Senin, 14 Agustus 2017

KANKER KELENJAR AIR LIUR



Pengertian Kanker Kelenjar Air Liur

Kelenjar air liur merupakan tiga buah kelenjar yang terletak pada mulut dan berfungsi untuk membentuk air liur (saliva) sebagai cairan yang membantu pencernaan pada mulut dan kerongkongan. Air liur mengandung enzim yang memulai proses pencernaan kimiawi makanan. Selain itu, air liur mengandung antibodi dan zat kimia lain yang melindungi mulut dan kerongkongan dari infeksi.

Terdapat dua kelompok kelenjar air liur berdasarkan ukurannya, yaitu kelenjar air liur mayor dan minor. Berdasarkan letaknya, kelenjar air liur mayor dibedakan menjadi:

·         Kelenjar  parotis.

Kelenjar parotis merupakan kelenjar air liur paling besar yang terletak di bagian depan telinga. Munculnya tumor dan kanker pada kelenjar air liur seringkali terjadi pada kelenjar parotis, yaitu sekitar 7 dari 10 kasus.

·         Kelenjar sumandibula.

Kelenjar submandibula berukuran lebih kecil dari kelenjar parotis dan terletak di bagian bawah rahang. Kelenjar ini mensekresikan air liur dari bawah lidah. Sekitar 1-2 dari 10 kasus tumor kelenjar air liur terjadi pada kelenjar submandibula dan setengahnya dapat berupa kanker.

·         Kelenjar sublingual.

Kelenjar sublingual merupakan kelenjar air liur paling kecil dan terletak di bagian bawah mulut di kedua sisi baik kiri maupun kanan. Kasus tumor dan kanker pada kelenjar sublingual termasuk jarang.

Selain tiga kelenjar air liur mayor tersebut, terdapat banyak  kelenjar air liur minor yang terletak pada mulut dan terlalu kecil untuk dilihat melalui mata telanjang. Lokasi kelenjar air liur minor antara lain adalah pada bibir, lidah, langit-langit mulut, pipi, hidung, sinus, dan laring. Munculnyatumor pada kelenjar air liur minor sangat jarang terjadi, namun  apabila terdapat tumor, cenderung bersifat ganas.
Tingkat kanker kelenjar air liur adalah sebagai berikut:

·         Tingkat 1.

Merupakan kanker dengan tingkatan rendah yang menandakan bahwa jaringan kanker terlihat mirip dengan jaringan normal. Pada tingkatan ini, kanker akan tumbuh dengan lambat dan memiliki kemungkinan besar untuk disembuhkan.

·         Tingkat 2.

Merupakan kanker dengan tingkatan menengah yang menandakan pertumbuhan sel kanker yang lebih berbeda dengan jaringan normal.

·         Tingkat 3.

Merupakan kanker dengan tingkatan yang paling tinggi dan menandakan bahwa jaringan kanker sangat berbeda dengan jaringan normal, serta cenderung menyebar dengan cepat. Kanker pada tingkatan ini memiliki kemungkinan kecil untuk disembuhkan dibanding dengan kanker dengan tingkat 1 dan 2.

Pada kelenjar air liur, terdapat berbagai jenis sel yang berkumpul dan membentuk jaringan dan kelenjar. Berdasarkan jenis sel yang mengalami keganasan, kanker kelenjar air liur dapat dibagi menjadi:

·         Karsinoma mukoepidermoid.

Kanker jenis ini merupakan kanker kelenjar air liur yang paling umum terjadi. Karsinoma mukoepidermoid sering terjadi pada kelenjar parotis, namun terkadang dapat muncul pada kelenjar submandibula atau pada kelenjar air liur minor dalam mulut. Kanker jenis ini umumnya merupakan kanker tingkat 1, namun dapat meningkat menjadi kanker tingkat 2 atau 3. Kanker tingkat 1 memiliki kemungkinan untuk sembuh yang lebih tinggi dibanding kanker tingkat 2 atau 3.

·         Karsinoma kistik adenoid.

Kanker jenis ini sering muncul sebagai kanker tingkat 1 jika dilihat menggunakan mikroskop dan memiliki pertumbuhan yang lambat. Karsinoma kistik adenoid dapat menyebar ke jaringan saraf di sekitar kelenjar air liur sehingga cukup sulit untuk dibuang dengan sempurna. Sisa-sisa jaringan kanker yang tidak terbuang dapat muncul kembali setelah pengobatan kanker dilakukan, terkadang hingga beberapa tahun setelah pengobatan.

·         Adenokarsinoma.

Adenokarsinoma merupakan kanker yang muncul pada sel yang mensekresikan air liur (sel epitel kelenjar). Beberapa jenis adenokarsinoma yang dapat muncul pada kelenjar air liur adalah sebagai berikut:

a.       Kanker sel asinik.

Kebanyakan kanker sel asinik terjadi pada kelenjar parotis yang cenderung terjadi pada usia muda dibanding lansia. Kanker sel asinik kebanyakan muncul sebagai kanker dengan tingkat keganasan yang rendah, namun dapat menyebar ke jaringan sekitar.

b.      Adenokarsinoma polimorfik tingkat rendah (polymorphous low-grade adenocarcinoma /PLGA).

Kanker jenis ini merupakan kanker dengan tingkat keganasan rendah yang terjadi pada kelenjar air liur minor di dalam mulut. Kanker PLGA umumnya tumbuh dengan lambat dan dapat disembuhkan dengan mudah.

c.       Adenokarsinoma non-spesifik (NOS).

Kanker jenis ini seringkali muncul pada kelenjar parotis dan air liur minor, namun sulit untuk diklasifikasikan sebagai adenokarsinoma spesifik. Kanker jenis ini dapat muncul sebagai kanker tingkat 1-3.

·         Tumor ganas campuran.

Tumor ganas campuran pada kelenjar air liur kebanyakan merupakan jenis karsinoma ex adenoma pleomorfis. Kanker jenis ini berkembang dari tumor jinak kelenjar air liur yang disebut adenoma pleomorfik. Selain ex adenoma pleomorfis, ada juga yang dinamakan dengan karsinosarkoma atau tumor campuran yang bermetastasis.

·         Kanker kelenjar air liur lainnya.

Beberapa jenis kanker kelenjar air liur lain yang jarang terjadi antara lain adalah:

a.       Adenokarsinoma sel basal.

b.      Clear cell carcinoma.

c.       Sistadenokarsinoma.

d.      Adenokarsinoma sebasea.

e.      Limfadenokarsinoma sebasea.

f.        Adenokarsinoma sel musin.

Penyebab Kanker Kelenjar Air Liur

Seperti kanker lainnya, kanker kelenjar air liur terjadi akibat adanya perubahan DNA pada sel kelenjar air liur. Perubahan DNA pada sel ini disebut sebagai mutasi DNA. Kanker umumnya disebabkan oleh mutasi pada dua jenis gen, yaitu onkogen dan tumor supresor gen. Onkogen adalah bagian DNA yang memicu sel untuk melakukan pertumbuhan dan pembelahan. Tumor supresor gen adalah gen yang bekerja secara berlawanan dengan onkogen, yaitu memperlambat pertumbuhan dan pembelahan sel. Munculnya kanker yang menyebabkan pertumbuhan sel tanpa terkendali dapat terjadi akibat mutasi DNA, baik pada onkogen maupun tumor supresor gen. Mutasi DNA pada onkogen terjadi jika onkogen teraktivasi sehingga menyebabkan sel tumbuh dan membelah tanpa terkendali. Sedangkan mutasi DNA pada tumor supresor gen terjadi jika gen tersebut rusak sehingga pertumbuhan sel tidak bisa dihambat.

Kanker kelenjar air liur umumnya bukan faktor keturunan. Mutasi DNA yang menyebabkan terjadinya kanker kelenjar air liur biasanya didapat setelah lahir. Terkadang mutasi DNA ini terjadi secara tiba-tiba tanpa ada faktor dari luar. Namun pada beberapa kasus, kanker kelenjar air liur memiliki penyebab eksternal yang spesifik seperti paparan radiasi dari luar atau paparan senyawa kimia.

Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker kelenjar air liur adalah sebagai berikut:

·         Usia.

Risiko kanker kelenjar air liur pada seseorang semakin tinggi seiring dengan meningkatnya usia.

·         Laki-laki.

Risiko kanker kelenjar air liur pada laki-laki lebih tinggi dibanding pada perempuan.

·         Paparan radiasi.

Paparan radiasi akibat radioterapi pada bagian kepala atau leher dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker kelenjar air liur. Selain itu, paparan radiasi akibat risiko pekerjaan juga dapat meningkatkan risiko kanker kelenjar air liur pada seseorang.

·         Riwayat keluarga.

Memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker kelenjar air liur dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit tersebut. Akan tetapi kebanyakan penderita tidak memiliki riwayat kanker kelenjar air liur dalam keluarga.

·         Kebiasaan merokok dan minum alkohol.

Baik tembakau maupun alkohol diduga dapat meningkatkan risiko kanker kelenjar air liur pada seseorang, meskipun belum diketahui mekanismenya secara jelas.

·         Pola makan yang tidak sehat.

Sedikit kandungan serat dan tingginya kadar lemak hewan pada makanan sehari-hari dapat meningkatkan risiko kanker air liur pada seseorang. Namun faktor risiko ini masih perlu dikaji lebih lanjut.

·         Paparan bahan kimia berbahaya di lingkungan kerja.

Beberapa penelitian menemukan bahwa materi tertentu seperti debu nikel, debu silika, asbestos, sisa produksi karet, bahan kimia pertambangan dapat meningkatkan risiko kanker kelenjar air liur.

·         Virus.

Beberapa virus yang menginfeksi manusia dapat meningkatkan risiko munculnya kanker kelenjar air liur. Contohnya adalah virus HIV dan Epstein-Barr. Sedangkan untuk virus HPV, meskipun merupakan penyebab utama beberapa jenis kanker di bagian leher, belum dapat dipastikan apakah juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker kelenjar air liur.

·         Riwayat kanker kulit.

Risiko munculnya kanker kelenjar air liur pada orang yang pernah menderita kanker sel skuamosa lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidak punya riwayat tersebut.

Gejala Kanker Kelenjar Air Liur

Beberapa gejala kanker kelenjar air liur yang umumnya muncul pada penderita adalah sebagai berikut:

·         Benjolan atau pembengkakan yang terjadi pada mulut, pipi, rahang, atau leher. Pembengkakan di area dekat kelenjar air liur dapat menjadi penanda utama adanya kanker. Akan tetapi tidak setiap pembengkakan dapat dipastikan sebagai kanker. Beberapa kasus pembengkakan pada area tersebut diakibatkan oleh tumor jinak, batu air liur, atau infeksi pada kelenjar air liur.

·         Nyeri pada bagian mulut, pipi, rahang, telinga, atau leher yang terjadi terus-menerus.

·         Terjadi perbedaan ukuran pipi atau rahang antara bagian kiri dan kanan.

·         Mati rasa atau kaku pada beberapa otot wajah.

·         Otot bagian wajah yang menjadi lemah.

·         Mengalami masalah pada saat membuka mulut lebar-lebar.

·         Keluarnya cairan dari telinga.

·         Susah untuk menelan makanan dan minuman.

Gejala-gejala tersebut dapat juga muncul akibat tumor kelenjar air liur jinak (benign tumor) atau kondisi lain. Meskipun demikian, jika mengalami gejala-gejala tersebut sebaiknya segera dikonsultasikan kepada dokter agar dapat dilakukan diagnosis awal sehingga memudahkan tindakan medis berikutnya.

Diagnosis Kanker Kelenjar Air Liur

Langkah-langkah untuk mendiagnosa ada atau tidaknya kanker kelenjar air liur pada seseorang diantaranya adalah sebagai berikut:

·         Pengecekan riwayat medis.

Langkah pertama dokter dalam mendiagnosis adalah dengan melakukan pengecekan riwayat medis pasien. Dokter akan menanyakan dan menganalisa terkait gejala-gejala kanker kelenjar air liur serta waktu munculnya gejala tersebut. Selain itu, dokter akan mengecek faktor risiko yang meningkatkan munculnya kanker kepada pasien.

·         Pemeriksaan fisik.

Setelah melakukan pengecekan riwayat medis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengenali gejala-gejala kanker kelenjar air liur. Pemeriksaan fisik akan difokuskan pada area wajah, mulut, telinga, dan rahang untuk menentukan keberadaan benjolan serta pembesaran kelenjar getah bening di sekitar wajah. Dokter juga akan melakukan pengecekan pelemahan otot area wajah dan sekitarnya. Jika diperlukan, pasien akan dirujuk kepada dokter THT untuk menjalani pemeriksaan lebih rinci terkait gejala-gejala kanker kelenjar air liur.

Pemeriksaan fisik yang umumnya dilakukan dengan metode palpasi (perabaan dan penekanan) untuk mengecek benjolan pada area wajah. Palpasi juga dapat memperkirakan ganas-tidaknya tumor. Tumor jinak umumnya terasa sebagai benjolan yang cukup keras jika dipijat menggunakan tangan. Tingkat kekerasan benjolan yang dirasakan melalui palpasi akan meningkat seiring tingkat keganasan tumor atau kanker. Palpasi juga dapat mendeteksi pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar kelenjar air liur yang dapat menjadi tanda adanya penyebaran sel kanker.

·         Pemindaian.

Berbagai pemindaian dapat digunakan untuk mendiagnosis kanker kelenjar air liur. Melalui pemindaian, dokter akan dapat mengetahui area terjadinya kanker, penyebaran kanker, serta efektivitas pengobatan kanker. Metode pemindaian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a.       Poto rontgen.

Untuk mendiagnosis kanker kelenjar air liur, foto Rontgen dapat digunakan pada daerah mulut, rahang, dan gigi agar lokasi kanker dapat diketahui. Selain itu, foto Rontgen dapat digunakan pada daerah dada untuk menentukan apakah kanker sudah menyebar atau belum.

b.      CT scan.

CT scan merupakan metode pemindaian menggunakan sinar-X secara lebih detil. Pada diagnosis kanker, CT scan digunakan untuk memperlihatkan detail jaringan tubuh dan organ dalam. Dengan menggunakan CT scan, dapat diketahui ukuran, bentuk serta posisi kanker. CT scan juga dapat membantu mendeteksi pembesaran kelenjar getah bening disekitar kanker serta mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke organ lain atau belum. Proses pemindaian menggunakan CT scan dibantu dengan menginjeksikan bahan kontras ke dalam tubuh untuk menghasilkan gambar yang lebih baik.

c.       MRI.

Tujuan pemindaian MRI hampir sama dengan CT scan, yaitu untuk memperlihatkan gambaran jaringan dan organ dalam secara terperinci. Prinsip kerjanya adalah menggunakan gelombang magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar organ dalam dan beberapa penyakit tertentu. Bahan kontras yang biasa digunakan pada saat pemindaian MRI adalah gadolinium. Dengan menggunakan MRI, dokter dapat menentukan lokasi kanker dengan lebih akurat dan membedakan tumor jinak dengan tumor ganas. Selain itu, sama seperti CT scan, MRI dapat menggambarkan kelenjar getah bening di sekitar kanker yang mengalami pembesaran.

d.      PET scan.

Berbeda dengan pemindaian menggunakan metode MRI atau CT scan, PET scan akan mendeteksi aktivitas seluler yang abnormal. Jika pada MRI atau CT scan jaringan kanker akan dibedakan dari ukurannya, pada PET scan jaringan kanker akan dibedakan berdasarkan aktivitasnya yang lebih tinggi. Bahan yang digunakan dalam PET scan umumnya adalah gula radioaktif (gula tipe FDG). Dikarenakan sel kanker memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibanding sel normal, gula radioaktif di daerah kanker akan terserap lebih cepat dibanding gula di daerah sel normal. Kamera khusus akan digunakan untuk memperlihatkan perbedaan penyerapan gula radioaktif tersebut sebagai penanda daerah kanker.

e.      Pemeriksaan ultrasound (USG).

Tes ini menggunakan gelombang suara yang dipantulkan oleh tubuh sehingga menghasilkan citra organ dalam. Lokasi ultrasound yang digunakan untuk mendeteksi kanker kelenjar air liur biasanya pada daerah leher.

·         Biopsi.

Metode diagnosis kanker menggunakan biopsi memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan metode lain. Metode biopsi dilakukan dengan mengambil sampel jaringan tubuh yang diduga sebagai kanker kemudian diperiksa dengan mikroskop. Biopsi dibedakan menjadi beberapa metode berdasarkan cara memperoleh jaringan yang diinginkan, yaitu:

a.       Biopsi jarum halus (fine needle aspiration).

Biopsi jarum halus dilakukan dengan mengambil jaringan tubuh menggunakan jarum halus tanpa dilakukan pembedahan. Pasien akan diberikan anestesi lokal kemudian akan diambil jaringannya seperi pengambilan darah biasa. Dokter dapat melakukan biopsi jarum halus jika tidak yakin apakah benjolan di area wajah merupakan tumor jinak, tumor ganas, atau pembengkakan akibat infeksi. Sampel jaringan yang diambil menggunakan biopsi jarum halus harus mencukupi untuk analisa agar dapat dihasilkan diagnosis yang akurat. Jika hasil diagnosis menggunakan biopsi jarum halus tidak terlalu akurat, metode biopsi lain yang lebih ekstensif dapat dilakukan.

b.      Biopsi insisi.

Biopsi insisi dilakukan dengan cara melakukan irisan kecil di bagian tumor untuk mengambil jaringan lebih banyak dibandingkan menggunakan biopsi jarum halus. Sampel jaringan kemudian dibawa ke laboratorium untuk diperiksa menggunakan mikroskop.

Kanker kelenjar air liur termasuk penyakit yang jarang terjadi pada manusia. Oleh karena itu, biasanya dokter tidak merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan skrining kanker tanpa adanya gejala pada penderita. Selain itu, dikarenakan lokasi kanker yang mudah diamati, kanker kelenjar air liur cukup mudah ditemukan dan didiagnosis pada stadium awal.

Pembagian Stadium Kanker Kelenjar Air Liur

Klasifikasi stadium kanker menunjukkan penyebaran kanker di dalam tubuh penderita. Klasifikasi stadium kanker berperan penting dalam menentukan pengobatan yang tepat dan efektif, serta memprediksi kesembuhan pasien dari kanker. Terdapat dua sistem pembagian stadium kanker, yaitu sistem TNM dan sistem Stadium I-IV. Pembagian kanker berdasarkan sistem klasifikasi TNM adalah sebagai berikut:

·         T (Tumor).

Menunjukan ukuran kanker primer dan apakah sudah menyebar ke jaringan di sekitarnya atau belum. Ukuran kanker ditulis dengan angka 0-4 yang menunjukkan tingkat keganasan tumor dan X yang berarti tingkat keganasan tumor tidak bisa dipastikan.

·         N (Nodes).

Menunjukkan apakah kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening (lymph node) di sekitar kanker atau belum. Ukuran penyebaran kanker ditulis dengan angka 0-4 yang menunjukkan penyebaran kanker dan X yang berarti tingkat penyebaran kanker tidak bisa dipastikan.

·         M (Metastasis).

Menunjukkan apakah kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya atau belum (kanker sekunder). Ukuran penyebaran metastasis ditulis dengan angka 0-1.

Pembagian keganasan kanker berdasarkan sistem stadium I-IV dapat dijelaskan sebagai berikut:

·         Stadium I.

Menunjukkan bahwa kanker masih berukuran kecil, kira-kira tidak lebih dari 2 cm serta belum menyebar ke jaringan sekitar kanker. Pada stadium I, kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening di dekat kanker ataupun menyebar ke organ tubuh lain.

·         Stadium II.

Menunjukkan bahwa kanker sudah tumbuh kira-kira lebih dari 2 cm, namun belum terjadi penyebaran. Pada stadium II, kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening lokal ataupun ke organ tubuh lain.

·         Stadium III.

Menunjukkan bahwa kanker sudah membesar melebihi kira-kira 4 cm dan sudah menyebar ke jaringan di sekitar kanker. Pada beberapa kasus, kanker stadium III sudah menyebar ke kelenjar getah bening lokal. Namun biasanya pada stadium ini, belum terjadi penyebaran baik ke kelenjar getah bening lokal maupun ke organ tubuh lain.

·         Stadium IV.

Pada awal stadium IV (stadium IV A), kanker sudah menyebar ke jaringan di sekitar kanker serta kelenjar getah bening lokal, namun belum ke organ tubuh lain. Pada akhir stadium IV (stadium IV B), sel kanker sudah menyebar ke jaringan sekitar, kelenjar getah bening, serta menyebar ke organ tubuh lain.

Pengobatan Kanker Kelenjar Air Liur

Setelah dilakukan diagnosis terhadap kanker serta dilakukan penentuan stadium kanker, dokter akan memberikan pengobatan kepada pasien. Faktor-faktor yang menentukan jenis pengobatan kanker kelenjar air liur pada seseorang antara lain:

·         Jenis kanker kelenjar air liur yang diderita.

·         Stadium kanker.

·         Penyebaran kanker.

·         Tingkatan kanker berdasarkan pengamatan mikroskop.

·         Pengaruh dari jenis pengobatan terhadap kemampuan berbicara, menelan, dan mengunyah pasien.

·         Kondisi kesehatan pasien secara umum.

Beberapa metode pengobatan kanker kelenjar air liur yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

·         Pembedahan.

Pembedahan merupakan metode yang paling efektif untuk menghilangkan kanker kelenjar air liur, terutama pada kanker kelenjar parotis karena kebanyakan kanker kelenjar air liur terjadi di kelenjar parotis. Pembedahan untuk mengangkat kelenjar parotis disebut parotidektomi.

Terdapat dua jenis parotidektomi yaitu parotidektomi superfisial dan parotidektomi total. Parotidektomi superfisial dilakukan jika kanker hanya terjadi pada bagian permukaan kelenjar parotis dan memotong bagian tersebut. Irisan pada parotidektomi superfisial dibuat seminimal mungkin untuk menjaga saraf wajah dan tidak mengganggu gerakan otot wajah. Patotidektomi total dilakukan jika kanker sudah menyebar ke sebagian besar jaringan parotis, sehingga dilakukan pengangkatan seluruh kelenjar parotis. Jika kanker sudah menyebar ke jaringan di sekitar parotis, jaringan tersebut juga diangkat untuk menghilangkan sel kanker semaksimal mungkin, termasuk jaringan saraf.

Jika kanker sudah menyebar ke kelenjar getah benig lokal, diperlukan pengangkatan kelenjar getah bening tersebut untuk mencegah penyebaran kanker. Metode pengangkatan kelenjar getah bening disebut limfadenektomi atau diseksi leher. Selain melakukan pengangkatan kelenjar getah bening, terkadang dibutuhkan juga pengangkatan jaringan di sekitarnya, seperti jaringan otot, saraf, pembuluh darah, dan konektor.

Efek samping dari pembedahan umumnya adalah kerusakan jaringan saraf pasca pembedahan. Pasien yang diberikan pengobatan kanker melalui pembedahan dapat kehilangan kontrol pada otot wajah. Selain itu, efek samping dari pembedahan dapat menimbulkan sindrom Frey yang menyebabkan daerah wajah berkeringat pada saat mengunyah makanan. Sindrom Frey dapat diatasi melalui pembedahan tambahan atau obat-obatan.

·         Radoterapi.

Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk mematikan sel kanker dan memperlambat pertumbuhannya. Radioterapi dapat digunakan sebagai pengobatan kanker primer bersamaan dengan kemoterapi. Selain itu, radioterapi dapat digunakan sebagai terapi tambahan setelah dilakukan pembedahan, untuk mencegah kanker muncul kembali. Umumnya untuk pengobatan kanker kelenjar air liur digunakan radioterapi sinar eksternal. Sumber sinar berenergi tinggi untuk radiasi dapat berasal dari sinar-X maupun sinar neutron radioaktif. Sinar-X merupakan jenis sinar yang paling banyak digunakan untuk radioterapi, sedangkan sinar neutron merupakan terobosan baru di dalam pengobatan kanker. Sinar neutron diperkirakan lebih efektif dalam mengobati kanker, namun menghasilkan efek samping lebih banyak dibanding radioterapi menggunakan sinar-X.Efek samping dari radioterapi yang paling banyak terjadi adalah berkurangnya poduksi air liur sehingga mulut menjadi kering. Efek samping lain dari radioterapi antara lain adalah:

a.       Mual.

b.      Muntah.

c.       Kelelahan.

d.      Mulut dan tenggorokan kering.

e.      Sulit menelan.

f.        Parau.

g.       Kurangnya kepekaan lidah.

h.      Nyeri dan kerusakan pada tulang.

i.         Meningkatkan masalah pada gigi.

·         Kemoterapi.

Kemoterapi merupakan terapi menggunakan obat-obatan antikanker yang diberikan melalui intravena atau oral. Kemoterapi tidak terlalu sering digunakan dalam mengobati kanker kelenjar air liur, kecuali pada pasien yang sudah menderita kanker stadium IV (metastasis). Kemoterapi umumnya digunakan bersamaan dengan radioterapi agar pengobatan radioterapi pada kanker kelenjar air liur lebih efektif. Dokter akan memberikan kemoterapi pada pasien selama 3-4 minggu bersamaan dengan radioterapi. Efek samping yang dapat timbul dari kemoterapi adalah:

a.       Mulut kering.

b.      Rambut rontok.

c.       Kehilangan nafsu makan.

d.      Mual dan muntah.

e.      Diare.

f.        Konstipasi.

g.       Meningkatnya risiko terkena infeksi.

h.      Lebam atau pendarahan akibat kurangnya trombosit.

i.         Kelelahan.

Pasca dilakukan pembedahan untuk mengangkat kanker, pada beberapa kasus diperlukan pembedahan rekonstruksi. Pembedahan rekonstruksi diperlukan untuk menjaga fungsi organ tubuh di sekitar kanker, seperti mulut dan rahang, agar dapat berfungsi dengan normal. Selain itu, pembedahan rekonstruksi dilakukan untuk menjaga penampilan wajah pasien sebaik mungkin, serta membantu pasien untuk dapat makan, minum dan berbicara dengan normal.

Pembedahan rekonstruksi dilakukan jika kanker sudah menyebar ke organ di sekitar kelenjar parotis seperti tulang, otot dan saraf wajah. Kondisi ini mengharuskan dokter untuk membuang jaringan-jaringan tersebut untuk mencegah kanker muncul kembali. Pembedahan rekonstruksi dapat memanfaatkan metode cangkok kulit dari bagian lain untuk memperbaiki daerah wajah, mulut, dan rahang. Pada beberapa orang, implan gigi juga diperlukan untuk mengganti bagian gigi dan rahang yang dibuang pasca pembedahan.

Pengobatan kanker kelenjar air liur dapat bervariasi sesuai dengan perkembangan kanker pada pasien. Secara umum, kombinasi pengobatan yang diberikan pada pasien sesuai dengan stadium kankernya adalah sebagai berikut:

·         Kanker stadium I.

Pada pasien kanker kelenjar air liur stadium I, pengobatan utama yang diberikan adalah pembedahan untuk menghilangkan kanker. Radioterapi dapat diberikan jika pasien menderita karsinoma kistik adenoid tingkat menengah atau ganas. Radioterapi dapat diberikan juga pasca pembedahan untuk membunuh kanker yang tidak terbuang melalui pembedahan.

·         Kanker stadium II.

Pada pasien kanker kelenjar air liur stadium II, pengobatan utama yang diberikan adalah pembedahan yang lebih ekstensif dibanding pada kanker stadium I. Selain pengangkatan kanker, dokter dapat juga membuang kelenjar getah bening yang terkena kanker. Radioterapi digunakan sebagai terapi tambahan untuk membunuh sisa-sisa sel kanker.

·         Kanker stadium III.

Pada pasien kanker stadium III, pembedahan secara ekstensif merupakan langkah utama pengobatan kanker. Pembedahan melibatkan pengangkatan kelenjar air liur, nodus limfa, dan jaringan sekitar kanker. Radioterapi dan kemoterapi diberikan untuk membunuh sisa-sisa sel kanker yang tersisa pasca pembedahan dan mencegah metastasis sel kanker.

·         Kanker stadium IV.

Pada pasien kanker stadium IV, pengobatan utama adalah melalui pembedahan. Namun sebelum pembedahan dilakukan, kanker yang ada pada pasien dikecilkan terlebih dahulu melalui radioterapi dan kemoterapi. Jika dokter berkesimpulan bahwa sel kanker dapat dihilangkan menggunakan pembedahan, dapat dilakukan pembedahan ekstensif. Setelah itu, kemoterapi dan radioterapi dapat diberikan kembali untuk menghambat pertumbuhan kanker yang sudah menyebar ke organ lain.

                                               


Tidak ada komentar:

Posting Komentar