Rabu, 19 April 2017

PLASENTA PREVIA



Pengertian Plasenta Previa

Plasenta previa adalah kondisi ketika sebagian atau seluruh plasenta menutupi mulut rahim. Plasenta atau ari-ari akan terbentuk dan menempel pada dinding rahim saat seorang wanita menjadi hamil. 

Organ ini terhubung dengan bayi melalui tali pusar yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi untuk bayi, sekaligus untuk membuang zat-zat sisa dari darah bayi.

Selama masa kehamilan, rahim seorang wanita akan berkembang dan plasenta dengan kondisi normal akan melebar ke arah atas serta menjauhi leher rahim atau serviks. Apabila tetap berada di bagian bawah rahim atau di dekat serviks, plasenta dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir sang bayi. Kondisi inilah yang disebut plasenta previa.

Gejala-gejala Plasenta Previa

Plasenta previa termasuk kondisi yang jarang dialami oleh ibu hamil. Tetapi risiko ini tetap harus diwaspadai karena dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi dalam kandungan.

Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa disertai rasa sakit. Perdarahan tersebut biasanya terjadi pada 3 bulan terakhir masa kehamilan.

Volume darah yang muncul juga bisa ringan hingga parah. Perdarahan ini umumnya akan berhenti tanpa penanganan khusus sebelum kembali terjadi pada beberapa hari atau beberapa minggu kemudian. Sebagian ibu hamil juga ada yang mengalami kontraksi dan nyeri di punggung atau perut bagian bawah.

Memang tidak semua ibu hamil dengan kondisi ini akan mengalami perdarahan. Namun tindak penanganan sederhana, seperti membatasi rutinitas agar tidak kelelahan, harus tetap dilakukan guna mencegah komplikasi.

Jika mengalami perdarahan dalam trimester kedua atau ketiga, sebaiknya Anda segera menghubungi dokter. Ibu hamil yang mengalami perdarahan hebat dianjurkan untuk segera ke rumah sakit.
Apabila tidak ditangani, ibu hamil dengan plasenta previa terbukti memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami perdarahan sebelum dan setelah kelahiran, kelahiran prematur, serta lepasnya plasenta dari rahim.

Faktor Resiko Plasenta Previa

Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui, tapi ada beberapa faktor yang diduga berpotensi meningkatkan risikonya pada ibu hamil. Faktor-faktor risiko tersebut antara lain adalah:

·         Pernah menjalani operasi pada rahim, misalnya kuret atau pengangkatan miom.

·         Pernah mengalami plasenta previa.

·         Pernah menjalani operasi caesar.

·         Pernah mengalami keguguran.

·         Merokok.

·         Berusia 35 tahun atau lebih.

·         Pernah melahirkan.

·         Pernah menjalani operasi pada rahim.

·         Menggunakan kokain.

Proses Diagnosis Plasenta Previa

Plasenta previa umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan USG pada trimester kedua (usia kehamilan 18 hingga 21 minggu). Anda juga akan dianjurkan untuk menjalani USG transvaginal yang akan memberikan pencitraan yang lebih mendetail. Kombinasi kedua jenis USG inilah yang akan membantu dokter untuk memastikan diagnosis.

Jika Anda positif terdiagnosis mengalami plasenta previa, dokter akan menghindari pemeriksaan fisik rutin melalui vagina selama kehamilan. Ini dilakukan guna mengurangi risiko perdarahan. Anda juga biasanya akan kembali menjalani proses USG sebelum melahirkan untuk memeriksa lokasi plasenta serta detak jantung bayi.

Jenis-jenis Plasenta Previa

Plasenta previa dapat dibagi dalam 2 kategori berdasarkan posisi plasenta, yaitu minor atau sebagian dan mayor. Pada plasenta minor, sebagian plasenta menjulur ke rahim bagian bawah tanpa menutupi lubang serviks. Sementara pada plasenta previa mayor, posisi plasenta menutupi lubang serviks.
Ibu hamil yang mengalami plasenta previa minor biasanya masih diperbolehkan untuk melahirkan secara normal. Sedangkan plasenta previa mayor akan membutuhkan prosedur caesar.

Langkah-langkah Penanganan Plasenta Previa

Penanganan untuk plasenta previa umumnya  meliputi istirahat sebanyak mungkin, transfusi darah jika dibutuhkan, serta operasi caesar. Langkah penanganan akan ditentukan berdasarkan pada beberapa faktor, yaitu:

·         Apakah terjadi perdarahan atau tidak.

·         Tingkat keparahan perdarahan.

·         Apakah perdarahan berhenti atau tidak.

·         Kondisi kesehatan sang ibu dan bayi.

·         Usia kandungan.

·         Posisi plasenta dan bayi.

Ibu hamil yang tidak mengalami sedikit perdarahan biasanya tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit, tapi harus tetap waspada. Dokter umumnya akan menganjurkan istirahat di rumah, bahkan ada ibu hamil yang dianjurkan untuk terus berbaring dan hanya boleh duduk atau berdiri jika benar-benar diperlukan. Berhubungan seks juga sebaiknya dihindari yang berpotensi memicu perdarahan pada penderita plasenta previa. Begitu juga dengan olahraga. Apabila terjadi perdarahan, ibu hamil dihimbau untuk segera ke rumah sakit sebelum perdarahan bertambah parah. Sementara ibu hamil yang pernah mengalami perdarahan selama masa kehamilan disarankan untuk menjalani sisa masa kehamilan di rumah sakit dari minggu ke-34. Langkah ini dianjurkan agar pertolongan darurat (seperti transfusi darah atau pencegahan kelahiran prematur) bisa segera diberikan jika perdarahan kembali terjadi. Prosedur caesar juga akan dilakukan begitu kehamilan mencapai batas usia yang cukup, yaitu minggu ke-36. Sebelum menjalaninya, sang ibu biasanya akan diberi kortikosteroid guna mempercepat perkembangan paru-paru bayi dalam kandungannya.

Apabila tidak ditangani dengan cepat, perdarahan ini dapat menyebabkan suatu komplikasi yang mengancam nyawa, yakni syok hipovolemik. Selain itu, komplikasi lain yang dapat ditimbulkan akibat plasenta previa antara lain: 

·         Tromboemboli vena, biasanya disebabkan oleh durasi rawat inap yang terlalu lama dan efek samping dari penggunaan obat antikoagulan (obat anti pembekuan darah).

·         Kelahiran prematur, biasanya terjadi pada ibu hamil dengan perdarahan yang tidak kunjung berhenti. Dokter mungkin akan menganjurkan prosedur caesar meski usia kandungan belum cukup.

·         Asfiksia janin dalam kandungan.

·         Cedera pada bayi saat lahir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar