Kamis, 29 Desember 2016

FIBROMYALGIA



Pengertian Fibromyalgia

Fibromyalgia adalah penyakit yang membuat penderitanya mengalami rasa sakit di sekujur tubuh. Kondisi yang bersifat kronis atau jangka panjang ini juga terkadang disebut dengan istilah sindrom fibromyalgia.

Fibromyalgia bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Tetapi penderita fibromyalgia umumnya berusia di antara 30-50 tahun. Di samping itu, wanita juga berpotensi lebih tinggi untuk terserang fibromyalgia dibandingkan dengan pria.

Gejala Fibromyalgia

Gejala utama pada penyakit ini adalah rasa sakit yang menyebar ke seluruh tubuh, misalnya sensasi terbakar atau seperti ditusuk-tusuk. Gejala ini akan berlangsung secara terus-menerus dengan tingkat keparahan yang mungkin berubah-ubah. Terkadang rasa sakit tersebut juga bisa disertai dengan gejala-gejala lain yang meliputi:

1.      Tubuh sangat sensitif terhadap rasa sakit.
2.      Otot-otot yang kaku.
3.      Sulit tidur dan kelelahan. Rasa sakit akibat fibromyalgia akan menyebabkan penderita sulit tidur sehingga akan memicu kelelahan.
4.      Sakit kepala.
5.      Gangguan kognitif, misalnya sulit berkonsentrasi atau mengingat sesuatu.
6.      Depresi.
7.      Kecemasan.
8.      Kram perut.
9.      Sindrom iritasi usus.

Keparahan gejala fibromyalgia umumnya berbeda-beda pada tiap pasien. Perbedaan ini bisa dipicu oleh tingkat stres yang dialami oleh pengidap, banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh pengidap, serta perubahan cuaca.

Periksakan diri Anda ke dokter jika mengalami gejala-gejala di atas agar penanganan dapat dilakukan secara saksama. 

Penyebab dan Faktor Resiko Fibromyalgia

Penyebab di balik fibromyalgia belum diketahui secara pasti, tetapi para pakar menduga ada beberapa faktor yang bisa memicu kondisi ini. Faktor-faktor pemicu tersebut meliputi:

1.      Usia.

Kondisi ini umumnya dialami oleh orang-orang yang berusia 30-50 tahun.

2.      Jenis kelamin.

Wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami fibromyalgia dibandingkan pria.

3.      Faktor keturunan.

Risiko seseorang untuk mengalami fibromyalgia bisa meningkat jika ada anggota keluarganya mengidap kondisi yang sama.

4.      Trauma fisik atau emosional.

Misalnya mengalami cedera, menjalani operasi, mengidap infeksi virus, atau mengidap PTSD (post-traumatic stress disorder) akibat kejadian traumatis.

5.      Senyawa kimia dalam otak yang tidak seimbang.

Seperti serotonin atau dopamin.

6.      Kadar abnormal pada senyawa-senyawa dalam sistem saraf pusat.

Perubahan ini dapat menyebabkan reaksi sistem saraf pusat yang lebih sensitif terhadap sinyal-sinyal rasa sakit.

7.      Penyakit yang berhubungan dengan sendi, otot dan tulang.

Misalnya lupus, rheumatoid arthritis, atau osteoarthritis.

Diagnosis Fibromyalgia

Fibromyalgia termasuk penyakit yang sulit didiagnosis karena gejala-gejalanya yang cenderung mirip dengan penyakit lain. Proses diagnosis khusus untuk penyakit ini juga belum ditemukan.

Dokter umumnya akan menanyakan gejala-gejala yang dialami pasien sebelum memeriksa kondisi kesehatan pasien. Beberapa kriteria yang umumnya bisa digunakan untuk membantu diagnosis meliputi: 

1.      Pasien mengalami tingkat keparahan gejala yang sama setidaknya selama 12 minggu.
2.      Tidak adanya penyebab lain dari gejala tersebut.
3.      Pasien mengalami rasa sakit, minimal pada empat hingga enam bagian tubuhnya.

Dokter kemudian akan menganjurkan sejumlah pemeriksaan yang dapat menghapus kemungkinan adanya penyakit lain yang diidap pasien sebelum memastikan ini adalah fibromyalgia. Jenis pemeriksaan tersebut dapat meliputi tes darah atau X-ray.

Langkah penanganan Fibromyalgia

Fibromyalgia termasuk kondisi kronis yang tidak bisa disembuhkan. Tujuan pengobatannya adalah untuk meringankan gejala agar tidak menghambat kehidupan pengidapnya.

Penanganan fibromyalgia bisa tidak sama untuk tiap penderita. Langkah ini biasanya meliputi: 

1.      Penggunaan obat-obatan.

seperti obat pereda sakit (parasetamol atau tramadol), antidepresan yang meliputi amitriptyline, fluoxetine, dan duloxetine, serta antikonvulsan(gabapentin). Jika dibutuhkan, dokter juga bisa memberikan obat penenang atau obat tidur untuk meningkatkan kualitas tidur Anda.  

2.      Terapi psikologis.

Misalnya mengikuti konseling. Konselor dapat membantu Anda untuk menemukan strategi agar Anda bisa menangani stres yang dipicu atau memicu kondisi ini.

3.      Terapi fisik untuk meringankan rasa sakit.
Seperti teknik relaksasi serta olahraga ringan atau berenang dalam air hangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar