Senin, 02 Januari 2017

GLAUKOMA



Pengertian Glaukoma

Glaukoma adalah jenis gangguan penglihatan yang ditandai dengan terjadinya kerusakan pada saraf optik yang biasanya diakibatkan oleh adanya tekanan di dalam mata. Gejala-gejala glaukoma dapat berupa:

1.      Nyeri pada mata.
2.      Sakit kepala.
3.      Melihat bayangan lingkaran di sekeliling cahaya.
4.      Mata memerah.
5.      Mual atau muntah.
6.      Mata berkabut (khususnya pada bayi).
7.      Penglihatan yang makin menyempit hingga pada akhirnya tidak dapat melihat obyek sama sekali.

Menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO, glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbesar di seluruh dunia setelah katarak. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data yang didapat oleh Kementrian Kesehatan (kemenkes), prevalensi penderita glaukoma pada tahun 2007 mencapai 4,6 per 1000 penduduk.

Gejala Glaukoma

Gejala glaukoma bisa terjadi secara cepat (akut) atau bisa juga secara perlahan-lahan (kronis).

Pada kasus glaukoma sudut tertutup, sering kali gejala berkembang dengan cepat atau akut. Orang yang terkena kondisi ini akan mengalami gejala nyeri dan merah pada mata, penglihatan menjadi buram, sakit kepala, mual dan muntah, seperti melihat lingkaran cahaya di sekitar lampu. Gejala glaukoma sudut tertutup akut bisa muncul-hilang selama satu atau dua jam. Meskipun tidak konstan, namun kondisi mata makin rusak tiap kali gejala muncul.

Berbeda dengan glaukoma sudut tertutup, gejala pada kasus-kasus glaukoma sudut terbuka sering kali berkembang secara perlahan-lahan atau kronis. Penderita kondisi ini hampir tidak menyadari kerusakan yang terjadi pada mata mereka. Ciri-ciri utama glaukoma sudut terbuka kronis adalah menurunnya penglihatan tepi pada kedua mata secara perlahan-lahan, sebelum akhirnya menjadi sangat sempit atau tunnel vision.
 
Dua jenis glaukoma yang lainnya adalah glaukoma sekunder dan kongenital. Pada kasus glaukoma sekunder, gejala glaukoma akan disertai oleh gejala dari kondisi yang mendasari. Contohnya adalah glaukoma yang disebabkan oleh uveitis. Disamping penglihatan menjadi buram atau seperti melihat lingkaran cahaya di sekitar lampu, penderita juga akan merasakan nyeri pada mata dan kepalanya yang juga merupakan gejala dari uveitis.

Sedangkan pada kasus glaukoma kongenital atau bawaan, gejala yang bisa muncul pada anak-anak di antaranya: 

1.      Mata tampak berair dan berkabut.
2.      Mata menjadi sensitif terhadap cahaya.
3.      Mata terlihat membesar (akibat tekanan yang terjadi di dalam mata).
4.      Mata terlihat juling.

Penyebab Glaukoma

Glaukoma terjadi ketika tekanan di dalam mata meningkat akibat cairan mata tidak bisa mengalir dengan baik. Tekanan yang meningkat inilah yang kemudian merusak jaringan saraf pelapis bagian belakang mata yang peka terhadap cahaya (serabut saraf retina) dan saraf yang mengubungkan mata dengan otak (saraf optik).

Cairan mata atau (aqueous humour) merupakan zat penting yang terdapat di dalam mata kita. Tiap hari zat ini diproduksi dan dialirkan secara konstan dari mata ke aliran darah melalui saluran drainase yang disebut trabecular meshwork. Aqueous humour juga menghasilkan tekanan guna menjaga bentuk mata kita. Pada mata orang sehat, aqueous humour mengalir dengan lancar dan tekanan tetap berada pada batas yang aman. Sebaliknya, pada penderita glaukoma, aliran aqueous humour terganggu dan tekanan di dalam mata meningkat.

Salah satu penyebab terhambatnya aliran aqueous humour adalah trabecular meshwork yang terblokir. Hingga kini, faktor yang mendasari penyempitan saluran tersebut masih belum diketahui.
Berikut ini sejumlah faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko seseorang terkena glaukoma, di antaranya:

1.      Berusia di atas 60 tahun.
2.      Pernah mengalami cedera pada mata atau menjalani operasi mata.
3.      Pernah terdiagnosis mengalami tekanan mata tinggi atau hipertensi okular.
4.      Menderita penyakit mata yang lain (misalnya rabun jauh).
5.      Memiliki anggota keluarga yang juga menderita glaucoma.
6.      Menggunakan obat kortikosteroid, terutama tetes mata, pada jangka waktu lama.
7.      Menderita penyakit anemia sel sabit, diabetes, hipertensi, atau penyakit jantung.
8.      Mengalami defisiensi estrogen di usia dini (pada wanita).

Diagnosis Glaukoma

Dalam mendiagnosis glaukoma, selain menanyakan gejala yang pasien rasakan, dokter mata juga akan membutuhkan keterangan mengenai riwayat kesehatan mereka. Dan untuk menguatkan diagnosis, dokter akan melakukan sejumlah tes, di antaranya:

1.      Tes tonometry.

yaitu pemeriksaan untuk mengukur tekanan di dalam mata. Sebelum tes ini dilakukan, mata pasien akan ditetesi obat bius . Tes tonometry dilakukan dengan bantuan sebuah alat yang dinamakan  tonometer. Alat ini dilengkapi dengan lampu biru di ujungnya. Dokter akan menempelkan tonometer pada mata untuk mengukur tekanan intraokular.

2.      Tes perimetri atau tes lapang pandang.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa semua area lapan pandang pasien, termasuk lapang pandang perifer (samping).  Saat tes perimetri dilakukan, pasien akan disuruh melihat rangkaian titik-titik cahaya. Titik-titik cahaya ini sebagian akan terlihat di arealapang pandang periferal (sekitar sisi bola mata) apabila mata pasien sehat. Sebaliknya, jika pasien mengalami glaukoma, titik cahaya tersebut tidak akan tampak dalam lapang pandang periferal.

3.      Tes gonioscopy.

Pemeriksaan ini bertujuan memeriksa sudut di antara iris dan kornea yang merupakan tempat saluran pembuangan cairan mata. Dokter perlu mengetahui apakah sudut tersebut terbuka atau tertutup.

4.      Tes ophthalmoscopy.

yaitu pemeriksaan untuk melihat gangguan di area belakang mata. Dalam pemeriksaan ini, mata pasien akan ditetesi obat khusus sehingga pupil mereka membesar. Setelah itu dokter akan meneliti mata pasien dengan sebuah alat. Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan langsung, pemeriksaan tidak langsung, dan pemeriksaan menggunakan slit-lamp.

5.      Tes pachymetry.

yaitu pemeriksaan untuk mengukur ketebalan kornea.

Pengobatan Glaukoma

Glaukoma harus didiagnosis dan diobati sedini mungkin. Jika kondisi ini diabaikan, maka penyakit ini akan terus berkembang dan penderitanya bisa mengalami kebutaan permanen.

Kerusakan mata yang ditimbulkan oleh glaukoma memang tidak dapat diobati secara total (penglihatan tidak bisa sepenuhnya normal kembali). Namun tujuan pengobatan kondisi ini adalah untuk mengurangi tekanan intraokular pada mata dan mencegah meluasnya kerusakan pada mata.
Glaukoma bisa ditangani dengan obat tetes mata, obat-obatan yang diminum, pengobatan laser, atau prosedur operasi.

Umumnya obat tetes mata sering menjadi bentuk penanganan pertama untuk glaukoma yang disarankan oleh dokter. Obat tetes ini berguna melancarkan pembuangan cairan mata (aqueous humour) atau mengurangi produksinya.

Beberapa jenis obat tetes mata untuk glaukoma adalah: 

1.      Alpa-adrenergic agonists.

Obat ini berfungsi meningkatkan aliran aqueous humour dan mengurangi produksinya. Efek samping yang mungkin saja terjadi setelah menggunakan alpha-adrenergic agonists adalah pembengkakan, gatal, dan merah pada mata, badan terasa lelah, mulut kering, hipertensi, dan detak jantung tidak teratur. Beberapa contoh obat ini adalah brimonidine dan apraclonidine.

2.      Beta-blockers.

Obat ini bekerja dengan cara memperlambat produksi aqueous humour guna mengurangi tekanan intraokular pada mata. Efek samping yang mungkin terjadi setelah mengonsumsi beta-blockers adalah mata terasa gatal, tersengat, atau panas. Mata juga bisa menjadi kering. Beberapa contoh obat ini adalah timolol, levobunolol hydrochloride, dan betaxolol hydrochloride.

3.      Prostagladin analogue.

Obat ini mampu memperlancar pengaliran aqueous humour sehingga tekanan di dalam mata berkurang. Efek samping yang mungkin terjadi setelah mengonsumsi prostaglandin analogue adalah sakit, bengkak, dan merah pada mata, mata menjadi sensitif terhadap cahaya, mata menjadi kering, menggelapnya warna mata, pembuluh darah pada bagian putih mata menjadi bengkak, serta sakit kepala. Beberapa contoh obat ini adalah travoprost, bimatoprost, latanoprost, dan tafluprost.

4.      Carbonic agents atau miotic.

Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan pengaliran aqueous humour. Efek samping yang mungkin terjadi setelah mengonsumsi cholinergic agents atau miotic adalah penglihatan menjadi buram dan pupil mengecil. Salah satu contoh obat ini adalah pilocarpine.

5.      Sympathomimetics.

Obat ini mampu memperlancar pengaliran aqueous humour sekaligus mengurangi produksinya. Efek samping yang mungkin terjadi setelah mengonsumsi sympathomimetics adalah nyeri dan merah pada mata. Salah satu contoh obat ini adalah brimonidine tartrate.

Obat tetes mata tidak boleh digunakan secara sembarangan tanpa resep atau petunjuk penggunaannya dari dokter karena dikhawatirkan bisa berbahaya. Contohnya adalah reaksi obat beta-blockers yang malah memperburuk kondisi orang yang memiliki penyakit jantung dan asma.

Untuk melengkapi kinerja obat tetes atau jika obat tetes terbukti kurang efektif, dokter kemungkinan akan meresepkan obat glaukoma yang diminum. Salah satu contohnya adalah carbonic anhydrase inhibitor. Efek samping yang mungkin terjadi setelah mengonsumsi obat ini adalah:

1.      Sakit perut.
2.      Jari tangan atau kaki kesemutan
3.      Sering buang air kecil.
4.      Batu ginjal.
5.      Depresi.

Pada kasus glaukoma sudut tertutup, terapi laser ditujukan untuk membuka penyumbatan aqueous humour. Sedangkan pada kasus glaukoma sudut tertutup terapi laser ditujukan untuk memperlancar pengaliran cairan tersebut. Berdasarkan tekniknya, terapi laser dibagi menjadi tiga, yaitu:

1.      Trabeculoplasty.

Sumbatan di area trabecular meshwork dibuka menggunakan sinar laser.

2.      Iridotomy.

Aliran aqueous humour diperlancar dengan cara membuat lubang kecil pada iris menggunakan sinar laser.

3.      Cyclodiode laser treatment.

Produksi aqueous humour dibatasi dengan cara merusak sebagian kecil jaringan penghasil aqueous humour.

Berikut ini adalah jenis-jenis operasi glaukoma jika diurutkan berdasarkan penerapannya secara umum:

1.      Trabeculectomy.

Ini merupakan jenis operasi glaukoma yang paling umum. Trabeculectomy bertujuan memperlancar aliran aqueous humour dengan cara membuang sebagian dari trabecular meshwork.

2.      Aqueos shunt implant.

Ini merupakan prosedur operasi yang bertujuan memperlancar aliran aqueous humour dengan cara memasang sebuah alat kecil menyerupai selang pada mata.

3.      Viscocanolostomy.

Melalui operasi ini dokter akan membuang sebagian lapisan luar berwarna putih yang menutupi bola mata (sclera) untuk meningkatkan pembuangan aqueous humour.

4.      Sclerectomy dalam.

Operasi ini dilakukan guna memperlebar trabecular meshwork melalui pemasangan alat untuk melebarkan trabecular meshwork.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar