumbatan lagi di masa mendatang.

Penanganan Penyakit Kuning pada Bayi

Pada sebagian besar kasus yang terjadi, gejala kuning pada bayi baru lahir tidak perlu mendapatkan penanganan medis dan akan hilang dengan sendirinya dalam waktu dua minggu setelah sistem pembuangan bilirubin di dalam tubuhnya berfungsi seratus persen.

Biarkan bayi Anda berada di luar rumah pada pagi hari atau sore hari untuk mendapatkan paparan sinar matahari yang hangat. Sinar matahri dapat membantu metabolisme bilirubin yang berlebihan di dalam darah bayi. Tapi hati-hati untuk tidak terlalu lama menjemur bayi sehingga tidak menyebabkan luka bakar akibat sinar matahari (sunburn) pada kulit bayi.

Pada kasus tertentu, metode penyinaran atau phototerapy  dengan lampu biru (blue light) mungkin akan diperlukan untuk menghilangkan bilirubin. Selama penyinaran, gelombang cahaya yang kandungannya mirip seperti sinar matahari akan diserap oleh kulit bayi. Cahaya tersebut akan merangsang tubuh bayi mengubah bilirubin menjadi kotoran dan akan larut bersama tinja. Selama menjalani phototerapy, bayi akan sering buang air besar dengan warna tinja yang kehijau-hijauan.

Pencegahan Penyakit Kuning

Tidak semua saran pencegahan penyakit kuning bisa dijabarkan secara spesifik mengingat banyak sekali penyebabnya. Namun beberapa contoh yang mungkin bisa diterapkan adalah dengan:

·         Melakukan vaksinasi hepatitis A dan B.

·         Menghindari penggunaan jarum suntik secara sembarangan. Selalu menggunakan kondom saat berhubungan seksual agar tidak tertular hepatitis B, dan terutama  hepatitis C yang belum ada vaksinnya.

·         Menjaga berat badan tetap pada batasan yang sehat.

·         Membatasi konsumsi minuman beralkohol karena zat ini bisa menyebabkan sirosis dan pankreatitis.

·         Membawa obat-obatan pereda malaria jika ingin melakukan perjalanan ke daerah yang rawan kondisi tersebut.

·         Selalu mengonsumsi makanan atau air minum yang bersih agar terhindar dari hepatitis A.

·         Menghindari paparan zat kimia yang dapat menyebabkan kerusakan pada hati.

·         Tidak merokok.

·         Tidak mengonsumsi obat secara sembarangan agar terhindar dari kerusakan hati.

·         Menjaga kadar kolesterol dalam tubuh agar tetap dalam batas normal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar