Selasa, 08 Agustus 2017

GANGGUAN DISMORFIK TUBUH



Pengertian Gangguan Dismorfik Tubuh

Gangguan dismorfik tubuh (body dysmorphic disorder) adalah gangguan mental yang membuat penderitanya merasa malu dan cemas akan kekurangan atau cacat yang ada pada tubuhnya, walau sifatnya kecil atau bahkan tidak disadari orang lain.

Salah satu gejala dari seorang penderita gangguan dismorfik tubuh adalah obsesinya kepada citra dan penampilan tubuh sehingga hampir setiap saat memeriksa keadaan dirinya di depan kaca.

Penderita gangguan dismorfik tubuh akan terus mencari prosedur kosmetik yang bisa memperbaiki kekurangannya, namun selalu merasa tidak puas dengan hasilnya. Wajah dan ukuran payudara adalah beberapa bagian tubuh yang paling umum diperhatikan dan dapat berganti ke bagian tubuh lain seiring waktu.

Gangguan ini bisa dialami oleh laki-laki atau perempuan, dan biasanya muncul di tahun-tahun awal usia remaja (usia 13-16 tahun) dan dewasa muda. Penanganan untuk gangguan dismorfik tubuh ini meliputi terapi perilaku kognitif dan pemberian obat-obatan.

Penyebab Gangguan Dismorfik Tubuh

Seperti kebanyakan gangguan mental lainnya, penyebab gangguan dismorfik tubuh juga tidak diketahui dengan pasti. Kondisi ini bisa merupakan kombinasi dari beberapa penyebab dan juga faktor risiko berikut:

·         Memiliki anggota keluarga yang mempunyai kondisi yang sama atau gangguan obsesif kompulsif.

·         Kelainan struktur atau senyawa-senyawa kimia di otak.

·         Pernah melalui pengalaman hidup yang meninggalkan kesan jelek, misalnya sering digoda mengenai citra tubuh ketika kecil, mendapat perilaku buruk mengenai bentuk tubuh, atau sering diabaikan akibat ukuran tubuh.

·         Tekanan sosial yang berasal dari lingkungan tempat tinggal, misalnya yang memiliki ekspektasi tinggi akan kecantikan.

·         Karakter atau kepribadian tertentu, misalnya seorang yang perfeksionis.

·         Memiliki gangguan psikiatrik, seperti depresi atau kecemasan.

Gangguan dismorfik tubuh juga umum dialami oleh seorang yang menderita fobia sosial dan gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia.

Gejala Gangguan Dismorfik Tubuh

Gejala khas seorang penderita gangguan dismorfik tubuh adalah pola pikir yang menyatakan bahwa penampilannya tidak sempurna, walaupun orang lain tidak menemukan kecacatan apapun pada orang tersebut. Pola pikir ini bersifat menetap dan seringkali menjadi suatu kepercayaan yang diyakini oleh penderita sehingga sulit bagi orang lain untuk meyakinkan yang sebaliknya.

Selain itu, penderita bisa terobsesi dengan pikiran bahwa postur tubuhnya terlalu kecil atau salah satu bagian tubuhnya benar-benar jelek. Ini biasanya dialami oleh penderita  pria. Sekitar 40 persen penderita gangguan dismorfik tubuh memikirkan ketidaksukaan mereka terhadap bagian tubuhnya sebanyak 3-8 jam per hari. Sementara 25 persen memikirkannya sebanyak lebih dari 8 jam per hari.

Beberapa anggota tubuh berikut adalah yang paling sering memengaruhi pandangan penderita: 

·         Kulit dan penampakan pembuluh darah atau nadi.

·         Rambut, misalnya tipis atau kebotakan (paling sering dialami oleh penderita pria).

·         Wajah, misalnya bentuk hidung, kerutan, jerawat, noda, dan corak kulit.

·         Ukuran dan bentuk otot.

·         Ukuran payudara.

·         Alat kelamin.

Berikut adalah beberapa gejala gangguan dismorfik tubuh lain yang umum ditemui:

·         Menganggap orang lain selalu memperhatikan, mengejek, atau memandang negatif penampilan dirinya.

·         Melakukan suatu kegiatan secara berulang-ulang untuk memastikan kekurangan tubuhnya ini tidak terlihat oleh orang lain, seperti selalu melihat cermin, berdandan, atau mencubit kulit. Namun ada juga penderita yang menjadi tertekan jika melihat cermin sehingga mereka cenderung menghindarinya.

·         Selalu mencoba untuk menyembunyikan kekurangan dirinya dengan gaya pakaian atau riasan wajah.

·         Selalu mencari namun tidak puas dengan hasil prosedur kosmetik yang dijalankan.

·         Menghindari situasi sosial.

·         Selalu membutuhkan opini orang lain yang menyatakan bahwa penampilannya baik-baik saja.

·         Selalu membandingkan penampilan diri dengan orang lain.

·         Memiliki kecenderungan perfeksionis terhadap sesuatu.

·         Melakukan diet atau olahraga yang berlebihan.

·         Menjadi sangat terobsesi dengan penampilan hingga memengaruhi atau menimbulkan masalah pada kehidupan sosial, sekolah, pekerjaan, hubungan, dan area lain dalam kehidupan.

Walau berbeda dengan gangguan obsesif kompulsif  (OCD),  namun penderita gangguan dismorfik tubuh juga memiliki perilaku yang sama dengan penderita OCD, yaitu melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang, misalnya bercermin. Inilah sebabnya penderita  juga akan melalui pengobatan yang berhubungan dengan perilaku tersebut.

Diagnosis Gangguan Dismorfik Tubuh

Diagnosis gangguan dismorfik tubuh dapat ditegakkan melalui anamnesa penyakit dan evaluasi psikiatri. Dokter kemudian akan merujuk penderita kepada seseorang ahli kesehatan mental (psikiater) untuk mendapat pengamatan dan penanganan lebih lanjut. Beberapa evaluasi yang mungkin dilakukan antara lain:

·         Riwayat medis penderita, keluarga, dan keadaan sosial di lingkungan sekitarnya.

·         Pengamatan psikologis yang akan menilai beberapa faktor risiko, isi pikiran, perasaan, dan perilaku penderita yang berkaitan dengan buruknya citra diri.

·         Gejala gangguan dismorfik tubuh yang tercantum pada panduan diagnosis dan statistik ganggual mental (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders/DSM-5) yang diterbitkan oleh Asosiasi Psikiatri Amerika (American Psychiatric Assosiation).

Jika Anda merasa mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan di atas namun masih kurang yakin, Anda bisa membuat catatan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan gejala tersebut sebelum berkonsultasi dengan dokter. Misalnya, Berapa jam dalam sehari Anda memikirkan tentang penampilan Anda, apakah yang membuat Anda cemas dari penampilan Anda, Bagaimana efeknya bagi kehidupan Anda, dan apakan itu mengganggu kehidupan sosial.

Pengobatan Gangguan Dismorfik Tubuh

Penanganan gangguan dismorfik tubuh terdiri dari terapi perilaku kognitif dan pemberian obat-obatan, serta kombinasi dari keduanya. Pada beberapa kasus, penderita gangguan dismorfik tubuh yang parah mungkin memerlukan perawatan psikiatri di rumah sakit, misalnya pada penderita yang tidak mampu menjalankan aktivitas sehari-hari. Penderita yang berpotensi menyakiti dirinya sendiri juga termasuk ke dalam kategori ini.

Berikut adalah penjabaran singkat untuk metode pengobatan dan terapi perilaku kognitif bagi penderita. 

·         Pemberian obat yang akan menghabat penyerapan senyawa serotonin atau selective serotonin reuptake inhibitor / SSRIs.

Obat ini digunakan juga untuk mengobati gangguan mental lain, dan pada kasus ini berfungsi mengendalikan perilaku yang berulang dan perilaku obsesif penderita. Anda mungkin harus mengonsumsi obat ini setiap hari selama 12 minggu hingga 12 bulan, disesuaikan dengan kondisi dan respons penderita terhadap pengobatan. Beberapa efek samping yang umumnya muncul adalah sakit kepala dan mual. Selain SSRIs, obat tambahan lain yang mungkin diberikan oleh dokter adalah clomipramine.

·         Terapi perilaku kognitif.

Terapi ini akan membantu penderita dalam beberapa hal berikut, yaitu:

a.       Membantu penderita untuk mengenali pikiran buruk atau negatif, reaksi emosional, dan perilaku yang bisa menjadi permasalahan.

b.      Membantu penderita mengenali cara menangani atau mengurangi keinginan untuk melihat cermin maupun mendapatkan penghiburan akan penampilannya.

c.       Membantu penderita mempelajari perilaku lain yang bisa meningkatkan kesehatan mentalnya.

d.      Membimbing penderita yang secara otomatis berpikiran negatif tentang dirinya untuk belajar cara berpikir yang lebih realistis dan fleksibel.

Komplikasi Gangguan Dismorfik Tubuh

Jika tidak ditangani dengan baik, gangguan dismorfik tubuh cenderung akan memburuk seiring berjalannya waktu dan dapat berujung pada depresi atau kecemasan, bahkan pemikiran atau perilaku bunuh diri.

Selain beberapa komplikasi di atas,  dapat juga memicu beberapa kondisi berikut: 

·         Gangguan pada kulit akibat kebiasaan menyubit kulit.

·         Gangguan makan.

·         Gangguan obsesif kompulsif.

·         Penyalahgunaan zat terlarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar