Kamis, 03 November 2016

HIPOTENSI ORTOSTATIK



 Image result for orthostatic hypotension

Pengertian Hipotensi Ortostatik

Hipotensi ortostatik adalah kondisi tekanan darah rendah yang terjadi ketika seseorang berdiri dari posisi duduk atau tidur yang juga biasa dikenal dengan nama hipotensi postural. Kondisi ini bisa mengakibatkan penderitanya mengalami pusing, kepala berputar, bahkan bisa sampai pingsan.

Ketika terjadi, hipotensi ortostatik bisa berlangsung beberapa detik hingga beberapa menit. Jika terjadi berulang kali dalam rentang waktu cukup lama, hipotensi ortostatik bisa jadi merupakan tanda dari gangguan medis yang lebih serius.

Hipotensi ortostatik ringan bisa mengganggu aktivitas penderitanya. Namun ada beberapa komplikasi lebih serius pada penderita hipotensi ortostatik yang berusia lanjut, seperti:

·         Terjatuh.

Pingsan merupakan komplikasi yang biasa terjadi pada penderita hipotensi ortostatik.

·         Penyakit kardiovaskular.

Hipotensi ortostatik bisa menjadi salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular seperti gagal jantung atau gangguan detak jantung.

·         Stroke.

Menurunnya tekanan darah secara tiba-tiba ketika seseorang berdiri bisa menjadi faktor risiko stroke, karena kondisi ini bisa mengakibatkan kurangnya pasokan darah ke otak.

Gejala Hipotensi Ortostatik

Gejala adalah sesuatu yang dirasakan dan diceritakan oleh penderita. Gejala yang paling sering dirasakan oleh penderita hipotensi ortostatik adalah pusing ketika berdiri dari posisi duduk atau tidur. 

Beberapa gejala lainnya adalah:

·         Pingsan.
·         Gangguan sementara indera pendengaran.
·         Mual.
·         Kejang-kejang.
·         Linglung.
·         Nyeri pada bagian leher dan bahu.
·         Penglihatan kabur.
·         Lemas.

Penyebab dan Faktor Resiko Hipotensi Ortostatik

Ketika seseorang bangun ke posisi berdiri, darahnya akan turun ke kaki akibat pengaruh gravitasi. Hal ini menyebabkan turunnya tekanan darah karena berkurangnya jumlah darah yang mengalir kembali ke jantung untuk dipompa.

Saat normal, sel-sel khusus di dekat jantung dan pembuluh darah leher akan mengidentifikasi kondisi turunnya tekanan darah. Kemudian sel-sel tersebut mengirimkan sinyal pada otak untuk mempercepat denyut jantung dan memompa lebih banyak darah, sehingga tekanan darah menjadi stabil.

Hipotensi ortostatik akan terjadi apabila sesuatu menghambat proses alami tubuh untuk mengatasi turunnya tekanan darah. Beberapa kondisi yang bisa menimbulkan hipotensi ortostatik adalah: 

·         Setelah makan.

Pada beberapa orang, tekanan darah akan turun setelah dia mengonsumsi makanan. Hal ini umumnya terjadi pada lansia.

·         Gangguan kelenjar endokrin.

Gangguan tiroid, insufisiensi adrenal, gula darah rendah, dan diabetes bisa memicu tekanan darah rendah.

·         Gangguan fungsi jantung.

Beberapa gangguan jantung bisa menyebabkan turunnya tekanan darah.

·         Dehidrasi.

Kondisi ini dapat menyebabkan tubuh kehilangan volume darah.

·         Gangguan sistem saraf.

Beberapa gangguan saraf juga bisa mengganggu sistem tubuh yang mengatur tekanan darah supaya normal.

Faktor-faktor yang memengaruhi risiko terkena hipotensi ortostatik adalah:

·         Usia.

Seseorang yang berusia 65 tahun ke atas biasanya mudah mengalami hipotensi ortostatik.

·         Tirah baring (bed rest).

Seorang pasien yang harus tidur atau berbaring terlalu lama akibat sakit, bisa mengalami hipotensi ortostatik ketika mencoba berdiri.

·         Obat-obatan.

Pasien yang sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu memiliki risiko lebih besar untuk mengalami hipotensi ortostatik.

·         Beberapa penyakit.

Kondisi seperti gangguan katup jantung, serangan jantung, gagal jantung, serta gangguan sistem saraf membuat seseorang memiliki risiko lebih besar terkena hipotensi ortostatik.

·         Kehamilan.

Tekanan darah biasanya akan menurun pada kondisi hamil, sebab sistem sirkulasi sedang berkembang secara cepat.

·         Konsumsi minuman beralkohol.

Kebiasaan ini bisa meningkatkan risiko hipotensi ortostatik.

·         Paparan panas.

Orang yang terpapar panas bisa mengalami dehidrasi dan memicu hipotensi ortostatik saat mencoba berdiri.

Diagnosis Hipotensi Ortostatik

Diagnosis merupakan langkah dokter untuk mengidentifikasi penyebab, penyakit atau kondisi berdasarkan gejala dan tanda klinis yang dialami oleh pasien. Tujuan dokter ketika mendiagnosis penderita hipotensi ortostatik adalah untuk mengetahui penyebabnya sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat untuk menyembuhkan pasien.

Tindakan pertama yang dilakukan dokter untuk mendiagnosis penderita hipotensi ortostatik adalah memeriksa catatan medis pasien, mengevaluasi gejala, dan melakukan pemeriksaan fisik. Beberapa tindakan lain yang bisa dilakukan dokter untuk mendiagnosis hipotensi ortostatik adalah: 

·         Tes darah.

Prosedur ini untuk mendapatkan informasi menyeluruh tentang kondisi kesehatan pasien antara lain apakah kadar gula darah rendah, apakah ada penurunan jumlah sel darah merah (anemia) .

·         Memonitor tekanan darah.

Dokter akan mengukur tekanan darah pasien dalam posisi duduk dan posisi berdiri, lalu membandingkan kedua hasilnya.

·         Elektrokardiogram (ECG).

Tes ini akan dilakukan untuk mendapatkan gambaran detak jantung, struktur jantung, serta kondisi pasokan darah dan oksigen ke otot jantung pasien.

·         Ekokardiogram.

Tes ini akan menghasilkan pencitraan organ jantung pasien.

·         Stress test.

Prosedur ini dilakukan ketika pasien melakukan olahraga, seperti jalan pada treadmill, atau saat pasien diberikan obat agar membuat jantungnya bekerja lebih keras.

·         Tes meja miring.

Tes ini akan mengevaluasi bagaimana tubuh pasien bereaksi terhadap perubahan posisi.

·         Manuver Valsalva.

Tes ini bertujuan untuk menguji fungsi sistem saraf otonom dengan menganalisa denyut jantung dan tekanan darah setelah pasien menjalani beberapa siklus deep breathing (mengambil napas yang dalam).

Pengobatan Hipotensi Ortostatik

Langkah pengobatan hipotensi ortostatik yang dipilih dokter bergantung dari penyebabnya. Untuk hipotensi ortostatik ringan, penderita hanya perlu langkah penanganan sederhana, yaitu segera duduk atau berbaring setelah merasakan hilang keseimbangan. Biasanya, gejala hipotensi ortostatik akan hilang setelah penderita duduk atau berbaring.

Langkah-langkah pengobatan hipotensi ortostatik yang lainnya adalah: 

·         Stocking kompresi.

Alat ini akan membantu mengurangi darah yang berkumpul di kaki karena sulit kembali ke jantung, dengan begitu akan mengurangi munculnya gejala hipotensi ortostatik.

·         Obat-obatan.

Beberapa obat-obatan bisa dikonsumsi untuk mengurangi hipotensi ortostatik.

·         Perubahan gaya hidup.

Pasien akan dianjurkan untuk lebih banyak mengonsumsi cairan, mengurangi konsumsi minuman beralkohol, menghindari berjalan saat cuaca panas, meninggikan bagian kepala di tempat tidur, serta berdiri dengan perlahan.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar