Sabtu, 21 Oktober 2017

RABUN DEKAT



Pengertian Rabun Dekat


Rabun dekat, atau yang disebut juga dengan hiperopia atau hipermetropia, sering dikaitkan sebagai masalah pembiasan. Pada mata yang mengalami hipermetropia, cahaya yang seharusnya dipantulkan tepat pada retina (lapisan mata yang sensitif terhadap cahaya) menjadi dipantulkan di belakang retina. Akibatnya, pengelihatan jarak dekat akan menjadi kabur dan mata akan menjadi mudah lelah.

Gejala Rabun Dekat

Kemungkinan besar menderita rabun dekat apabila mengalami gejala-gejala di bawah ini:

·         Objek jauh terlihat jelas, tapi objek dekat tampak tidak fokus dan buram.

·         Mata terasa lelah usai melihat objek dekat, seperti menggunakan komputer atau membaca.

·         Harus mengerlingkan mata untuk melihat dengan jelas.

·         Kesulitan membaca

·         Mata terasa panas dan gatal.

·         Sakit kepala.

Rabun dekat umumnya terjadi pada orang yang berusia di atas 40 tahun, namun sebagian kecil anak-anak juga bisa terlahir dengan kondisi ini.

Lensa mata anak-anak lebih fleksibel dibandingkan dengan orang dewasa, jadi biasanya anak-anak yang menderita rabun dekat tidak selalu memiliki masalah dengan penglihatan mereka. Namun rabun dekat pada anak-anak harus segera diatasi karena bisa menimbulkan komplikasi, seperti mata malas (amblyopia) atau mata juling (strabismus).

Periksakan kondisi mata anak Anda secara rutin ke dokter untuk mengetahui apakah ada masalah pada penglihatannya.

Penyebab Rabun Dekat

Rabun dekat terjadi karena cahaya yang masuk ke mata tidak terfokus di dalam retina, tapi terfokus di belakangnya. Hal ini terjadi karena kornea terlalu datar atau kurang melengkung, lensa yang kurang tebal, dan bola mata terlalu pendek.

Lensa mata akan berusaha mengubah ketebalannya (menjadi lebih tebal dan bulat) untuk menyesuaikan pantulan sinar agar berada tepat pada retina. Proses adaptasi oleh lensa ini disebut dengan akomodasi. Namun pada penderita rabun dekat, kemampuan akomodasi mata tidak cukup efektif. Hasilnya penglihatan akan menjadi buram karena cahaya tidak bisa terfokus dengan benar.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang bisa menyebabkan rabun dekat.

·         Genetika.

Sebagian orang diwariskan penyakit rabun dekat oleh orang tua.

·         Usia.

Rabun dekat lebih sering terjadi pada orang yang berusia di atas 40 tahun, namun masih ada kemungkinan bisa dialami oleh usia berapa saja.

Selain beberapa faktor yang disebutkan di atas, ada juga faktor lain yang walaupun jarang namun bisa menyebabkan terjadinya rabun dekat, yaitu tumor di sekitar mata, diabetes, masalah pembuluh darah di retina atau foveal hypoplasia, dan mata yang tidak berkembang sempurna saat bayi masih di dalam kandungan atau disebut sindrom mata kecil.

Diagnosis Rabun Dekat

Untuk mendiagnosis rabun dekat, dokter spesialis mata akan menanyakan riwayat kesehatan pasien dan melakukan serangkaian pemeriksaan mata. Pada awalnya, dokter mungkin akan menanyakan beberapa hal seperti apakah ada masalah penglihatan yang spesifik, dan jika ada, sudah berapa lama berlangsung. Dokter juga akan menanyakan apakah Anda sedang menjalani pengobatan atau menderita gangguan kesehatan tertentu.

Setelah itu, ada beberapa tes yang mungkin akan dilakukan oleh dokter spesialis mata, antara lain:

·         Tes tajam penglihatan.

Pada tes ini, Anda akan diminta untuk membaca sebuah diagram yang berisi serangkaian huruf dengan ukuran yang berbeda-beda dari yang besar hingga kecil, yang disebut dengan Snellen Chart. Tes ini bertujuan memeriksa penglihatan, baik jarak dekat maupun jarak menengah. Jika Anda menggunakan kacamata atau lensa kontak, harap dilepas terlebih dahulu karena tes ini akan dilakukan dengan dan tanpa kacamata atau kontak lensa.

·         Retinoskopi.

Tes ini dilakukan untuk memeriksa bagian dalam mata, terutama retina, dengan menggunakan alat disebut oftalmoskop. Selain itu, tes ini juga memeriksa koordinasi dan gerakan mata, refleks pupil, dan jika ada kondisi seperti retinopati diabetic serta glaukoma. 

Tes lain mungkin dilakukan apabila dokter mencurigai adanya kondisi lain yang mendasari atau dapat memperparah kondisi, seperti pemeriksaan tekanan bola mata.

Jika berdasarkan hasil tes yang dilakukan diketahui bahwa ada permasalahan pada kemampuan akomodasi mata, biasanya dokter spesialis mata akan meresepkan kacamata atau kontak lensa yang cocok dengan Anda.

Kebanyakan gangguan penglihatan pada anak-anak masih bisa disembuhkan, itu sebabnya penting untuk mendeteksi sejak dini dengan melakukan pemeriksaan mata pada anak-anak secara rutin. Kerusakan mata permanen dapat terjadi jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik.

Perawatan Rabun Dekat

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi rabun dekat seperti yang akan dijelaskan berikut ini.

·         Kacamata.

Kacamata yang digunakan untuk mengatasi rabun dekat memiliki lensa yang ujungnya lebih tebal dibandingkan bagian tengah atau disebut dengan lensa cembung, yang bisa membuat fokus secara akurat karena sinar cahaya akan jatuh di atas retina.

Tingkat keparahan rabun dekat yang dialami akan berpengaruh pada ketebalan, berat, dan lengkungan lensa yang harus digunakan. Seiring bertambahnya usia, lensa mata akan makin kaku dan mungkin memerlukan kacamata yang makin kuat.

·         Lensa Kontak.

Lensa kontak dapat digunakan untuk mengatasi rabun dekat dan memiliki fungsi yang sama seperti kacamata, namun karena ringan dan tidak terlihat, beberapa orang lebih memilih menggunakan lensa kontak dibandingkan kacamata.

Konsultasikan dengan dokter spesialis mata Anda untuk mengetahui lensa kontak yang sesuai dengan Anda, karena lensa kontak tersedia dari berbagai bahan dan desain. Infeksi mata dapat terjadi jika tidak menjaga kebersihan lensa kontak dengan baik. Tanyakan kepada dokter tentang cara pemakaian dan penyimpanan lensa kontak yang baik dan benar.

·         Operasi.

Operasi yang paling dapat diandalkan untuk mengatasi rabun dekat adalah operasi laser untuk meningkatkan lengkungan kornea agar cahaya bisa lebih terfokus.

Operasi laser memiliki risiko kerusakan dan infeksi yang lebih kecil dibandingkan dengan operasi tradisional karena dalam operasi laser tidak menggunakan alat yang memasuki mata.

Pasien yang menjalani operasi laser tidak perlu dirawat inap di rumah sakit. Perawatan ini biasanya memerlukan waktu sekitar satu jam. Pasien yang telah menjalani operasi laser harus memeriksakan diri kembali ke klinik atau rumah sakit.

Berikut ini adalah tiga tipe utama operasi laser yang dapat mengatasi rabun dekat:

a.       Laser in situ keratectomy (LASIK).

LASIK adalah operasi yang menggunakan laser untuk mengubah bentuk kornea dan merupakan prosedur yang paling sering digunakan.

b.      Laser epithelial keratomilousis (LASEK).

LASEK menggunakan laser untuk menyingkirkan sedikit jaringan kornea dan memposisikannya kembali sehingga mengubah bentuk kornea.

c.       Photorefractive keractomy (PRK).

PRK juga menggunakan laser untuk mengubah bentuk kornea, namun menggunakan alkohol untuk mengendurkan permukaan kornea sebelum akhirnya diangkat.

d.      Conductive keratolasty (CK).

Tindakan ini menggunakan frekuensi radio untuk memberi sinar panas di beberapa titik disekitar Hasilnya hanya untuk sementara.

Di antara keempat tipe operasi yang disebutkan di atas, LASIK merupakan tipe operasi yang paling banyak dipilih karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu proses penyembuhan yang relatif lebih cepat dan pasien hampir tidak merasakan rasa sakit. 

Tapi LASIK hanya bisa dilakukan jika kornea mata cukup tebal untuk mengurangi risiko terkena efek samping dan komplikasi seperti kehilangan penglihatan karena LASIK memiliki prosedur yang lebih rumit.

Jika kornea mata tidak cukup tebal untuk melakukan operasi LASIK, maka pasien bisa melakukan operasi PRK atau LASEK. Tapi kedua operasi itu memerlukan waktu pemulihan yang lebih lama. Pilihan tindakan CK juga dapat dipilih, namun pasien hanya dapat merasakan manfaatnya dalam waktu singkat.

Tidak semua pasien rabun dekat bisa melakukan operasi laser. Beberapa kondisi pasien yang tidak cocok menjalani operasi laser di antaranya adalah memiliki masalah mata lainnya seperti katarak dan glaukoma, penyakit yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh seperti rheumatoid arthritis atau HIV, hamil atau menyusui, diabetes, dan presbiopi akibat proses penuaan.

Faktor usia juga dapat memengaruhi jenis perawatan yang sesuai untuk dilakukan. Penglihatan pada orang yang berusia di bawah 21 tahun masih bisa berubah dan tidak boleh dilakukan operasi laser. Untuk Anda yang berusia di atas 21 tahun, pastikan bahwa dalam dua tahun terakhir, lensa mata Anda tidak mengalami perubahan yang banyak sebelum menjalani operasi laser.

Konsultasikan kondisi mata Anda dengan dokter sebelum memutuskan untuk melakukan operasi laser karena walau jarang terjadi, tapi tetap ada kemungkinan terjadinya komplikasi seperti berikut ini.

a.       Penglihatan menjadi berkurang atau hilang dikarenakan kornea mata menjadi terlalu tipis atau disebut dengan ectasia.

b.      Terjangkit microbial keratitis yang diakibatkan oleh terinfeksinya kornea mata.

c.       Jika jumlah jaringan yang diambil dari kornea mata salah perhitungan maka penglihatan bisa memburuk.

d.      Lingkaran cahaya akan terlihat di sekitar sinar cahaya.

e.      Mata terasa kering.

Pencegahan Rabun Dekat

Rabun dekat tidak dapat dicegah, namun ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk membantu melindungi mata dan penglihatan Anda.

·         Memeriksakan kondisi mata secara rutin.

·         Mengonsumsi makanan yang bernutrisi lengkap.

·         Menggunakan penerangan atau pencahayaan yang baik.

·         Jangan merokok.

·         Melindungi mata dari sinar matahari langsung.

·         Menggunakan kacamata yang tepat.

·         Mengendalikan gangguan kesehatan kronis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.

·         Mengenali gejala gangguan pada mata.

Komplikasi Rabun DEkat

Rabun dekat dapat menyebabkan beberapa komplikasi  atau masalah seperti berikut ini.

·         Amblyopia atau mata malas.

Hal ini terjadi akibat mata juling atau gangguan mata lainnya, seperti katarak yang menyebabkan salah satu mata menjadi lebih dominan.

·         Strabismu atau mata juling.

Hal ini terjadi ketika kedua mata fokus pada objek yang berbeda, diakibatkan oleh tidak sejajarnya posisi kedua mata.

·         Hambatan keselamatan.

Jika rabun dekat tidak ditangani dengan benar sebaiknya jangan mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan mesin berat demi keselamatan diri sendiri dan orang lain.

·         Berkurangnya kualitas hidup.

Rabun dekat mungkin akan membatasi rutinitas yang harus dilakukan dan memengaruhi kualitas hidup.

Komplikasi rabun dekat pada orang dewasa jarang terjadi, sedangkan penglihatan ganda atau diplopia, fokus berlebih, mata malas, dan mata juling lebih sering dialami oleh anak-anak yang menderita rabun dekat tingkat parah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar