Kamis, 19 Oktober 2017

PUBERTAS DINI





Pengertian Pubertas Dini

Pubertas dini adalah perubahan tubuh anak menjadi dewasa (pubertas) di usia yang lebih awal. Perubahan ini termasuk perubahan pada bentuk serta ukuran tubuh, perkembangan kemampuan reproduksi, dan pertumbuhan otot serta tulang. Seorang anak perempuan dianggap mengalami pubertas dini ketika usianya belum mencapai 8 tahun, sedangkan pubertas dini pada anak laki-laki terjadi  ketika usianya belum 9 tahun saat mengalami pubertas untuk pertama kalinya. Kondisi seperti ini dialami satu dari 5 ribu anak.

Kondisi pubertas ini dipicu hormon gonadotropin (GnRH) yang dilepaskan otak. Hormon tersebut yang mendorong testis dan indung telur melepaskan hormon perkembangan seksual testosteron dan estrogen. Hormon-hormon inilah yang menunjukkan perubahan bentuk dan fungsi tubuh dalam pubertas.

Berdasarkan keterikatan dengan hormon GnRH, dikenal dua jenis pubertas dini, yaitu pubertas dini yang bergantung pada hormon gonadotropin (central precocious puberty atau pubertas dini sentral) dan pubertas dini yang tidak bergantung pada hormon gonadotropin (peripheral precocious puberty atau pseudopubertas dini). Pada pubertas dini sentral, kelainan yang terjadi murni disebabkan oleh pelepasan hormon GnRH yang terlalu dini oleh otak. Sedangkan dalam pseudopubertas dini, produksi hormon GnRH mungkin saja normal, namun produksi hormon seks (esterogen dan progesteron) mengalami peningkatan. Jenis yang kedua ini lebih jarang terjadi, di mana hanya 2 dari 10 penderita pubertas dini mengalaminya.

Di sisi lain, ada perubahan yang sering dianggap mirip dengan gejala pubertas dini, yaitu pertumbuhan payudara dini (premature therarche) dan pertumbuhan rambut kemaluan atau rambut ketiak dini (premature pubarche). Meski kondisi ini dianggap mencemaskan, tapi sebenarnya kedua gejala ini bukan mutlak menandakan pubertas dini. Namun, kondisi ini tetap perlu dievaluasi lebih lanjut.

Gejala Pubertas Dini

Gejala atau tanda pubertas dini sama dengan gejala pubertas pada umumnya. Namun gejala-gejala ini terjadi jauh lebih awal, yakni sebelum usia 8 tahun pada perempuan dan 9 tahun pada laki-laki. Tanda-tanda yang dapat muncul antara lain:

·         Adanya jerawat.

·         Pertumbuhan tubuh yang cepat.

·         Bau badan seperti orang dewasa.

·         Pertubuhan rambut kemaluan atau bulu ketiak.

Pada anak laki-laki, gejala tambahan dapat berupa suara yang lebih berat, pertumbuhan kumis serta testis, penis, atau skrotum yang membesar. Sedangkan pada anak perempuan, gejala khusus lainnya antara lain menstruasi yang pertama dan pertumbuhan payudara.

Penyebab Pubertas Dini

Pada sebagian besar kasus pubertas dini sentral, penyebab utamanya belum dapat dipastikan. Hampir sebagian besar anak-anak dengan pubertas dini sentral tidak memiliki kelainan atau penyakit yang dapat menyebabkan gangguan ini. Meski begitu, beberapa faktor diduga menjadi pemicunya, antara lain sindrom McCune-Albright (kelainan hormonal langka yang memengaruhi pertumbuhan tulang dan warna kulit), hipotiroid, hiperplasia andrenal kongenital, tumor pada otak dan sumsum tulang belakang, serta kondisi cacat saat lahir. Sedangkan pada kasus psuedopubertas dini, penyebabnya adalah paparan estrogen dan testosteron eksternal (krim atau salep), tumor pada kelenjar adrenal, sindrom McCune-Albright, tumor atau kista indung telur, serta tumor dalam sel penghasil sperma dan testosteron.

Selain faktor pemicu tersebut, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seorang anak mengalami pubertas dini, di antaranya:

·         Obesitas.

·         Adanya riwayat kelainan genetika dari orang tua atau sudara kandung.

·         Berjenis kelamin perempuan.

·         Menjalani terapi radiasi pada sistem saraf pusat.

Diagnosis Pubertas Dini

Diagnosis dapat dimulai dengan pendalaman riwayat medis keluarga untuk mencari penyebab terjadinya pubertas dini, melakukan serangkaian pemeriksaan fisik, serta tes darah untuk memeriksa kadar hormon.

Dokter mungkin akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan yang disebut tes stimulasi GnRH. Tes ini dilakukan untuk membedakan jenis pubertas dini yang diderita.

Pada pubertas dini sentral, peningkatan kadar GnRH akan memicu peningkatan kadar hormon-hormon lainnya. Sedangkan pada pseudopubertas dini, kadar hormon-hormon lainnya tidak mengalami perubahan.

Dokter juga akan melengkapi diagnosis dengan melakukan serangkaian tes tambahan, tes tiroid untuk melihat kondisi fungsi tiroid, tes MRI guna melihat terjadinya kelainan pada otak yang memicu pubertas dini, serta pemeriksaan X-ray tangan dan pergelangan tangan guna mengetahui kondisi dan usia usia tulang anak. Sedangkan tes ultrasound dilakukan dalam rangka memastikan tidak ada gangguan medis lain yang menyebabkan gejala pubertas dini.

Pengobatan Pubertas Dini

Pengobatan untuk pubertas dini diutamakan agar anak tumbuh secara normal hingga dewasa, terutama dalam hal tinggi badan. Gejala yang timbul tanpa masalah medis dapat ditangani secara efektif dengan pemberian suntikan seperti leupolide. Suntikan tersebut bertujuan menghambat perkembangan proses pubertas selanjutnya. Suntikan ini diberikan setiap bulan hingga anak mencapai usia pubertas yang normal. Setelah suntikan dihentikan, proses pubertas bermula kembali sekitar 16 bulan berikutnya.

Untuk pubertas dini yang disebabkan kondisi medis, maka penanganan yang diutamakan adalah mengatasi masalah medis yang ada agar proses pubertas terhenti. Contohnya, proses pubertas yang disebabkan tumor kemungkinan besar akan berhenti setelah dilakukan tindakan operasi pengangkatan tumor tersebut.

Komplikasi Pubertas Dini

Kemungkinan komplikasi pada anak yang mengalami pubertas dini adalah:

·         Masalah emosi dan sosial yang dapat muncul akibat pubertas dini saat anak menyadari sepenuhnya tentang perubahan tubuhnya hingga menjadi stres Selain itu, anak tersebut juga berisiko mengalami depresi hingga dapat menyalahgunakan bahan-bahan terlarang.

·         Dalam pubertas dini, anak dapat tumbuh lebih tinggi dibanding anak-anak seusianya. Meski begitu, pertumbuhan tersebut juga bisa terhenti lebih dini karena pertumbuhan tulangnya lebih cepat matang. Akibatnya, saat mencapai usia dewasa, orang tersebut lebih pendek dibanding orang-orang dewasa lainnya.

Meski perubahan yang terjadi pada penderita pubertas usia dini mengejutkan, tapi hal ini bukanlah diagnosis medis yang menakutkan. Sebagian besar anak dengan pubertas dini tidak mengalami masalah di masa dewasa, selama mendapatkan terapi dan dukungan psikis yang memadai. . Di sisi lain, saat anak menunjukkan tanda pubertas dini yang menganggu kehidupannya, dokter dapat menunjukkan pengobatan yang dibutuhkan dan umumnya berhasil dalam menghentikan proses pubertas dini tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar