Minggu, 16 April 2017

PENYAKIT KAWASAKI



Pengertian Penyakit Kawasaki

Penyakit Kawasaki adalah penyakit yang dapat menyebabkan peradangan pada dinding pembuluh darah di seluruh tubuh, khususnya pembuluh darah jantung. Kondisi ini termasuk penyakit langka yang mayoritas menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. Umumnya balita yang berusia antara satu setengah hingga dua tahun.

Selain pembuluh darah, penyakit Kawasaki dapat menyerang limfonodi, kulit, dan membran mukosa yang terdapat di dalam mulut, hidung, serta tenggorokan. Karena itu, penyakit ini juga disebut sindrom limfonodi mukokutan.

Penyebab penyakit Kawasaki belum diketahui secara pasti. Para pakar menduga terdapat beberapa faktor yang mungkin melatarbelakangi penyakit ini, misalnya faktor keturunan, infeksi, kondisi autoimun, dan beberapa faktor lainnya.

Pengobatan terhadap penyakit Kawasaki paling baik dilakukan maksimal 10 hari sejak gejala muncul. Semakin cepat penanganan dilakukan, semakin kecil pula risiko komplikasi. Penyakit ini pun bisa lebih cepat disembuhkan.

Gejala Penyakit Kawasaki

Gejala penyakit Kawasaki umumnya muncul dalam tiga tahap dan akan berlangsung selama kurang lebih 1,5 bulan.

Tahap pertama terjadi pada minggu 1-2. Pada tahap ini, gejala utama yang muncul adalah demam selama lebih dari lima hari yang disertai: 

·         Ruam kemerahan yang pertama muncul di area organ intim dan menyebar ke tubuh bagian atas, tangan, kaki, serta wajah. Ruam ini biasanya akan hilang dalam waktu satu minggu.

·         Mata merah, tapi tidak keluar cairan.

·         Perubahan kondisi mulut, seperti lidah atau tenggorokan merah serta bibir yang kering dan pecah-pecah.

·         Jari-jari tangan atau kaki yang bengkak dan memerah. Tangan dan kaki juga akan terasa sakit.

·         Pembengkakan kelenjar getah bening pada leher.

Pada minggu 2-4, pasien pengidap penyakit Kawasaki akan mengalami tahap kedua. Demam biasanya sudah turun, tapi pasien akan mengalami gejala-gejala lain yang meliputi kulit pada ujung jari tangan dan kaki mengelupas, gangguan pencernaan (seperti diare, muntah, dan sakit perut), serta rasa nyeri dan pembengkakan pada sendi.

Pada tahap inilah, risiko komplikasi seperti aneurisma dapat muncul. Aneurisma adalah kondisi pecahnya pembuluh darah akibat dinding pembuluh darah tidak cukup kuat untuk menahan aliran darah. Lemahnya pembuluh darah ini disebabkan oleh proses peradangan yang terjadi akibat penyakit Kawasaki.

Pasien akan memasuki tahap ketiga pada minggu 4-6. Pada minggu-minggu ini, gejala-gejala penyakit Kawasaki perlahan-lahan akan berkurang, tapi kondisi anak umumnya masih lemas sehingga mudah lelah.

Gejala-gejala penyakit ini cenderung mirip dengan infeksi lain, terutama gejala demam pada tahap pertama. Jika anak Anda mengalami kondisi ini, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter agar anak Anda mendapat penanganan yang tepat.

Penyakit Kawasaki memang tidak bisa dicegah, tapi diagnosis dan penanganan secepat mungkin dapat menurunkan risiko komplikasi. Dengan penanganan dini, sebagian besar anak yang mengidap penyakit ini dapat sembuh total dalam waktu enam minggu hingga dua bulan. 

Penyebab Penyakit Kawasaki

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab kemunculan penyakit Kawasaki. Para ahli menilai penyakit ini mungkin disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu infeksi dan keturunan.

Jika dilihat dari gejala-gejalanya, penyakit Kawasaki bisa disebabkan oleh pengaruh infeksi. Jenis bakteri maupun virus yang menyebabkan penyakit ini masih belum teridentifikasi dengan jelas hingga sekarang. Penyakit ini tidak menular dan hampir tidak pernah menyerang bayi di bawah enam bulan karena bayi dilindungi zat antibodi yang didapat dari ibunya. Antibodi merupakan protein yang mampu menghancurkan organisme pembawa penyakit. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan penyakit ini menyerang anak pada usia tersebut.

Faktor keturunan diduga juga berpengaruh terhadap kemunculan penyakit Kawasaki. Jika seorang anak mengidap penyakit Kawasaki, besar kemungkinan orang tua sang anak juga pernah mengalaminya sewaktu kecil. Saudara kandung dari seorang anak yang memiliki riwayat penyakit Kawasaki juga berisiko mengalami penyakit ini. 

Diagnosis Penyakit Kawasaki

Tidak ada tes khusus yang dapat digunakan untuk mengonfirmasi penyakit ini. Biasanya dokter akan mendiagnosis penyakit ini dengan memeriksa kondisi fisik dan gejala-gejala yang dialami sang anak. 

Sejumlah indikasi yang umumnya dianggap sebagai patokan adalah gejala-gejala pada tahap pertama, seperti durasi dan suhu demam yang diderita, mata merah, perubahan pada mulut, bibir, serta jari tangan dan kaki.

Pemeriksaan lebih lanjut juga mungkin akan dianjurkan, misalnya tes darah, tes urine, pungsi lumbal, elektrodiagram, atau ekokardiogram. Proses ini dilakukan guna menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain yang memiliki gejala-gejala yang mirip, seperti campak, demam scarlet, toxic shock syndrome, Stevens-Jhonson syndrome,  serta lupus. 

Penyakit Kawasaki juga berpotensi menyebabkan gangguan jantung. Dokter seringkali menemukan adanya pelebaran pembuluh darah di sekitar jantung pada pengidap penyakit Kawasaki. Oleh karena itu, dokter juga menyertakan tes elektrodiagram dan ekokardiogram saat mendiagnosis pasien. 

Pengobatan Penyakit Kawasaki

Penanganan sedini dan seefektif mungkin sangat penting untuk mempercepat proses penyembuhan dan menurunkan risiko komplikasi. Jika tidak segera ditangani, penyembuhan penyakit Kawasaki akan semakin lama, risiko komplikasinya juga semakin besar.

Tujuan utama pengobatan pada tahap awal adalah untuk menurunkan demam, mengurangi inflamasi, sekaligus mencegah kerusakan pada jantung. Prosedur utama yang dilakukan untuk mengobati penyakit ini adalah dengan memberikan aspirin dan imunoglobulin.

Aspirin sebetulnya tidak boleh dikonsumsi oleh anak-anak di bawah 16 tahun, tapi penyakit Kawasaki merupakan salah satu pengecualian. Obat ini dapat mengatasi peradangan, menurunkan demam, serta mengurangi rasa sakit. Dosis dan durasi penggunaan aspirin akan ditentukan oleh dokter berdasarkan kondisi pasien.

Pemberian imunoglobulin melalui infus juga dibutuhkan untuk menurunkan demam sekaligus risiko komplikasi jantung. Intensitas gejala penyakit Kawasaki umumnya akan berkurang setelah pasien menerima infus ini. Jenis imunoglobulin yang digunakan untuk mengatasi penyakit Kawasaki adalah gamma globulin.

Jika aspirin dan immunoglobulin tidak berfungsi, dokter munkin akan memberikan kortikosteroid. Di samping obat-obatan, Anda dapat memberikan penanganan sederhana untuk menurunkan panas. Misalnya dengan memberikan banyak minum atau mengompres anak Anda.

Setelah demam turun, dokter mungkin akan memberikan aspirin dengan dosis rendah jika pasien terdeteksi mengalami masalah pada pembuluh darah koroner. Aspirin dosis rendah berfungsi untuk mencegah penggumpalan darah. Obat ini biasanya akan diberikan hingga 1,5-2 bulan sejak gejala muncul. 

Resiko Komplikasi Penyakit Kawasaki

Komplikasi utama akibat penyakit Kawasaki adalah masalah jantung. Jika tidak ditangani dengan efektif, diperkirakan sekitar satu di antara lima anak pengidap penyakit ini akhirnya menderita komplikasi jantung. Bahkan, 1 di antara 100 kasus komplikasi yang terjadi berakibat fatal.

Umumnya, gangguan jantung yang terjadi pada pengidap penyakit Kawasaki bisa ditemukan pada minggu pertama dan kedua sejak gejala muncul. Tanda-tanda yang sering ditemukan biasanya berupa detak jantung yang sangat cepat (tachycardia), penumpukan cairan dalam jantung (pericardial effusion), atau peradangan pada otot jantung (myocarditis).

Komplikasi serius pada pengidap penyakit Kawasaki umumnya disebabkan oleh inflamasi dan pembengkakan pada pembuluh darah koroner. Dinding pembuluh darah mungkin akan melemah sehingga menyebabkan terbentuknya aneurisma atau dinding pembuluh bisa menyempit dan memicu penggumpalan darah. Kedua komplikasi ini dapat berujung pada kerusakan jantung.

Dokter akan menganjurkan pemeriksaan lebih lanjut untuk memantau kondisi jantung anak Anda secara berkala jika terdapat indikasi bahwa anak Anda mengidap masalah jantung. Proses pemantauan ini biasanya diadakan pada enam hingga delapan minggu setelah gejala penyakit Kawasaki muncul.

Jika masalah jantung yang dialami berkelanjutan, anak Anda akan menjalani penanganan oleh dokter spesialis jantung. Kondisi ini umumnya akan ditangani dengan obat-obatan seperti antikoagulan dan antiplatelet atau prosedur operasi yang meliputi angioplasti koroner dan bedah bypass arteri jantung (CABG).

Pasien dengan tingkat komplikasi yang parah mungkin akan mengalami kerusakan permanen pada otot atau katup jantung yang berfungsi mengontrol aliran darah. Oleh karena itu, mereka dianjurkan untuk selalu melakukan pemeriksaan secara regular dengan dokter spesialis jantung agar kondisinya bisa terus terpantau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar