Senin, 21 November 2016

KARSINOMA NASOFARING





Pengertian Karsinoma Nosafaring

Karsinoma nasofaring (nasopharyngeal carcinoma/NPC) adalah jenis kanker pada tenggorokan (faring) yang muncul di area nasofaring, yaitu area belakang hidung dan area  belakang langit-langit tenggorokan. Saat bernapas melalui hidung, aliran udara yang Anda hirup akan masuk melewati hidung ke tenggorokan lalu ke nasofaring hingga akhirnya ke paru-paru. Kanker ini tergolong jarang terjadi jika dibandingkan dengan kanker pada kepala atau leher lainnya.

Selain di nasofaring, kanker faring juga dapat muncul pada area orofaring (dasar lidah, tonsil, dan permukaan bawah langit-langit mulut) dan hipofaring (sinus piriformis, area setelah tulang krikoid dan dinding belakang faring). Kasus kanker ini lebih banyak ditemukan pada orang-orang di kawasan Asia Tenggara.

Epidemiologi

Seperti telah disebutkan dalam Bab Pendahuluan, karsinoma nasofaring jarang sekali ditemukan di benua Eropa, Amerika, ataupun Oseania, insidennya umumnya kurang dari 1/100.000 penduduk. Insiden di beberapa negara Afrika agak tinggi, sekitar 5-10/100.000 penduduk. Namun relatif sering ditemukan di berbagai Asia Tenggara dan China. Di RRC, walaupun karsinoma nasofaring jauh lebih sering ditemukan daripada berbagai daerah lain di dunia, mortalitas rata-rata nasional hanya 1,88/100.000, pada pria 2,49/100.000, dan pada wanita 1,27/100.000.

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher merupakan karsinoma nasofaring, kemudian diikuti oleh tumor ganas hidung dan sinus paranasal (18%), larynx (16%), dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam presentase rendah.

Karsinoma nasofaring dapat terjadi pada segala usia, tapi umumnya menyerang usia 30-60 tahun (menduduki 75-90%). Perbandingan proporsi pria dan wanita adalah 2-3,8:1.

Sebagian besar penderita karsinoma nasofaring berumur diatas 20 tahun, dengan umur paling banyak antara 50-70 tahun. Penelitian di Taipe menjumpai umur rata-rata penderita lebih muda yaitu 25 tahun. Insiden karsinoma nasofaring meningkat setelah umur 20 tahun dan tidak ada lagi peningkatan insiden setelah umur 60 tahun.

Sebesar 2% dari kasus. karsinoma nasofaring adalah penderita anak dan di Guangzhou ditemukan 1% karsinoma nasofaring dibawah 14 tahun. Pada penelitian yang dilakukan di medan (2008), kelompok umur penderita karsinoma nasofaring terbanyak adalah 50-59 tahun (29,1%). Umur penderita yang paling muda adalah 21- tahun dan yang paling tua 77 tahun. Rata-rata umur penderita pada penelitian ini adalah 48,8 tahun.

Karsinoma nasofaring paling sering ditemukan pada laki-laki dengan penyebab yang masih belum dapat diungkap secara pasti dan mungkin berhubungan dengan adanya faktor genetika, kebiasaan hidup, pekerjaan, dan lain-lain.

Penyebab Karsinoma Nosafaring

Seperti kanker pada umumnya, kanker karsinoma disebabkan oleh adanya mutasi gen yang menyebabkan sel berkembang di luar kendali dan menginvasi jaringan di sekitarnya  yang kemudian dapat menyebar ke bagian tubuh lain (metastase). Penyebab mutasi gen ini belum diketahui hingga saat ini.

Karsinoma nasofaring memiliki beberapa faktor risiko yang bisa membuat seseorang lebih berisiko terserang penyakit ini, seperti virus Epstein-Barr. Akan tetapi pemicu pasti penyakit ini masih belum ditemukan. Oleh karena itu, pada sebagian kasus, seseorang dapat terhindar dari kondisi ini walaupun memiliki semua faktor risiko pada dirinya, sementara pada kasus lain terjadi sebaliknya. Beberapa faktor risiko karsinoma nasofaring, yaitu:

·         Etnis.  Kasus karsinoma nasofaring lebih banyak ditemukan pada orang yang tinggal di Cina, Afrika bagian utara, Asia Tenggara, dan bangsa Inuit di Alaska. Walau demikian, warga Asia yang dilahirkan di Amerika tidak memiliki risiko setinggi warga Asia yang berimigrasi ke Amerika.

·         Keluarga. Dengan riwayat kanker nasofaring.

·         Usia. Penyakit ini paling umum ditemukan pada orang dewasa yang berusia antara 30-50 tahun.

·         Jenis Kelamin. Penyakit ini paling umum ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan.

·         Uap masakan dari makanan yang diawetkan dengan teknik pengasinan yang masuk ke rongga hidung dapat meningkatkan risiko kanker nasofaring, seperti ikan asin , dan asinan sayuran. Risiko akan bertambah tinggi jika pasien sudah terpapar zat kimia ini sejak usia dini.

·         Bekerja di lingkungan yang membuat Anda selalu menghirup serbuk kayu dan zat kimia formaldehyde.

·         Virus Epstein-Barr. Virus yang merupakan bagian dari keluarga virus herpes ini memiliki gejala yang menyerupai pilek. Selain karsinoma nasofaring, penderita yang terjangkit infeksi virus ini juga dapat terkena infeksi mononukleosis. Selain kanker nasofaring, virus Epstein-Barr juga dikaitkan dengan jenis kanker lain yang langka.

Gejala Karsinoma Nosafaring

Tidak mudah untuk mengetahui kemunculan dan gejala karsinoma nasofaring di stadium awal. Penyakit ini biasanya mulai terlihat ketika pasien sudah berada pada stadium lanjut. Hal ini dapat disebabkan oleh gejala karsinoma nasofaring pada stadium awal yang tidak spesifik atau bahkan gejala bisa tidak muncul sama sekali. Beberapa gejala karsinoma nasofaring yang umumnya dapat dikenali, yaitu:

·         Terdapat benjolan pada leher akibat terjadi pembesaran kelenjar getah bening.
·         Darah pada air liur.
·         Mimisan.
·         Trismus (susah membuka mulut akibat rahang tertahan atau otot rahang kaku).
·         Pusing.
·         Hidung tersumbat
·         Pendengaran berkurang.
·         Infeksi telinga dengan frekuensi yang lebih sering.

Segera temui dokter jika mengalami salah satu dari gejala-gejala di atas dan tidak kunjung membaik. Buatlah catatan mengenai gejala, pertanyaan-pertanyaan terkait, dan tindakan apa saja yang sudah dilakukan sebelum menemui dokter. Terangkan juga mengenai sejarah penyakit Anda atau riwayat kesehatan keluarga agar dokter dapat lebih memahami dan mengenali gejala yang Anda alami sehingga mudah untuk mendapatkan diagnosis.

Diagnosia Karsinoma Nosafaring

Diagnosa karsinoma nasofaring terdiri dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui kondisi dan penyebaran (stadium) sel kanker.

Dokter mungkin akan menanyakan gejala dan tanda yang dialami penderita, faktor risiko, dan riwayat kesehatan keluarga yang mungkin berhubungan dengan karsinoma faring.

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan mengecek keadaan fisik leher untuk meraba pembengkakan pada kelenjar getah bening. Selain itu, pemeriksaan akan dimulai dari pemeriksaan fisik umum, mulut, pemeriksaan menyeluruh pada area kepala dan leher. Dokter juga dapat menggunakan kamera untuk melihat ke dalam nasofaring pasien. Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode endoskopi melalui hidung setelah pembiusan lokal untuk mencari kejanggalan pada kondisi nasofaring. Jika belum terdapat data-data pendukung diagnosis yang cukup, dokter akan mengambil contoh jaringan dengan metode yang sama untuk memastikan adanya sel kanker di laboratorium.

Karsinoma nasofaring dapat ditegakkan diagnosisnya secara dini, untuk itu harus melakukan hal-hal berikut ini:

·         Tingkat kewaspadaan, perhatikan keluhan utama pasien.
Pasien dengan epistaksis aspirasi balik, hidung tersumbat menetap, tuli unilateral, lymphadenopathy leher tak nyeri, cephalgia, ruda paksa saraf kranial dengan kausa tak jelas, dengan keluhan lain harus diperiksa teliti rongga nasofaringnya dengan nasofaringoskop indirek atau elektrik.

·         Pemeriksaan kelenar limfe leher.

Perhatikan pemeriksaan kelenjar limfe rantai jugularis interna, rantai nervus aksesorius dan rantai arteri vena transversalis koli apakah terdapat pembesaran.

·           Pemeriksaan nasofaring.

Nasofaring diperiksa dengan cara rinoskopi posterior, dengan atau tanpa menggunakan kateter.

a.       Rinoskopi posterior tanpa menggunakan kateter.

Nasofaringoskopi indirek menggunakan kaca dan lampu khusus untuk menilai nasofaring dan area yang dekat sekitarnya.

Pada pasien dewasa yang tidak sensitif, pemeriksaan ini dapat dilakukan.Tumor yang tumbuh eksofitik dan sudah agak besar akan dapat tampak dengan mudah.

b.       Rinoskop posterior menggunakan kateter.

Nasofaringoskopi direk, dokter menggunakan sebuah fibreoptic scope ( lentur, menerangi, tabung sempit yang dimasukkan ke rongga hidung atau mulut)untuk menilai secara langsung lapisan nasofaring.

Dua buah kateter dimasukkan masing-masing kedalam rongga hidung kanan dan kiri, setelah tampak di orofaring, uung katater tersebut dijepit dengan pinset dan ditarik keluar selanjutnya disatukan dengan masing-masing ujung kateter yang lainnya.

·         Pemeriksaan saraf cranial.

Ditujukan pada kecurigaan paralisis otot mata, kelompok otot kunyah dan lidah kadang perlu diperiksa berulang kali barulah ditemukan hasil positif.

·         Pencitraan.

a.       Computed tomography (CT) scan nasofaring.

Makna klinis aplikasinya adalah: (1) membantu diagnosis; (2) memastikan luas lesi, penetapan stadium secara akurat; (3) secara tepat menetapkan zona target terapi; merancang medan radiasi; (4) memonitor kondisi remisi tumor pasca terapi dan pemeriksaan tindak lanjut.

b.        Chest x-ray.

Jika pasien telah didiagnosa karsinoma nasofaring, foto polos x-ray dada mungkin dilakukan untuk menilai penyebaran kanker ke paru.

c.       Magnetic resonance imaging (MRI) scan.

MRI memiliki resolusi yang baik terhadap jaringan lunak, dapat serentak membuat potongan melintang, sagital koronal, sehingga lebih baik dari CT. MRI selain dengan jelas memperlihatkan lapisan struktur nasofaring dan luas lesi, juga dapat secara lebih dini menunjukkan infiltrasi ke tulang. Dalam membedakan antara pasca fibrosis pasca radioterapi dan rekurensi tumor, MRI juga lebih bermanfaat.

d.      Foto tengkorak (AP, lateral, dasar tengkorak dan waters).

Untuk memastikan adanya destruksi pada tulang dasar tengkorak serta adanya metastasis jauh.

e.      Pencitraan tulang seluruh tubuh.

Berguna untuk diagnosis kanker nasofaring dengan metastasis ke tulang, lebih sensitif dibandingkan ronsen biasa atau CT, umumnya lebih dini 3-6 bulan dibandingkan ronsen. Setelah dilakukan bone-scan, lesi umumnya tampak  tampak sebagai akumulasi radioaktivitas; sebagian kecil tampak sebagai area defek radioaktivitas.

f.         (Positron emission tomography) PET.

Disebut juga pencitraan biokimia molekular metabolik in vivo. Pasien akan menerima injeksi glukosa yang terdiri dari atom radioaktif. Jumlah radioaktif yang digunakan sangat rendah. Karena sel kanker di dalam tubuh bertumbuh dengan cepat, kanker mengabsorpsi sejumlah besar gula radioaktif.

·         Biopsy nasofaring.

Penghapusan sel atau jaringan  sehingga dapat dilihat dibawah mikroskop oleh patologi untuk memastiakan tanda-tanda kanker.

·         Pemeriksaan histopatologi.

Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya ada 3 bentuk karsinoma (epidermoid) pada nasofaring yaitu karsinoma sel skuamosa (berkeratinisasi), karsinoma tidak berkeratinisasi dan karsinoma tidak berdiferensiasi.

·           Pemeriksaan serologis EBV.

Bagi salah satu kondisi berikut ini dapat dianggap memiliki risiko tinggi kanker nasofarin.

a.       Titer antibodi (Viral Capsid Antigens-Imunoglobulin A) VCA-IgA >= 1:80.
b.      Dari penelitian pemeriksaan VCA-IgA, (Early Antigen-Imunoglobulin) EA-IgA dan EBV-DNAseAb, dua diantara tiga indikator tersebut positif.
c.       Dari tiga indikator pemeriksaan diatas, salah satu menunjukkan titer yang tinggi kontinu atau terus meningkat.

Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut ditujukan untuk mencari tahu tahapan penyebaran sel kanker yang dimulai dari stadium I hingga stadium IV. Tahapan ini akan membantu menentukan rencana pengobatan dan peluang kesembuhan pasien. Stadium rendah menunjukkan ukuran kanker yang kecil dan masih berada di area nasofaring. Namun stadium tinggi menandakan bahwa kanker telah menyebar ke luar nasofaring, bisa ke leher atau area tubuh lain

Pengobatan Karsinoma Nosafaring

Pengobatan karsinoma nasofaring atau kanker karsinoma melibatkan beberapa jenis terapi, seperti kemoterapi, radiasi, atau gabungan keduanya. Tiap pilihan terapi memiliki kelebihan dan keuntungan tersendiri yang dapat didiskusikan secara langsung dengan dokter yang menangani kondisi pasien.

Sebuah rencana pengobatan dapat dibuat berdasarkan stadium, tujuan pengobatan, kondisi kesehatan pasien, dan efek samping pengobatan yang dapat ditoleransi oleh pasien. Beberapa jenis pengobatan yang mungkin dilakukan adalah: 

·         Terapi radiasi.

Radiasi X-ray atau proton berkekuatan tinggi diarahkan langsung ke bagian tubuh yang menjadi target penyinaran untuk membunuh sel kanker atau tumor pada nasofaring. Terapi radiasi ini dinamakan external beam radiation (radiasi cahaya eksternal). Efek samping yang mungkin ditimbulkan adalah kulit kemerahan yang bersifat sementara, mulut kering, dan berkurangnya fungsi pendengaran. Terapi radiasi yang dikombinasikan dengan obat-obatan kemoterapi dapat menyebabkan efek samping berupa radang pada mulut dan tenggorokan sehingga pasien dapat mengalami kesulitan ketika makan.

Terapi sinar radiasi lainnya yang digunakan adalah brachytherapy yang umumnya digunakan pada kasus karsinoma nasofaring yang kambuh. Terapi ini dilakukan dengan cara menempatkan kabel beraliran radioaktif sangat dekat atau langsung pada tumor.

·         Kemoterapi.

Terapi yang menggunakan obat-obatan sebagai pembasmi sel kanker ini dapat diberikan dalam bentuk pil, disuntikkan melalui pembuluh nadi, atau keduanya. Jenis, dosis, dan efek samping dari obat-obatan kemoterapi akan bergantung dari jenis obat yang diberikan oleh dokter. Terapi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

a.       Kemoterapi sebelum terapi radiasi, atau kemoterapi neoajuvan, yaitu pemberian obat-obatan kemoterapi sebelum terapi radiasi atau terapi kemoradiasi. Tingkat kesuksesan terapi ini masih perlu diteliti lebih lanjut.

b.      Kemoterapi bersamaan dengan terapi radiasi, atau terapi kemoradiasi, yaitu pemberian obat-obatan pembasmi kanker secara bersamaan dengan radiasi untuk meningkatkan efektivitas terapi radiasi. Efek samping yang mungkin muncul adalah gabungan dari efek samping kedua jenis terapi ini sehingga pasien berkemungkinan sulit untuk menoleransi dampaknya.

c.       Kemoterapi setelah terapi radiasi, yaitu pemberian obat-obatan pembasmi kanker setelah terapi radiasi atau kemoradiasi untuk membasmi sisa-sisa sel kanker dalam tubuh pasien termasuk yang sudah menyebar ke tubuh lain. Metode ini masih menuai kontroversi tentang apakah pengobatan kemoterapi tambahan memang memperbaiki peluang kesembuhan dari pasien karsinoma nasofaring. Pada umumnya, efek samping yang berat dan sulit untuk ditoleransi pasien menjadi penyebab pengobatan ini harus dihentikan.

·         Pembedahan.

Terapi pembedahan jarang dilakukan pada kasus karsinoma faring. Pembedahan biasanya dilakukan untuk mengangkat nodus limfa yang sudah diinvasi sel kanker. Dokter akan memindahkan sel kanker tersebut dengan cara membuat irisan pada langit-langit mulut pasien.

Pengobatan radioterapi karsinoma nasofaring dapat memicu mulut kering yang membuat pasien merasa tidak nyaman saat menelan makanan. Komplikasi pengobatan ini juga dapat memicu infeksi yang berisiko berdampak kepada kesehatan mulut dan gigi. Pasien yang memiliki kondisi mulut kering (xerostomia) mungkin akan mendapatkan rekomendasi perawatan maupun diet makanan untuk mengurangi memburuknya gejala yang dialami, dari dokter atau dokter gigi. Beberapa langkah pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, yaitu:

a.       Berkumur dengan larutan garam dengan air hangat setelah makan. Gunakan campuran dari air hangat, garam, dan baking soda sebagai campuran cairan kumur.

b.      Perbanyak minum air putih untuk menjaga kelembapan mulut. Anda juga bisa mengunyah permen atau permen karet bebas gula untuk merangsang kelenjar ludah menghasilkan air liur.

c.       Perbanyak konsumsi makanan yang basah. Anda bisa menambahkan kuah, kaldu, mentega, atau susu pada makanan yang kering.

d.      Hindari makanan yang asam, pedas, dan minuman yang tidak baik bagi kesehatan mulut, seperti minuman berkafein dan beralkohol.

Komplikasi Karsinoma  Nosafaring

Beberapa komplikasi yang bisa terjadi jika tidak segera mengobati karsinoma nasofaring, yaitu:

·         Kanker yang mengganggu jaringan sekitar. Kanker nasofaring yang tumbuh terlalu besar dapat mengganggu struktur di sekitarnya seperti tenggorokan, otak, dan tulang.

·         Meluasnya pertumbuhan sel kanker (metastase) sehingga merusak atau memengaruhi jaringan pada tenggorokan, tulang, dan otak.

Pencegahan Karsinoma Nosafaring

Pencegahan karsinoma nasofaring dapat dimulai dengan mengurangi risiko Anda mengembangkan kondisi ini dalam tubuh, yaitu dengan menghindari kebiasaan yang berhubungan dengan pemicu kanker karsinoma. Misalnya, mengurangi konsumsi makanan yang diawetkan menggunakan teknik pengasinan dan secara alami, tidak merokok, dan mengurangi konsumsi alkohol.

Anda juga bisa membuat jadwal pemeriksaan kesehatan rutin, seperti pemeriksaan darah untuk mendeteksi virus Epstein-Barr. Pemeriksaan darah sangat dianjurkan bagi mereka yang memiliki faktor risiko tinggi terhadap penyakit ini. Salah satunya adalah tinggal di daerah dengan angka kasus karsinoma faring yang tinggi.


1 komentar:

  1. wihh nice info, saya pengunjung setia web anda
    kunjung balik, di web kami banyak penawaran dan tips tentang kesehatan
    Ada artikel menarik tentang obat tradisional yang mampu menyembuhkan penyakit berat, cek yuk
    http://goldengamatemasmitoha.com/pengobatan-karsinoma-nasofaring/

    BalasHapus