Sabtu, 10 Desember 2016

ALERGI TELUR



Pengertian Alergi Telur

Alergi telur biasanya terjadi beberapa menit atau beberapa jam setelah mengkonsumsi telur atau makanan lain yang mengandung telur. Tanda gejala yang biasanya muncul adalah kulit, gatal-gatal, radang hidung, dan muntah atau masalah pencernaan lainnya. Reaksi parah alergi telur adalah anfilaksis yang dapat mengancam jiwa. Alergi telur dapat terjadi pada awal masa pertumbuhan. Alergi telur dapat hilang dengan sendirinya sebelum anak menginjak masa remaja. Namun dalam beberapa kasus, alergi juga dapat berlangsung hingga dewasa.

Alergi telur adalah salah satu jenis reaksi yang tidak biasa dari sistem kekebalan tubuh terhadap makanan tertentu, dalam hal ini adalah telur. Reaksi alergi yang dihasilkan bisa beragam, mulai dari yang ringan hingga yang bisa mematikan (anafilaksis). Alergi telur dapat muncul semenjak anak masih bayi dan umumnya menghilang sebelum mereka mencapai usia remaja.

Alergi telur adalah salah satu jenis alergi yang banyak ditemui pada anak-anak, setelah alergi susu sapi. Gejala dapat muncul sesaat hingga beberapa jam setelah anak mengonsumsi telur atau makanan yang mengandung telur. Alergi terhadap putih telur adalah yang paling banyak ditemui jika dibandingkan terhadap kuning telur.

Penyebab Alergi Telur

Alergi telur terjadi karena sistem kekebalan tubuh menganggap protein telur sebagai benda berbahaya bagi tubuh sehingga antibodi tubuh merespons dengan melepaskan histamin, dan senyawa kimia lain. Respons tubuh inilah yang menyebabkan munculnya gejala alergi, seperti ruam dan gatal-gatal.

Alergi dapat berasal dari protein yang ada pada kuning atau putih telur saja namun ada juga yang berasal dari keduanya. Dengan kata lain, seseorang dapat mengalami reaksi alergi terhadap protein yang berasal dari kuning telur saja dan tidak bermasalah dengan putih telur, atau sebaliknya. Orang dewasa umumnya memiliki alergi terhadap kuning telur.

Bayi yang masih menyusui umumnya memiliki alergi telur yang berasal dari ASI dari ibu yang mengonsumsi telur. Hal ini dikarenakan sistem pencernaan tubuh yang belum terbentuk dengan sempurna pada usia anak-anak dan bayi yang menyebabkan reaksi alergi sering terjadi.

Selain usia, risiko alergi juga lebih besar dialami oleh anak yang memiliki salah satu atau kedua orang tua yang memiliki riwayat alergi. Misalnya gatal atau eksim, hay fever atau rhinitis, serta memiliki orang tua yang alergi terhadap telur, atau menderita asma. Faktor risiko lainnya adalah penderita dermatitis atopik, yaitu eksim yang sering muncul pada lipatan kulit. 

Gejala Alergi Telur

Beberapa gejala alergi telur yang dapat dikenali adalah gatal-gatal, peradangan atau ruam pada kulit, hidung tersumbat atau pilek dan bersin, perut kram, mual dan muntah, atau gejala gangguan pencernaan lainnya. Alergi terhadap putih telur juga dapat menimbulkan gejala berupa sakit di area perut dan diare. Reaksi alergi yang serupa dengan penyakit asma, yaitu mengi (kesulitan bernapas sehingga menimbulkan suara menyerupai siulan), batuk, sakit dada, atau sesak napas juga dapat muncul akibat kondisi ini.

Reaksi alergi yang ringan dapat muncul di sebuah serangan dan menjadi lebih parah pada serangan alergi berikutnya. Reaksi alergi yang lebih serius adalah anafilaksis yang dapat berujung kepada kematian jika tidak segera ditangani. Waspadai gejala-gejala anafilaksis berikut ini, 

·         Sakit atau kram di area perut.
·         Denyut nadi yang cepat.
·         Terjadi penyempitan pada saluran udara, yaitu terdapat benjolan di tenggorokan, atau tenggorokan yang membengkak sehingga sulit untuk bernapas.
·         Mengalami shock sehingga tekanan darah menurun dan menyebabkan pusing atau hilang kesadaran.

Diagnosis Alergi Telur

Untuk memudahkan keluarnya diagnosis dari kondisi Anda, ada beberapa persiapan yang bisa dilakukan sebelum memeriksakan diri ke dokter, yaitu:

·         Mencatat gejala yang dirasakan, baik yang berhubungan dengan kondisi Anda secara langsung atau tidak secara langsung.

·         Sebaiknya tidak meminum obat yang mengandung antihistamin sebelum pemeriksaan karena terdapat kemungkinan bahwa dokter akan melakukan tes alergi.

·         Siapkan daftar obat-obatan atau vitamin yang sedang diminum dan pertanyaan yang ingin disampaikan.

Melalui gejala-gejala yang disampaikan, dokter kemudian akan memastikan apakah anak benar mengidap alergi dan bukan ketidaktoleranan pada makanan yang tidak berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh.

Setelah pemeriksaan gejala, dokter juga akan memeriksa rekam medis pasien dan melakukan tes penunjang. Beberapa tes dalam hal ini, antara lain: 

·         Tes darah untuk mengukur respons sistem kekebalan tubuh terhadap telur melalui jumlah antibodi yang terdapat di dalam aliran darah.

·         Meletakkan sejumlah kecil protein yang terkandung dalam telur ke kulit pasien. Sebuah benjolan gatal akan muncul pada permukaan kulit yang dijadikan area tes jika pasien terbukti memiliki alergi telur.

·         Memberikan sejumlah kecil telur pada pasien untuk dimakan dan melihat apakah reaksi alergi muncul. Jumlah telur dapat ditambahkan secara bertahap untuk mengamati reaksi alergi yang muncul.

·         Menyarankan pasien untuk memiliki buku harian diet makanan lengkap, lalu secara bertahap menghilangkan telur atau makanan lainnya dari daftar sambil mengamati gejala yang muncul. Anak yang menderita alergi tidak disarankan untuk menjalani diet ketat tanpa pengawasan ahli diet.

Tes alergi adalah tes yang hanya boleh dilakukan oleh dokter atau ahli alergi. Jangan mencoba untuk melakukan tes alergi di rumah terutama jika penderita pernah mengalami reaksi alergi yang parah sebelumnya.

Pengobatan Alergi Telur

Obat yang sering diberikan untuk mengurangi gejala alergi telur tingkat ringan adalah antihistamin. Obat ini dapat diberikan setelah pasien mengonsumsi atau terpapar telur, namun bukan untuk mencegah munculnya reaksi alergi atau digunakan terhadap reaksi alergi yang parah.

Suntikan epinephrine diberikan untuk menangani reaksi alergi yang lebih serius atau parah, yaitu anafilaksis. Selain epineprine, pasien juga perlu segera dibawa ke rumah sakit untuk memastikan gejala alergi benar-benar hilang.

Beberapa penderita alergi telur umumnya masih dapat menolerir beberapa makanan yang mengandung telur matang, misalnya kue yang mangandung telur. Namun ada juga penderita yang memiliki alergi yang serius terhadap telur sehingga satu-satunya cara untuk mengobati alergi adalah dengan menghindari telur atau produk-produk yang mengandung telur.

Bagaimanapun juga, kebanyakan anak-anak yang menderita alergi telur kemudian berhasil melalui tahapan alergi ini seiring bertambahnya usia. Diskusikan bersama dokter mengenai frekuensi tes alergi yang bisa dilakukan untuk mengecek perkembangan alergi telur yang diderita. 

Komplikasi Alergi Telur

Alergi telur yang tidak segera diobati akan menimbulkan komplikasi berupa berkembangnya reaksi alergi dari ringan menjadi lebih serius, hingga mengalami anafilaksis, atau bertambahnya alergi. Beberapa jenis reaksi alergi atau kondisi yang mungkin dialami adalah:

·         Kulit menjadi rentan terhadap reaksi alergi, seperti pada kondisi dermatitis atopik.

·         Alergi pada makanan lain, seperti kacang, kedelai, dan susu.

·         Alergi pada bulu dari hewan peliharaan, serbuk sari rumput, dan debu.

·         Penyakit asma, pada akhirnya memicu berkembangnya reaksi alergi yang parah terhadap telur atau makanan lain.

Pencegahan Alergi Telur

Mencegah alergi telur dapat dimulai dengan mengenali dan memperhatikan juga makanan-makanan yang memiliki kandungan telur. Kandungan telur pada beberapa makanan dan istilah yang umum ditemui, antara lain:

·         Puding dan caramel.
·         Daging olahan, daging cincang, dan bakso.
·         Makanan yang dilapisi tepung roti.
·         Makanan yang dipanggang.
·         Lapisan atas pada kue, misalnya pada kue ulang tahun.
·         Berbagai jenis pasta, seperti spageti, fusili, dan macaroni.
·         Saus untuk salad (campuran berbagai jenis sayuran atau buah yang mentah atau matang).
·         Krim kocok atau busa yang ada di atas minuman beralkohol atau kopi.
·         Kue pretzel.
·         Marsmalow.
·         Mayones.

Istilah pada makanan olahan yang dimulai dengan kata “ovo” atau “ova” umumnya diproduksi bersama campuran telur, misalnya ovoglobulin atau ovalbumin. Putih telur memiliki empat protein, yang bernama ovomucoid, ovalbumin, ovotransferrin, dan lysozyme. Kuning telur juga memiliki beberapa antigen yang bisa memicu reaksi serangan dari kekebalan tubuh, yaitu livetin, phosvitin, dan apovitilin. Istilah-istilah lain yang umum ditemui, yaitu lecithin, globulin, albumin, dan vitelin.

Selain mengenali makanan apa saja yang memiliki telur di dalamnya, cermat dalam memilih dan membeli makanan lainnya juga perlu mulai dibiasakan. Anda bisa mengawalinya dengan melakukan langkah-langkah berikut: 

·         Lebih berhati-hati saat makan di luar rumah. Tanyakan dan pastikan dengan pramusaji atau koki mengenai kandungan bahan makanan pada masakan yang hendak Anda pesan.

·         Bacalah label keterangan pada kemasan makanan dengan teliti. Beberapa pemilik alergi telur dapat bereaksi walau hanya terdapat sedikit kandungan telur pada makanan.

·         Hindari mengonsumsi telur bagi ibu menyusui yang memiliki anak penderita alergi telur. Seperti halnya makanan dan minuman yang Anda konsumsi, protein dari telur juga dapat masuk melalui ASI yang akan diminum oleh anak.

·         Anda bisa mengganti telur dengan bahan pengganti yang umum digunakan untuk mengolah makanan, antara lain tepung tapioka, tepung kentang, saus apel, dan lesitin kedelai. Diskusikan juga bersama dokter atau ahli gizi mengenai pengganti telur lain yang aman dikonsumsi.

·         Gunakan gelang atau kalung khusus penderita alergi, khususnya penderita anak dengan alergi yang parah, agar orang-orang di sekitar Anda dapat mengingatkan sekaligus membantu memilih makanan yang aman.

·         Informasikan kepada kerabat dan pengasuh anak mengenai alergi dan apa yang harus dilakukan ketika reaksi alergi muncul.

Beberapa jenis suntikan vaksin juga memiliki kandungan protein dari telur sehingga berisiko memicu reaksi alergi pada penderita alergi, seperti vaksin untuk flu/influenza, campak, gondong, dan rubella, serta demam kuning. Beberapa jenis vaksin ini memiliki sedikit kandungan protein telur sehingga jika memang diperlukan harus diberikan di bawah pengawasan medis dan setelah melalui tes alergi.

Walau vaksin lain aman bagi penderita alergi telur, sebaiknya Anda tetap mendiskusikan bersama dokter jenis-jenis vaksin yang aman maupun berbahaya untuk digunakan. Dokter mungkin melakukan tes alergi terlebih dulu sebelum memberikan vaksin untuk mencegah terjadinya reaksi alergi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar