Kamis, 17 Agustus 2017

KANKER RAHIM



Pengertian Kanker Rahim

Kanker rahim adalah sebuah jenis kanker yang menyerang rahim atau sistem reproduksi wanita. Kanker ini juga sering disebut kanker endometrium karena umumnya muncul dengan menyerang sel-sel yang membentuk dinding rahim atau istilah medisnya endometrium. Selain itu, kanker ini juga dapat menyerang otot-otot di sekitar rahim sehingga membentuk sarkoma uteri, namun sangat jarang terjadi.

Gejala Kanker Rahim

Gejala yang paling umum terjadi dalam kanker rahim adalah perdarahan vagina. Diperkirakan sekitar 9 dari 10 penderita kanker rahim mengalami gejala ini.

Meski tidak semua perdarahan abnormal disebabkan oleh kanker rahim, tapi Anda tetap perlu waspada dan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter jika ini terjadi. Gejala-gejala lain yang perlu Anda waspadai meliputi:

·         Perdarahan vagina setelah menopause dan di luar siklus menstruasi.

·         Perdarahan yang berlebihan saat menstruasi.

·         Sekresi vagina berbentuk cairan atau darah encer.

·         Sakit pada panggul.

·         Nafsu makan menurun.

·         Nyeri saat berhubungan seksual.

·         Kelelahan.

·         Rasa sakit pada perut bagian bawah.

·         Mual.

Penyebab Kanker Rahim

Penyebab kanker rahim belum diketahui secara pasti. Meskipun begitu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kondisi ini, di antaranya:

·         Pejanan terhadap estrogen.

Estrogen merupakan salah satu hormon yang berfungsi untuk mengatur sistem reproduksi wanita. Bersama dengan progesteron, mereka bekerja sama untuk mengatur keseimbangan sistem reproduksi. Setelah menopause, produksi hormon progesteron berhenti total sedangkan produksi hormon estrogen tetap ada walau menurun drastis. Kadar hormon estrogen bisa meningkat jika tidak diimbangi dengan hormon progesteron. Karena itu, risiko kanker rahim bagi wanita yang sudah mengalami masa menopause cenderung lebih tinggi.

Wanita yang mengalami menopause pada usia yang lebih tua dari rata-rata dan wanita yang memulai menstruasi pada umur yang lebih muda memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker rahim. Alasannya adalah karena mereka terpajan estrogen untuk periode yang lebih lama dibanding wanita yang memulai menstruasi lebih terlambat atau wanita yang mengalami menopause pada usia yang normal.

·         Belum pernah hamil.

Pada saat kehamilan, kadar progesteron wanita lebih tinggi dibanding estrogen. Karena itu, wanita yang belum pernah hamil memiliki risiko kanker rahim yang lebih tinggi.

·         Terapi penggantian hormon.

Jenis terapi penggantian hormon estrogen sebaiknya hanya diberikan pada wanita yang sudah menjalani histerektomi sedangkan jika rahim masih ada, terapi penggantian hormon kombinasi (estrogen dan progeateron) harus digunakan untuk menurunkan risiko kanker rahim.

·         Pengaruh kelebihan berat badan atau obesitas.

Kadar estrogen dalam tubuh wanita yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan risiko kanker rahim lebih dari dua kali. Hal ini karena jaringan lemak akan menghasilkan esterogen tambahan, sedangkan tubuh tidak menghasilkan hormon progesteron tambahan untuk mengimbanginya.

·         Pengaruh usia.

Sebagian besar kanker rahim menyerang wanita lanjut usia yang sudah mengalami menopause.

·         Sindrom ovarium polisistik.

Penderita sindrom ovarium polisistik berisiko tinggi terkena kanker rahim karena terpajan kadar estrogen yang tinggi.

·         Resiko diabetes tipe 2.

Wanita yang menderita diabetes tipe 2 memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker rahim. Hal ini dikarenakan wanita dengan diabetes tipe 2 cenderung mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.

·         Penggunaan tamoksifen.

Semua obat pasti memiliki risiko dan efek samping, termasuk tamoksifen yang dapat meningkatkan risiko kanker rahim bagi penggunanya.

·         Hiperplasia endometrium.

Ini merupakan kondisi dimana lapisan rahim menjadi lebih tebal. Wanita yang mengalami kondisi ini memiliki resiko lebih besar terkena kanker rahim.

Diagnosis Kanker Rahim

Kanker rahim belum tentu menjadi penyebab dari semua perdarahan abnormal pada organ vagina, tetapi Anda dianjurkan untuk tetap memeriksakan diri ke dokter agar bisa didiagnosis dengan pasti. Ada dua langkah yang dijalani untuk memastikan keberadaan kanker rahim, yaitu:

·         Tes USG transvaginal.

Jenis USG ini digunakan untuk memeriksa perubahan ketebalan dinding rahim yang mungkin diakibatkan oleh keberadaan sel-sel kanker.

·         Tes darah.

Sel kanker melepaskan beberapa zat kimia ke dalam darah penderita, yang dapat dideteksi dengan menjalani pengujian darah.

·         Tes biopsi.

Langkah ini diterapkan dengan mengambil dan memeriksa sampel sel-sel dari dinding rahim untuk dilihat di bawah mikroskop. Ada tiga cara untuk melakukan biopsi, yaitu dengan aspirasi jarum halus, hitereskopi, dan kuret.

Jika terdiagnosis positif mengidap kanker rahim, dokter akan memeriksa tahap perkembangan (stadium) kanker tersebut. Tes-tes yang biasa dianjurkan adalah rontgen dada, MRI scan, CT scan, dan tes darah lanjutan.

Stadium-stadium pada kanker rahim meliputi:

·         Stadium 1.

Kanker hanya terdapat dalam rahim.

·         Stadium 2.

Kanker sudah menyebar ke leher rahim atau serviks.

·         Stadium 3.

Kanker sudah menyebar ke luar rahim dan menyerang jaringan di sekitar panggul atau noda limfa.

·         Stadium 4.

Kanker sudah menyebar ke jaringan perut atau organ lain, misalnya   kantung kemih, usus besar, hati, atau paru-paru.

Pengobatan Kanker Rahim

Penentuan metode pengobatan untuk kanker rahim yang akan Anda jalani tergantung kepada stadium kanker, kondisi kesehatan, serta keinginan Anda untuk punya anak. Jangan segan untuk bertanya sedetail mungkin kepada dokter jika Anda merasa ragu.

Makin dini kanker rahim terdeteksi, kemungkinan Anda untuk bertahan hidup atau sembuh akan menjadi makin tinggi. Jika terdeteksi mengidap kanker rahim pada stadium 1 atau 2, seseorang memiliki peluang sebesar 75 persen untuk bertahan hidup selama lima tahun atau lebih. Sebagian besar penderita kanker rahim yang terdiagnosis pada stadium 1 akhirnya sembuh total.

Sementara itu, seseorang yang terdeteksi mengidap kanker rahim pada stadium 3 memiliki peluang sebesar 45 persenuntuk bertahan hidup selama setidaknya lima tahun. Sedangkan pada kelompok penderita stadium 4, hanya satu dari empat orang yang bertahan hidup dalam 5 tahun ke depan.
Kanker pada stadium lanjut tidak bisa disembuhkan. Tetapi langkah pengobatan dapat dilakukan untuk mengecilkan ukuran kanker dan menghambat pertumbuhannya sehingga dapat mengurangi gejala yang dirasakan penderita.

Ada beberapa metode pengobatan kanker rahim, yaitu:

·         Histerektomi.

Histerektomi atau bedah pengangkatan rahim merupakan langkah penanganan kanker rahim yang paling sering dianjurkan. Operasi ini akan menghapus kemungkinan Anda untuk hamil. Karena itu, penderita kanker rahim yang masih ingin punya anak mungkin merasa enggan untuk menjalaninya.

Jenis histerektomi yang akan dijalani juga tergantung pada stadium kanker rahim yang diderita.

Operasi yang akan dijalani penderita kanker rahim stadium 1 meliputi pengangkatan rahim, kedua ovarium dan tuba falopi. Dokter juga biasanya akan sekaligus mengambil sampel dari noda limfa di sekitarnya untuk memeriksa kemungkinan adanya penyebaran kanker.

Selain melalui bedah sayatan besar yang umum, histerektomi juga dapat dilakukan lewat operasi yang hanya menerapkan beberapa sayatan kecil atau yang lebih dikenal dengan istilah histerektomi laparoskopi.

Untuk penderita kanker rahim stadium 2 atau 3, pasien dianjurkan untuk menjalani histerektomi radikal atau total. Selain rahim, kedua ovarium dan tuba falopi, operasi ini meliputi pengangkatan serviks dan vagina bagian atas.

Untuk penderita kanker rahim stadium 4, operasi pengangkatan kanker semaksimal mungkin akan dianjurkan. Prosedur ini bukan untuk menyembuhkan, tapi untuk mengurangi gejala yang diderita pasien.

Setelah operasi, penderita kanker rahim biasanya akan memerlukan radioterapi atau kemoterapi untuk mengurangi risiko kanker muncul kembali.

·         Radioterapi.

Radioterapi dapat mencegah kembalinya kanker pada wanita yang telah menjalani histerektomi. Selain itu, untuk kasus yang lebih lanjut, radioterapi digunakan untuk menghambat penyebaran kanker, misalnya jika kondisi pasien tidak memungkinkannya untuk menjalani operasi pengangkatan rahim.

Efek samping dari metode pengobatan ini adalah:

a.       Kulit pada bagian yang diobati menjadi merah dan perih.

b.      Kelelahan.

c.       Mual.

d.      Diare.

e.      Perdarahan pada rektum.

Umumnya efek samping akan hilang ketika pengobatan radioterapi dihentikan.

·         Kemoterapi.

Kemoterapi biasanya digunakan untuk penderita kanker rahim pada stadium 3 atau 4 dan umumnya diberikan secara bertahap melalui infus. Selain untuk mencegah kanker muncul kembali pada kasus yang bisa disembuhkan, pengobatan ini juga dapat digunakan pasca-histerektomi untuk kasus dengan stadium lebih lanjut dalam menghambat penyebaran kanker dan mengurangi gejala.

Beberapa efek samping dari metode ini adalah rambut rontok, kelelahan, mual,  dan muntah.

·         Terapi hormon.

Terapi ini umumnya digunakan untuk menangani kanker rahim stadium lanjut atau kanker yang muncul kembali. Jenis pengobatan ini berfungsi untuk mengecilkan tumor serta mengendalikan gejala. Terapi hormon dilakukan dengan pemberian hormon progesteron artifisial dalam bentuk tablet untuk menggantikan hormon progesteron alami tubuh.

Pencegahan Kanker Rahim

Karena penyebabnya yang tidak diketahui secara pasti, kanker rahim juga tidak bisa dicegah sepenuhnya. Tetapi, Anda bisa lakukan langkah-langkah berikut untuk mengurangi risiko terkena kanker rahim:

·         Pertahankan berat badan sehat melalui pola makan dan berolahraga.

Ini merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah segala penyakit, termasuk kanker rahim. Salah satu caranya adalah dengan berolahraga setidaknya 2-3 jam dalam seminggu dan mengonsumsi makanan rendah lemak dan berserat tinggi.

·         Gunakan kontrasepsi.

Jenis kontrasepsi yang terbukti dapat menurunkan risiko kanker rahim adalah pil KB kombinasi yang digunakan dalam jangka panjang. Sedangkan jenis lain yang mungkin dapat membantu untuk mengurangi risiko adalah susuk KB (implan) dan Intrauterine device (IUD) yang mengandung hormon progestogen.

·         Susui anak dengan ASI.

Jika kondisi ibu dan anak memungkinkan, susuilah anak dengan ASI. Menyusui dapat menurunkan aktivitas estrogen dan ovulasi.

·         Waspadai penggunaan obat tamoxifen.

Tamoxifen adalah obat untuk menangani kanker payudara agar tidak muncul kembali, namun mengonsumsinya dapat meningkatkan resiko terkena kanker rahim. Konsultasikan mengenai manfaat dan efek samping obat ini, serta pastikan untuk mengonsumsi obat ini sesuai dengan anjuran dan petunjuk dokter.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar