Senin, 24 April 2017

PROKITIS



Pengertian Prokitis

Proktitis adalah inflamasi yang terjadi pada dinding rektum dan anus. Rektum merupakan bagian paling bawah dari usus besar yang terhubung ke anus. Tinja manusia akan melewati rektum untuk sampai ke anus dan akhirnya dibuang ke luar tubuh.

Gejala Prokitis

Gejala proktitis bisa berlangsung untuk jangka pendek maupun jangka panjang (kronis). Selain sering atau terus ingin buang air besar (BAB) yang menjadi gejala utamanya, ada sejumlah indikasi lain yang menggambarkan kondisi ini yang berupa:

·         Rektum dan anus yang terasa sakit.

·         Perdarahan atau adanya lendir yang keluar dari rektum.

·         Nyeri di perut bagian kiri bawah.

·         Perut kiri bagian bawah terasa kaku atau kram saat BAB.

·         Diare.

·         BAB yang terasa tidak tuntas.

Penyebab Prokitis

Proktitis dapat disebabkan oleh berbagai hal, bisa karena penyakit menular seksual maupun kondisi medis lainnya. Penjelasan mendetailnya adalah sebagai berikut:

·         Penyakit menular seksual.

Misalnya gonore, sifilis, herpes, serta klamidia. Ini merupakan cara penyebaran proktitis yang paling umum terjadi, terutama pada orang-orang yang melakukan seks anal dengan lebih dari 1 pasangan.

·         Penyakit autoimun pada usus besar.

Seperti penyakit Crohn atau kolitis ulseratif. Diperkirakan sekitar sepertiga dari keseluruhan pengidap penyakit ini mengalami proktitis.

·         Infeksi akibat bakteri.

Contohnya bakteri Salmonella dan Shigella yang berasal dari makanan.

·         Terapi radiasi.

Untuk menangani kanker yang berada di sekitar rektum, seperti kanker prostat atau ovarium. Sinar radiasi ini berpotensi mengakibatkan inflamasi pada permukaan rektum.

·         Anti biotik.

Terkadang, antibiotik yang digunakan untuk melawan infeksi juga ikut serta membunuh bakteri-bakteri sehat yang berfungsi menjaga kesehatan saluran cerna. Akibatnya, bakteri berbahaya seperti Clostridium difficile dapat tumbuh dan berkembang biak di rektum.

·         Efek samping operasi.

Misalnya pada pasien yang menjalani operasi usus besar dan tidak bisa BAB secara normal dari rektum.

·         Reaksi terhadap protein dari makanan.

Misalnya bayi yang minum susu sapi atau kedelai. Bayi yang minum ASI dari ibu yang mengonsumsi produk-produk susu juga berpotensi mengalami proktitis.

·         Penumpukan sel darah putih.

Bayi di bawah 2 tahun berpotensi mengalami inflamasi rektum akibat penumpukan eosinofil, yaitu salah satu jenis sel darah putih.

Diagnosis Prokitis

Karena ada sebagian gejala proktitis yang mirip dengan penyakit-penyakit lain, pemeriksaan dan diagnosis dari dokter sangatlah dibutuhkan. Pada tahap awal, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pasien serta gejala yang dirasakan.

Jika menduga pasien mengidap proktitis, dokter akan menganjurkan serangkaian pemeriksaan yang diperlukan. Tes-tes yang biasanya disarankan adalah: 

·         Tes darah.

Guna mengecek keberadaan infeksi atau penurunan volume darah.

·         Pengambilan sample tinja.

Apabila proktitis yang diidap pasien disebabkan oleh bakteri, prosedur ini dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri yang memicu proktitis.

·         Pengambilan sampel lendir dari rektum urine dari kandung kemih.

Melalui tes ini, dokter akan mengetahui apakah pasien mengidap penyakit menular seksual atau tidak. 

·         Proctosigmoidoscopy.

Di mana dokter akan memasukkan sebuah tabung tipis lentur dengan kamera di ujungnya, guna melihat kondisi usus besar bagian bawah, termasuk rektum. Saat prosedur ini dilakukan, dokter juga dapat mengambil sebagian kecil jaringan rektum (biopsi rektum) untuk diperiksa di laboratorium.

·         Colonoscopy.

Hampir sama dengan proctosigmoidoscopy, dokter akan memasukkan sebuah tabung tipis lentur dengan kamera di ujungnya untuk melihat kondisi di usus besar. Biopsi juga dapat dilakukan bersamaan dengan prosedur ini.

Hasil-hasil pemeriksaan tersebut akan membantu dokter dalam menyesuaikan dan menentukan jenis pengobatan yang tepat bagi pasien.

Pengobatan Prokitis

Tujuan pengobatan proktitis adalah untuk mengurangi peradangan, meredakan rasa sakit, dan menyembuhkan infeksi. Jenis pengobatan yang diberikan oleh dokter tergantung pada penyebab di balik proktitis. Beberapa di antaranya meliputi:

·         Proktitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri akan ditangani dengan antibiotik. Sementara proktitis karena infeksi akibat virus (seperti penyakit menular seksual) akan ditangani dengan antivirus.

·         Proktitis sebagai efek samping terapi radiasi. Jika terapi radiasi menyebabkan proktitis yang parah, dokter akan menganjurkan obat-obatan supositoria untuk mengendalikan inflamasi. Obat pelunak tinja, prosedur pelebaran rektum, serta ablasi juga terkadang dibutuhkan. Ablasi dilakukan dengan menghancurkan jaringan rektum yang mengalami perdarahan.

·         Proktitis akibat penyakit inflamasi usus biasanya ditangani dengan obat-obatan yang bisa berupa obat anti inflamasi serta imunosupresan. Operasi pengangkatan jaringan yang rusak juga terkadang dianjurkan apabila gejala-gejala pasien tidak kunjung mereda.

Di samping penanganan medis, inflamasi dan nyeri ringan dapat diredakan untuk sementara dengan cara-cara sederhana yang meliputi:

·         Menghindari makan sesaat sebelum tidur agar sistem pencernaan Anda dapat beristirahat.

·         Merendam bokong dan selangkangan dengan air hangat selama beberapa menit (sitz bath).

·         Menggunakan obat pereda sakit yang dijual bebas.

·         Menghindari makanan pedas, asam, atau berlemak selama mengalami diare. Jangan lupa untuk bertanya pada dokter terlebih dulu jika Anda ingin memakai obat-obatan untuk menangani diare.

·         Minum banyak air, namun hindari konsumsi minuman yang mengandung soda atau kafein.

Pencegahan Prokitis

Membentengi diri dari penyakit menular seksual merupakan langkah utama dalam mencegah proktitis. Beberapa langkah pencegahan yang bisa Anda lakukan meliputi:

·         Setialah pada pasangan Anda. Berganti-ganti pasangan akan mempertinggi risiko penularan penyakit menular seksual.

·         Senantiasa menggunakan kondom.

·         Hindari  kegiatan seksual jika Anda atau pasangan Anda terkena penyakit menular seksual. Tunggulah hingga benar-benar sembuh.

·         Jangan melakukan seks anal.

·         Hindari penggunaan obat-obatan terlarang.

·         Jangan pernah berhubungan seks dengan orang yang mengidap luka di sekitar organ intimnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar