Sabtu, 26 Agustus 2017

KOMA



Pengertian Koma

Koma adalah situasi darurat medis ketika seseorang mengalami keadaan tidak sadar dalam jangka waktu tertentu. Ketidaksadaran ini disebabkan oleh menurunnya aktivitas di dalam otak yang dipicu oleh beberapa kondisi seperti cedera otak parah, keracunan alkohol, atau infeksi otak (ensefalitis).

Selain tidak menyadari keadaan sekitar, orang yang mengalami koma umumnya juga tidak dapat merespons suara atau rasa sakit. Refleks dasar tubuh (seperti batuk dan menelan) pada pasien koma pun akan sangat berkurang. Sebagian besar pasien mampu bernapas spontan, namun beberapa di antaranya membutuhkan alat bantu pernapasan.

Tingkat kesadaran penderita koma tergantung dari seberapa besar bagian otak yang masih berfungsi, dan keadaan ini biasanya berubah seiring waktu. Ketika berangsur sadar, penderita  akan mulai merasakan sakit, mulai menyadari keadaan di sekitar, dan akhirnya mampu berkomunikasi. Peluang sembuh dari koma sangat tergantung dari penyebab koma itu sendiri. Namun orang yang koma selama hitungan bulan hingga tahun memiliki peluang yang sangat kecil untuk bertahan hidup.

Penyebab Koma

Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat menyebabkan koma, di antaranya:

·         Stroke.

·         Cedera berat kepala.

·         Diabetes.

·         Infeksi pada otak, misalnya meningitis dan ensefalitis.

·         Keracunan, misalnya akibat karbon monoksida.

·         Overdosis alkohol dan/atau.

·         Kekurangan oksigen.

·         Kejang.

·         Tumor pada otak .

·         Kegagalan organ hati (koma hepatikum).

Diagnosis Koma

Pemeriksaan fisik akan dilakukan dokter sebagai langkah awal mendiagnosis koma, misalnya:

·         Memeriksa ukuran pupil mata.

·         Memeriksa refleks dan gerakan, misalnya gerakan pada mata atau suara-suara yang mungkin dikeluarkan oleh penderita.

·         Memeriksa adanya tanda-tanda cedera pada kepala.

·         Memeriksa pola napas penderita.

·         Memeriksa reaksi penderita terhadap rasa sakit.

Sebelum pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab koma, dokter biasanya akan meminta keterangan pada keluarga, teman-teman, atau orang-orang terdekat dari penderita yang mengetahui kondisinya sebelum mengalami koma. Beberapa hal yang akan ditanyakan dokter di antaranya:

·         Riwayat kesehatan pasien, misalnya apakah dia pernah mengidap stroke.

·         Tanda-tanda kehilangan kesadaran yang terlihat dan bagaimana penderita kehilangan kesadaran, misalnya apakah secara perlahan atau tiba-tiba.

·         Gejala-gejala sebelum penderita mengalami koma, misalnya sakit kepala, kejang atau muntah-muntah.

·         Penggunaan obat-obatan sebelum koma.

·         Perilaku penderita sebelum mengalami koma.

Untuk lebih memastikan penyebab koma sekaligus membantu dokter menemukan pengobatan yang tepat, pemeriksaan lebih detail mungkin diperlukan, misalnya:

·         Pemeriksaan darah.

Kadar hormon tiroid, glukosa, maupun elektrolit pasien akan diperiksa. Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya pemicu koma, misalnya overdosis alkohol atau obat-obatan, keracunan karbon dioksida, dan gangguan organ hati.

·         Elektroensefalograf atau EEG.

Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengukur aktivitas elektrik dalam otak ini bertujuan untuk mengetahui apakah koma dipicu oleh kejang.

·         MRI dan CT scan.

Melalui pemindaian ini, gambaran kondisi otak bisa dilihat secara jelas oleh dokter, baik struktur otak dan batang otak. Di sini dokter bisa melihat apakah koma disebabkan oleh tumor, stroke, atau pun perdarahan di dalam otak. Pemindaian CT scan menggunakan radiasi gelombang elektromagnetik, sedangkan MRI menggunakan gelombang kuat radio dan magnet.

·         Pungsi lumbal.

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui adanya infeksi pada sistem saraf.

Tingkat Koma

Tingkat kesadaran orang yang mengalami koma dapat ditentukan melalui sebuah penilaian yang disebut skala koma glasgow (GCS). Ada tiga hal yang diukur dalam skala ini. Tiap hal memiliki poin-poin yang nantinya akan dijumlahkan. Hasil penjumlahan inilah yang kemudian dipakai untuk menentukan tingkat kesadaran seseorang saat mengalami koma.

·         Pembukaan mata.

Dalam kategori ini, poin 0 berarti pasien tidak merespons dan tidak mampu membuka mata secara spontan. Poin 4 sebagai yang tertinggi diartikan bahwa pasien dapat membuka mata secara spontan.

·         Respon verbal terhadap perintah.

Dalam kategori ini, poin 0 diartikan bahwa pasien tidak merespons. Poin 5 sebagai poin tertinggi diartikan bahwa pasien sadar dan bisa berbicara.

·         Respons gerakan terhadap perintah.

Poin 0 diartikan sebagai tidak adanya respons. Poin 6 sebagai yang tertinggi artinya pasien patuh terhadap perintah.

Pengobatan Koma

Pengobatan koma tergantung dari penyebab koma itu sendiri. Misalnya, dokter akan memberikan obat pengendali kejang jika koma disebabkan oleh kejang. Dokter juga akan memberikan antibiotik jika koma terjadi akibat infeksi pada otak. Glukosa juga bisa diberikan untuk mengatasi syok diabetikum.

Selain pengobaan di atas, operasi juga bisa dilakukan untuk mengurangi pembengkakan di otak. Jika dibutuhkan, alat-alat pendukung, seperti alat bantu napas atau transfusi darah akan dipasangkan pada penderita koma.Kesimpulannya, pengobatan koma dapat dilakukan secara tepat jika hasil diagnosis yang didapat juga akurat. Peluang sadar penderita sangat tergantung kepada hasil pengobatan dan lamanya jangka waktu koma.

Sebagai contoh, koma yang disebabkan oleh cedera di kepala dan overdosis obat-obatan memiliki peluang sembuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan koma akibat kekurangan oksigen. Namun jika cedera kepala yang dialami penderita cukup parah hingga merusak otak, bukan tidak mungkin penderita akan sulit untuk sadar atau mengalami cacat ketika dia sadar.

Kapan waktu seseorang untuk tersadar dari koma tidak bisa diprediksi oleh dokter. Namun makin lama koma berlangsung, maka peluang sadar bagi penderitanya umumnya akan makin tipis, terlebih lagi jika koma berlangsung lebih dari satu tahun.

Pulih dari Koma

Pulihnya kesadaran orang yang mengalami koma biasanya tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan bertahap. Ada sebagian penderita yang dapat sembuh total dari koma tanpa mengalami cacat sedikit pun. Sebagian lainnya tersadar, namun dengan fungsi otak atau tubuhnya mengalami penurunan, bahkan kelumpuhan.

Penderita yang mengalami cacat setelah koma harus mendapat penanganan lebih lanjut melalui beragam terapi oleh para ahli, misalnya fisioterapi, psikoterapi, dan ahli terapi okupasi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar