Minggu, 20 Agustus 2017

KELAHIRAN PREMATUR




Pengertian Kelahiran Prematur

Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi pada tiga minggu atau lebih sebelum waktu kelahiran normal. Pada kondisi normal, kelahiran akan terjadi setelah kandungan berusia 40 minggu. 

Dengan kata lain, sebuah kelahiran disebut prematur jika kelahiran itu terjadi pada minggu ke-37 kehamilan atau lebih awal.

Minggu-minggu terakhir kehamilan merupakan saat paling penting untuk proses pertumbuhan janin, khususnya otak dan paru-paru. Maka dari itu, bayi yang lahir prematur cenderung mengalami gangguan medis lebih serius dan harus dirawat di rumah sakit lebih lama dari bayi yang lahir normal.

Berikut adalah beberapa fakta tentang bayi yang lahir prematur:

·         Bayi yang lahir saat usia kehamilan belum mencapai 25 minggu memiliki risiko penyakit jangka panjang, seperti learning disabilities (kesulitan belajar), gangguan neurologis, dan yang terburuk adalah mengalami cacat fisik.

·         Janin yang lahir sebelum usia kehamilan memasuki minggu ke-23 tidak akan bisa bertahan hidup di luar rahim sang ibu.

·         Hampir semua bayi yang lahir saat usia kehamilan belum mencapai 28 minggu mengalami gangguan pada sistem pernap

·         Jika bayi lahir setelah minggu ke-32, potensi munculnya risiko penyakit jangka panjang cukup rendah, tidak mencapai 10%.

·         Jika bayi lahir setelah minggu ke-37, risiko komplikasi mereka semakin kecil. Meskipun risikonya kecil, potensi untuk timbulnya komplikasi tetap ada.

Secara fisik, bayi yang lahir prematur terlihat berbeda dari bayi yang lahir normal. Biasanya, mereka bertubuh kecil dengan ukuran kepala yang agak besar. Ukuran badan dan kepalanya terlihat tidak proporsional. Ciri-ciri lain pada bayi prematur adalah:

·         Kurang memiliki refleks untuk mengisap dan menelan, sehingga menyebabkan mereka susah makan.

·         Diselimuti bulu halus (lanugo) yang tumbuh lebat di sekujur tubuh.

·         Sorot matanya tajam. Bentuk matanya tidak sebulat bayi normal karena kekurangan lemak tubuh.

·         Pernapasan terganggu dan suhu tubuh rendah saat dilahirkan.

Penyebab dan Faktor Resiko Kelahiran Prematur

Kelahiran prematur disebabkan oleh banyak faktor. Pada kebanyakan kasus, kelahiran prematur terjadi secara spontan tanpa diketahui penyebabnya secara jelas. Namun ada pua beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan kelahiran prematur antara lain pecah ketuban dini, perdarahan pada kehamilan, hipertensi pada saat hamil, serta serviks yang lemah atau tidak kompeten.

Potensi kelahiran prematur pada ibu hamil bisa meningkat karena sejumlah faktor. Berikut adalah beberapa faktor yang meningkatkan risiko kelahiran prematur:

·         Sakit di punggung bagian bawah.

·         Kontraksi setiap 10 menit.

·         Kram di bagian perut bawah.

·         Keluar cairan dari vagina.

·         Perdarahan di vagina.

·         Sering mengalami keputihan.

·         Pinggul terasa tertekan.

·         Mual, muntah, atau bahkan diare.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bayi prematur mempunyai risiko komplikasi penyakit lebih besar dibanding dengan bayi normal. Berdasarkan dampaknya pada bayi, komplikasi itu terdiri dari dua jenis, yaitu:

·         Komplikasi jangka pendek.

Bayi prematur kemungkinan akan mengalami sejumlah gangguan pada organ tubuh seperti jantung, otak, darah, serta gangguan sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem metabolisme, kekebalan tubuh, dan kesulitan mengendalikan suhu tubuh. Bayi prematur juga berpotensi mengalami penyakit kuning karena organ hati yang belum matang.

·         Komplikasi jangka panjang.

Pada sejumlah kasus, bayi prematur mengalami komplikasi jangka panjang seperti lumpuh otak (gangguan gerak, bentuk otot, dan postur badan), gangguan keterampilan kognitif, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, masalah pada gigi, gangguan psikologis, sampai yang paling parah adalah sindrom kematian bayi mendadak.

Diagnosis Kelahiran Prematur

Dalam mendiagnosis kelahiran prematur, umumnya dokter akan menanyakan seputar gejala yang dialami pasien dan menanyakan apakah pasien memiliki keluarga dengan riwayat kehamilan prematur, serta obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan. Selain itu, dokter mungkin juga akan memonitor kondisi rahim pasien untuk mengetahui detak jantung bayi dan kontraksi pasien.

Jika pasien berpotensi melahirkan secara prematur, dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani sejumlah pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan itu terdiri dari:

·         USG transvaginal, untuk mendeteksi perubahan pada leher rahim (serviks).

·         Pemeriksaan kondisi rahim, untuk memonitor kontraksi pada rahim.

·         Pemeriksaan untuk menentukan ada tidaknya infeksi di vagina.

·         Pemeriksaan fetal fibronectin, untuk mengetahui reaksi kimiawi di bagian dasar rahim.

Pencegahan Kelahiran Prematur

Sebelum berbicara lebih jauh mengenai penanganan kelahiran prematur, ketahui dahulu cara pencegahannya. Selama ini, penyebab kelahiran prematur seringkali tidak diketahui secara pasti. 

Namun, para wanita bisa mengurangi risiko kelahiran prematur dengan langkah pencegahan di bawah ini:
·         Menjalani diet sehat sebelum hamil.

Mengonsumsi makanan sehat yang kaya protein, buah-buahan, dan biji-bijian sebelum hamil cukup efektif untuk mengurangi risiko kelahiran prematur.

·         Memperbanyak suplemen kalsium.

Mengonsumsi suplemen kalsium sebanyak 1000 mg atau lebih perhari bisa mengurangi risiko kelahiran prematur dan preeklamsia (salah satu komplikasi kehamilan).

·         Mengonsumsi aspirin dengan dosis rendah.

Untuk mengurangi risiko kelahiran prematur, ibu hamil dianjurkan mengonsumsi aspirin dengan dosis 60-80 mg mulai akhir trimester pertama kehamilan. Cara ini digunakan untuk ibu hamil dengan riwayat kelahiran prematur, preeklamsia, serta wanita hamil dengan tekanan darah tinggi.

·         Menggunakan cincin pasarium (Cervical pessary).

Ibu hamil dengan ukuran serviks yang pendek disarankan memakai cincin pesarium untuk menyokong rahim agar tidak turun. Bentuk alat ini menyerupai cincin yang dipasang di mulut rahim.

·         Jauhkan diri dari paparan bahan kimia.

Benda-benda yang mengandung bahan kimia yang dimaksud di sini contohnya plastik, makanan kaleng, kosmetik, cat kuku dan semprotan rambut (hair spray).

Penanganan Kelahiran Prematur

Penanganan pada kelahiran prematur dibagi dua, yaitu penanganan sebelum bayi lahir dan penanganan setelah bayi lahir. Jika pasien mengalami kontraksi terjadi lebih awal saat hendak melahirkan, dokter akan memberikan obat (biasanya jenis tokolitik) untuk menghentikan kontraksi dan meredakan rasa sakit yang dirasakan. Dokter juga akan memberikan suntikan steroid untuk mengurangi risiko komplikasi pada bayi yang lahir prematur.

Jika upaya penanganan dini ini sudah dilakukan tapi kelahiran prematur tak terhindarkan, dokter akan memberikan penanganan khusus terhadap bayi prematur yang baru lahir di ruangan neonatal intensive care unit rumah sakit (NICU) selama jangka waktu tertentu. Penanganan khusus itu meliputi:

·         Memasukan bayi ke dalam inkubator agar tetap hangat. Inkubator juga membantu sang bayi supaya suhu tubuhnya tetap normal.

·         Pemasangan sensor di tubuh sang bayi untuk memonitor sistem pernapasan, detak jantung, tekanan darah, dan suhu tubuh sang bayi.

·         Pemberian asupan cairan, nutrisi, termasuk air susu ibu melalui selang intravena yang dimasukkan melalui hidung sang bayi.

·         Bayi yang lahir dengan kondisi kulit berwarna kekuning-kuningan akan diberikan terapi cahaya bilirubin untuk mengurangi kadar bilirubin dalam tubuh.

·         Bayi yang lahir prematur seringkali kesulitan membentuk sel darah merahnya sendiri. Transfusi darah mungkin dilakukan untuk meningkatkan volume darah sang bayi.

·         Dokter akan memeriksa kondisi jantung sang bayi melalui pemeriksaan ekokardiogram dengan menggunakan gelombang suara.

·         Pemeriksaan USG dilakukan untuk memeriksa kemungkinan adanya pendarahan di otak, serta organ tubuh lain seperti hati dan ginjal.

·         Dokter juga akan memeriksa mata sang bayi untuk memeriksa apakah ada kelainan pada retina yang bisa mengganggu penglihatan.

Selain serangkaian penanganan khusus di atas, dokter bisa memberikan penanganan tambahan berupa pemberian obat-obatan untuk membantu agar fungsi organ tubuh sang bayi bisa bekerja secara maksimal. Jika komplikasi tertentu timbul, dokter juga bisa melakukan penanganan lanjutan, salah satunya melalui operasi.

               





Tidak ada komentar:

Posting Komentar