Sabtu, 26 Agustus 2017

KONJUNGTIVITIS



Pengertian Konjungtivitis

Konjungtivitis atau mata merah adalah peradangan yang terjadi pada konjungtiva atau selaput bening yang melapisi bagian depan mata. Pada saat terjadi peradangan pada pembuluh darah kecil di konjungtiva, bagian mata yang seharusnya berwarna putih akan terlihat merah atau merah muda.

Peradangan yang terjadi umumnya disebabkan oleh infeksi baik karena bakteri maupun virus. 
Namun, reaksi alergi juga dapat memicu terjadinya mata merah. Konjungtivitis awalnya bisa jadi hanya menjangkiti satu mata, namun biasanya setelah beberapa jam akan menjangkiti kedua mata.

Gejala Konjungtivitis

Gejala konjungtivitis awalnya hanya menjangkiti satu mata, namun biasanya setelah beberapa jam akan menjangkiti kedua mata. Konjungtivitis memiliki gejala yang umum terjadi seperti berikut ini:

·         Sering mengeluarkan air mata dan mukus karena kelenjar yang memproduksi keduanya menjadi terlalu aktif akibat peradangan.

·         Mata menjadi merah karena pembuluh darah kecil pada konjungtiva melebar setelah mengalami peradangan.

·         Sensitifitas terhadap cahaya bertambah tinggi.

Selain gejala-gejala umum di atas, kojungtivitis juga dapat menimbulkan beberapa gejala lain, sesuai dengan jenisnya.

·         Konjungtivitis infetif.

Ada beberapa gejala yang biasanya muncul jika mengalami konjungtivitis infektif, di antaranya:

a.       Kelenjar getah bening yang membesar di depan telinga.

b.      Mata terasa seperti terbakar.

c.       Bulu mata akan terasa menempel atau lengket ketika bangun pagi.

d.      Mata terasa seperti berpasir.

·         Konjungtivitis alergi.

Konjungtivitis dapat terjadi akibat alergi dan menyebabkan mata terasa gatal. Gejala-gejala seperti hidung berair atau tersumbat, serta bersin-bersin juga dapat terjadi.

Kelopak mata akan terasa perih dan menjadi kering jika Anda menderita alergi terhadap tetes mata atau biasa disebut dengan contact dermaconjunctivitis.

Selain itu, ada juga konjungtivitis papiler raksasa (giant papillary conjunctivitis/GPC) yaitu alergi terhadap pemakaian kontak lensa. Gejala yang muncul bisa berupa bintik kecil di dalam kelopak mata bagian atas dan berkembang secara perlahan.

·         Konjungtivitis iritan.

Kita harus mencurigai konjungtivitis iritan apabila terdapat riwayat paparan terhadap bahan iritan seperti sampo atau bahan kimia lainnya. Mata biasanya akan mengeluarkan cairan bening seperti air mata yang tidak lengket. Soket mata bagian bawah biasanya lebih sering terserang dibandingkan bagian atas.

Segera temui dokter jika mengalami konjungtivitis papiler raksasa karena bisa menimbulkan komplikasi yang sangat berbahaya.

Sebagian besar kasus konjungtivitis tidak berbahaya dan tidak perlu dicemaskan. Meskipun begitu, segera temui dokter jika mengalami gejala mata yang lebih parah seperti:

a.       Penglihatan terganggu.

b.      Salah satu atau kedua mata berwarna merah pekat.

c.       Mata terasa sakit.

d.      Mengalami fotofobia atau sensitif terhadap cahaya.

e.      Pusing hebat yang disertai rasa mual atau muntah.

Penyebab Konjungtivitis

Penyebab konjungtivitis berbeda-beda, tergantung dari jenisnya. Hal tersebut akan dijelaskan di bawah ini.

·         Konjungtivitis alergi.

Konjungtivitis alergi terjadi akibat adanya reaksi alergi pada mata setelah bersentuhan dengan zat alergen. Konjungtivitis alergi masih terbagi lagi ke dalam tiga tipe, di antaranya:

a.       Contact dermatoconjunctivitis.

Konjungtivitis alergi tipe ini umumnya disebabkan oleh obat tetes mata. Selain itu, penggunaan riasan wajah dan paparan zat kimia juga bisa menyebabkan terjadinya kondisi ini.

b.      Konjungtivitis papiler raksasa.

Penyebab terjadinya konjungtivitis papiler raksasa adalah lensa kontak, bagian mata buatan atau prostesis yang dipasang saat operasi mata, serta jahitan yang digunakan pada operasi mata. Diperkirakan sekitar satu persen orang yang menggunakan lensa kontak keras dan tiga persen pengguna lensa kontak lunak terkena konjungtivitis papiler raksasa.

c.       Konjungtivitis alergi menahun.

Orang-orang yang memiliki alergi lain, seperti asma dan rhinitis alergi, lebih sering menderita konjungtivitis tipe ini. Konjungtivitis alergi menahun biasanya disebabkan oleh tungau debu, kelupasan kulit mati hewan, dan serbuk sari dari pohon, bunga atau rumput.

·         Konjungtivitis iritasi.

Penyebab terjadinya konjungtivitis iritasi sangat beragam di antaranya adalah:

a.       Sampo.

b.      Asap atau uap.

c.       Bulu mata yang menyimpang dan menggesek konjungtiva.

d.      Berenang di kolam yang airnya mengandung klorin.

·         Konjungtivitis infektif.

Konjungtivitis infektif  terjadi akibat adanya infeksi pada mata yang dipicu oleh:

a.       Virus.

Adenovirus merupakan salah satu virus yang paling sering menyebabkan konjungtivitis. Selain itu, virus ini juga bisa menyebabkan gejala demam dan sakit tenggorokan.

b.      Penyakit menular seksual.

Misalnya gonore atau Chlamydia.

c.       Bakteri.

Kelompok bakteri yang sering menyebabkan terjadinya infeksi telinga dan lambung, juga bisa menyebabkan konjungtivitis.

Penderita konjungtivitis infektif dapat menularkan infeksi mata pada orang yang berdekatan dengannya. Penyebarannya bisa terjadi melalui kontak langsung maupun tidak langsung dari sekresi mata yang terinfeksi. Oleh sebab itu, disarankan untuk selalu mencuci tangan sampai bersih usai bersentuhan dengan penderita, serta jangan berbagi handuk atau bantal dengan mereka.

Ada beberapa faktor  yang dapat meningkatkan seseorang terkena konjungtivitis infektif, di antaranya:

a.       Menderita diabetes dan penyakit lain ang membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lemah.

b.      Beradav di tempat yang ramai dan padat misalnya di dalam kereta atau bus.

c.       Usia. Anak-anak sangat rentan terkena penyakit ini karena mereka sering berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah. Selain itu, lansia juga rentan karena sistem kekebalan tubuh yang melemah seiring menuanya usia.

d.      Menderita blefaritis atau peradangan pada sisi kelopak mata yang disebabkan oleh bakteri.

e.      Memiliki riwayat infeksi saluran pernapasan.

f.        Mengonsumsi obat-obatan yang melemahkan sistem kekebalan tubuh seperti kortikosteroid atau sering disebut juga dengan steroid.

g.       Penggunaan lensa kontak.

Diagnosis Konjungtivitis

Diagnosis  dilakukan  dokter dengan cara memeriksa mata dan menanyakan gejala yang dialami untuk menentukan perawatan yang akan dilakukan, serta menentukan konjungtivitis tipe apa yang diderita oleh pasien.

Segera temui oftalmologis atau dokter spesialis mata jika gejala yang dialami cukup parah dan tidak kunjung sembuh. Dokter mungkin akan menyarankan pengambilan sampel cairan kental atau mukus dari mata yang terinfeksi untuk dianalisis. Jika konjungtivitis dicurigai terjadi karena alergi, maka tes alergi juga dibutuhkan agar penderita dapat menghindari alergen di masa mendatang.

Berikut ini adalah beberapa kondisi parah yang memerlukan pemeriksaan lanjutan:

·         Kornea membengkak dan muncul luka terbuka atau disebut dengan keratitis.

·         Pembengkakan lapisan tengah mata yang menyebabkan sakit kepala, mata berair, dan terasa sakit. Kondisi ini disebut dengan iritis.

·         Penyaki glaukoma akut yang menyebabkan munculnya tekanan pada mata dan rasa sakit.

Perawatan Konjungtivitis

Perawatan konjungtivitis yang dilakukan tergantung pada penyebabnya. Berikut ini adalah perawatan yang digolongkan berdasarkan penyebab terjadinya konjungtivitis.

·         Konjungtivitis infektif.

Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan sendiri untuk mengatasi konjungtivitis infektif karena sebagian besar kasusnya tidak memerlukan perawatan medis dan akan menghilang dalam waktu 1-2 pekan. Di bawah ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meredakan gejala yang dialami.

a.       Gunakan obat tetes air mata yang berguna sebagai pelumas untuk meredakan rasa sakit dan lengket pada mata. Obat ini bisa dibeli secara bebas di apotek.

b.      Cucilah tangan secara rutin setelah menyentuh mata yang terinfeksi agar tidak menular.

c.       Jangan menggunakan lensa kontak sebelum gejala infeksi hilang atau setidaknya satu hari setelah menyelesaikan perawatan. Ganti lensa kontak yang telah dipakai saat terinfeksi karena kemungkinan bisa menjadi sumber infeksi.

d.      Gunakan kain kapas yang dibasahi untuk membersihkan kelopak dan bulu mata dengan lembut agar tidak lengket.

Jika gejala yang dialami tidak kunjung mereda setelah dua pekan atau infeksi yang terjadi cukup parah, dokter akan meresepkan obat antibiotik, salah satunya adalah chloramphenicol.

·         Konjungtivitis alergi.

Sebelum menemui dokter, cobalah lakukan pengobatan sendiri di rumah terlebih dahulu untuk meredakan gejala konjungtivitis alergi. Kompres mata dengan kain yang dibasahi air dingin dan hindari terpapar zat alergen. Jangan memakai lensa kontak hingga gejala konjungtivitis hilang. Agar gejala tidak memburuk, jangan menggosok mata walau terasa gatal.

Jika konjungtivitis alergi tidak kunjung mereda, temui dokter. Dokter kemungkinan akan meresepkan antihistamin (baik dalam bentuk tetes mata atau oral) guna meredakan gejala alergi. Contoh-contoh obat antihistamin adalah azalastine, cetirizine, loratadine, fexofenadine, atau emedastine. Gunakan obat sesuai anjuran dokter.

Selain antihistamin, obat kortikosteroid jangka pendek dalam bentuk gel, salep, atau krim kemungkinanakan diresepkan jika gejala konjungtivitis alergi yang dialami cukup parah.

Selain itu, ada juga obat yang bernama mast cell stabilisers yang berguna untuk mengendalikan gejala alergi dalam jangka waktu panjang. Dokter mungkin akan mengombinasikan antihistamin dengan obat ini, karena efek mast cell stabilisers baru bisa terasa setelah beberapa pekan pemakaian. Contoh obat tetes mata mast cell stabilisers yang biasa diresepkan adalah nedocromil sodium, sodium cromoglicate, dan lodoxamide.

Temuilah dokter agar diperiksa secara lebih lanjut jika mengalami gejala-gejala seperti daya penglihatan berkurang, mata terasa sakit, salah satu atau kedua mata berwarna merah pekat, serta mengalami fotofobia atau sensitif terhadap cahaya. Pemeriksaan bertujuan untuk memeriksa apakah pasien menderita penyakit menular seksual (misalnya chlamydia) yang bisa menyebabkan terjadinya konjungtivitis infektif. Jika dibiarkan, gejala penyakit ini dapat berlangsung hingga beberapa bulan.

Komplikasi Konjungtivitis


Komplikasi akibat konjungtivitis dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Berikut ini adalah komplikasi konjungtivitis yang dapat terjadi berdasarkan tipe konjungtivitis yang diderita.
·         Konjungtivitis infektif.

Konjungtivitis bisa berlangsung selama beberapa bulan jika disebabkan oleh penyakit menular seksual, seperti chamydia (klamidia). Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat konjungtivitis infektif:

a.       Jika bakteri masuk ke aliran darah dan menyerang jaringan tubuh, pasien bisa mengalami keracunan darah atau disebut dengan sepsis.

b.      Lapisan pelindung saraf tulang belakang dan otak, atau meninges, bisa mengalami infeksi (meningitis).

c.       Infeksi telinga bagian tengah. Kondisi ini dialami oleh 25 persen anak-anak yang menderita konjungtivitis akibat bakteri haemophilus influenzae.

d.      Permukaan kulit menjadi bengkak atau meradang dan terasa sakit akibat infeksi yang terjadi pada jaringan dan lapisan dalam kulit (selulitis).

·         Konjungtivitis neonatal.

Konjungtivitis infektif yang terjadi pada bayi yang baru lahir hingga usia 28 hari harus segera ditangani karena bisa menyebabkan kerusakan penglihatan permanen. Kebanyakan bayi yang terkena konjungtivitis infektif bisa sembuh total dan hanya sedikit yang mengalami komplikasi.

·         Punctate epithelia keratitis.

Keratitis dapat terjadi akibat konjungtivitis yang menyebabkan kornea membengkak atau mengalami peradangan. Kondisi ini menyebabkan mata sensitif terhadap cahaya dan terasa sakit. Kebutaan bisa terjadi jika tukak muncul di kornea dan menyebabkan kerusakan permanen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar