Minggu, 18 Desember 2016

DERMATITIS SEBOROIK




Pengertian Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik merupakan penyakit inflamasi kronik yang mengenai daerah kepala dan badan di mana terdapat glandula sebasea1. Prevalensi dermatitis seboroik sebanyak 1% - 5% populasi2. Lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita1. Penyakit ini dapat mengenai bayi sampai dengan orang dewasa. Umumnya pada bayi terjadi pada usia 3 bulan sedangkan pada dewasa pada usia 30-60 tahun.

Dermatitis seboroik dan Pityriasis capitis (cradle cap) sering terjadi pada masa kanak-kanak.

Berdasarkan hasil suatu survey terhadap 1116 anak-anak yang mencakup semua umur didapatkan prevalensi dermatitis seboroik adalah 10% pada anak laki-laki dan 9,5% pada anak perempuan. Prevalensi tertinggi pada anak usia tiga bulan, semakin bertambah umur anaknya prevalensinya semakin berkurang. Sebagian besar anak-anak ini menderita dermatitis seboroik ringan.

Secara internasional frekuensinya sebanyak 3-5%. Ketombe yang merupakan bentuk ringan dari dermatitis ini lebih umum dan mengenai 15 - 20% populasi

Dermatitis seboroik bukanlah penyakit menular, namun bisa memengaruhi rasa percaya diri penderita. Selain ketombe, dermatitis seboroik juga sering disebut dengan psoriasis seboroik dan eksim seboroik. Sedangkan dermatitis seboroik yang menjangkiti bayi disebut dengan cradle cap.

Klasifikasi Dematitis Seboroik

Dermatitis seboroik umumnya berpengaruh pada daerah kulit yang mengandung kelenjar sebasea dalam frekuensi tinggi dan aktif. Distribusinya simetris dan biasanya melibatkan daerah berambut pada kepala meliputi kulit kepala, alis mata, kumis dan jenggot. Adapun lokasi lainnya bisa terdapat pada dahi, lipatan nasolabial, kanalis auditoris external dan daerah belakang telinga.

Sedangkan pada tubuh dermatitis seboroik dapat mengenai daerah presternal dan lipatan-lipatan kulit seperti aksila, pusar, inguinal, infra mamae, dan anogenital.

Menurut usia dibagi menjadi dua, yaitu:

1.      Pada remaja dan dewasa.

Dermatitis seboroik pada remaja dan dewasa dimulai sebagai skuama berminyak ringan pada kulit kepala dengan eritema dan skuama pada lipatan nasolabial atau pada belakang telinga. Skuama muncul pada kulit yang berminyak di daerah dengan peningkatan kelenjar sebasea (misalnya aurikula, jenggot, alis mata, tubuh (lipatan dan daerah infra mamae), kadang-kadang bagian sentral wajah dapat terlibat.

Dua tipe dermatitis seboroik dapat ditemukan di dada yaitu tipe petaloid (lebih umum ) dan tipe pityriasiform (jarang). Bentuknya awalnya kecil, papul-papul follikular dan perifollikular coklat kemerah-merahan dengan skuama berminyak. Papul tersebut menjadi patch yang menyerupai bentuk daun bunga atau seperti medali (medallion seborrheic dermatitis). Tipe pityriasiform umumnya berbentuk makula dan patch yang menyerupai pityriasis rosea. Patch-patch tersebut jarang menjadi erupsi.

Pada masa remaja dan dewasa manifestasi kliniknya biasanya sebagai scalp scaling (ketombe) atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada saat stres atau kekurangan tidur.

2.      Pada bayi.

Pada bayi, dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak pada verteks kulit kepala (cradle cap). Kondisi ini tidak menyebabkan gatal pada bayi sebagaimana pada anak-anak atau dewasa. Pada umumnya tidak terdapat dermatitis akut (dengan dicirikan oleh oozing dan weeping). Skuama dapat bervariasi warnanya, putih atau kuning. Gejala klinik pada bayi dan berkembang pada minggu ke tiga atau ke empat setelah kelahiran. Dermatitis dapat menjadi general. Lipatan-lipatan dapat sering terlibat disertai dengan eksudat seperti keju yang bermanifestasi sebagai diaper dermatitis yang dapat menjadi general.

Dermatitis seboroik general pada bayi dan anak-anak tidak umum terjadi, dan biasanya berhubungan dengan defisiensi sistem imun. Anak dengan defisiensi sistem imun yang menderita dermatitis seboroik general sering disertai dengan diare dan failure to thrive (Leiner’s disese). Sehingga apabila bayi menunjukkan gejala tersebut harus dievaluasi sistem imunnya.

Menurut daerah lesinya, dermatitis seboroik dibagi tiga:

1.      Seboroik kepala.

Pada daerah berambut, dijumpai skuama yang berminyak dengan warna kekuning-kuningan sehingga rambut saling melengket; kadang-kadang dijumpai krusta yang disebut Pitriasis Oleosa (Pityriasis steatoides). Kadang-kadang skuamanya kering dan berlapis-lapis dan sering lepas sendiri disebut Pitiriasis sika (ketombe). Pasien mengeluhkan gatal di kulit kepala disertai dengan ketombe.

Pasien berpikir bahwa gejala-gejala itu timbul dari kulit kepala yang kering kemudian pasien menurunkan frekuensi pemakaian shampo, sehingga menyebabkan akumulasi lebih lanjut. Inflamasi akhirnya terjadi dan kemudian gejala makin memburuk.

Bisa pula jenis seboroik ini menyebabkan rambut rontok, sehingga terjadi alopesia dan rasa gatal. Perluasan bisa sampai ke belakang telinga. Bila meluas, lesinya dapat sampai ke dahi, disebut Korona seboroik. Dermatitis seboroik yang terjadi pada kepala bayi disebut Cradle cap .

Selain kulit kepala terasa gatal, pasien dapat mengeluhkan juga sensasi terbakar pada wajah yang terkena. Dermatitis seboroik bisa menjadi nyata pada orang dengan kumis atau jenggot, dan menghilang ketika kumis dan jenggotnya dihilangkan. Jika dibiarkan tidak diterapi akan menjadi tebal, kuning dan berminyak, kadang-kadang dapat terjadi infeksi bakterial.

2.      Seboroik muka.

Pada daerah mulut, palpebra, sulkus nasolabialis, dagu, dan lain-lain terdapat makula eritem, yang diatasnya dijumpai skuama berminyak berwarna kekuning-kuningan. Bila sampai palpebra, bisa terjadi blefaritis. Sering dijumpai pada wanita. Bisa didapati di daerah berambut, seperti dagu dan di atas bibir, dapat terjadi folikulitis. Hal ini sering dijumpai pada laki-laki yang sering mencukur janggut dan kumisnya. Seboroik muka di daerah jenggot disebut sikosis barbe.

3.      Seboroik badan dan sela-sela.

Jenis ini mengenai daerah presternal, interskapula, ketiak, inframama, umbilicus, krural (lipatan paha, perineum). Dijumpai ruam berbentuk makula eritema yang pada permukaannya ada skuama berminyak berwarna kekuning-kuningan. Pada daerah badan, lesinya bisa berbentuk seperti lingkaran dengan penyembuhan sentral. Di daerah intertrigo, kadang-kadang bisa timbul fisura sehingga menyebabkan infeksi sekunder.

Gejala Dermatitis Seboroik

Pada umumnya dermatitis seboroik memiliki gejala seperti berikut ini:

1.      Kulit terasa gatal atau seperti terbakar.

2.      Kulit kepala berwarna merah dan berketombe.

3.      Kelupasan kulit atau ketombe juga terjadi di kumis, jenggot, atau alis.

4.      Kelopak mata akan berkerak atau berwarna kemerahan, atau disebut dengan blefaritis.

5.      Kulit bersisik berwarna putih atau kuning terjadi di area kulit yang berminyak selain kulit kepala, seperti wajah, ketiak, telinga, dan dada.

Dermatitis seboroik tidak memengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan, namun jika pengobatan yang dilakukan tidak efektif atau kondisi mengganggu rutinitas harian Anda.

Penyebab Dermatitis Seboroik

Penyebab pasti terjadinya dermatitis seboroik masih belum diketahui, namun kemungkinan berkaitan dengan jamur malassezia yang terdapat pada pelepasan minyak di permukaan kulit. Selain itu, peradangan yang terkait dengan psoriasis juga disebut sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya dermatitis seboroik.

Selain dua kemungkinan penyebab dermatitis seboroik seperti yang disebutkan di atas, ada sejumlah faktor risiko yang bisa meningkatkan risiko terkena penyakit ini, yaitu: 

1.      Gagal jantung.

2.      Pengobatan tertentu.

3.      Penyakit gangguan saraf (Parkinson), dan kejiwaan (depresi).

4.      Kebiasaan menggaruk kulit wajah.

5.      Penyakit yang menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh, seperti HIV/AIDS, kanker, penerima transplantasi organ tubuh, dan pankreatitis alkoholik.

6.      Penyakit endokrin yang bisa menyebabkan obesitas, seperti diabetes.

7.      Cuaca yang dingin dan kering.

8.      Stres.

Orang-orang yang memiliki kulit berminyak, bayi yang baru lahir dan orang dewasa yang berusia antara 30-60 tahun, terutama wanita, lebih rentan terkena dermatitis seboroik.

Diaknosis Dermatitis Seboroik

Selain pemeriksaan fisik, dermatitis seboroik juga bisa didiagnosis dengan cara biopsi atau pemeriksaan kelupasan sel kulit. Hal ini bertujuan untuk memastikan apakah penyakit yang diderita adalah dermatitis seboroik atau penyakit lain yang serupa. Penyakit-penyakit lain yang dimaksud seperti eksim, rosacea, atau psoriasis. 

Diagnosis dermatitis seboroik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1.      Anamnesis.

Bentuk yang banyak dikenal dan dikeluhkan pasien adalah ketombe/ dandruft. Walaupun demikian, masih terdapat kontroversi para ahli. Sebagian mengganggap dandruft adalah bentuk dermatitis seboroik ringan tetapi sebagian berpendapat lain.

2.      Pemeriksaan fisik.

Secara klinis kelainan ditandai dengan eritema dan skuama yang berbatas relatif tegas. Skuama dapat kering, halus berwarna putih sampai berminyak kekuningan, umumnya tidak disertai rasa gatal.

Kulit kepala tampak skuama patch ringan sampai dengan menyebar, tebal, krusta keras. Bentuk plak jarang. Dari kulit kepala dermatitis seboroik dapat menyebar ke kulit dahi, belakang leher dan belakang telinga.

Distribusi mengikuti daerah berambut pada kulit dan kepala seperti kulit kepala, dahi, alis lipatan nasolabial, jenggot dan belakang telinga. Perluasan ke daerah submental dapat terjadi.

3.      Histologis.

Pemeriksaan histologis pada dermatitis seboroik tidak spesifik. Dapat ditemukan hiperkeratosis, akantosis, spongiosis fokal dan paraketatosis.

Biopsi kulit dapat efektif membedakan dermatitis seboroik dengan penyakit sejenis. Pada dermatitis seboroik terdapat neutrofil dalam skuama krusta pada sisi ostia follicular. AIDS berkaitan dengan dermatitis seboroik tampak sebagai parakeratosis, nekrotik keratinosites dalam epidermis dan sel plasma dalam dermis. Ragi kadang tampak dalam keratinosites dengan pengecatan khusus.

Diaknosis  dermatitis seboroik banding adalah:

1.      Dermatitis atopik.

Dermatitis atopik pada dewasa tampak pada fossa antecutabital dan poplitae.

Bayi dapat menderita dermatitis atopi predileksi terutama pada bagian tubuh tertentu (misalnya kulit kepala, wajah, daerah sekitar popok, permukaan otot ekstensor) menyerupai dermatitis seboroik. Akan tetapi dermatitis seboroik pada bayi memiliki ciri-ciri axillary patches, kurang oozing dan weeping dan kurang gatal. Membedakannnya berdasarkan gejala klinis karena kenaikan kadar immunoglobulin E pada dermatitis atopik tidak spesifik.

2.      Kandidiasis.

Pada pemeriksaan histologis kandidiasis menghasilkan pseudohipa.

3.      Langenhan cell histiocytosis.

Bayi jarang menderita Langenhan cell histiocytosis. Langenhan cell histiocytosis cirinya seborrheic dermatitis-like eruptions pada kulit kepala disertai demam.

4.      Psoriasis.

Pada psoriasis dijumpai skuama yang lebih tebal, kasar, berlapis-lapis, putih seperti mutiara dan tak berminyak. Selain itu ada gejala yang khusus untuk psoriasis. Tanda lain dari psoriasi seperti pitting nail atau onycholysis distal dapat untuk membantu membedakan.

5.      Pitiriasis rosasea.

Pitiriaris rosasea dapat terjadi eritem pada wajah menyerupai dermatitis seboroik. Meskipun rosasea cenderung melibatkan daerah sentral wajah tetapi dapat juga hanya pada dahi. Pada pitiriasis rosea, skuamanya halus dan tak berminyak. Sumbu panjang lesi sejajar dengan garis kulit.

6.      Tinea.

Pada tinea kapitis, dijumpai alopesia, kadang-kadang dijumpai kerion. Pada tinia kapitis dan tine kruris eritem lebih menonjuo di pinggir dan pinggirnya lebih aktif dibandingkan tengahnya (Hrahap, 2000). Tinea capitis, facei dan korporis dapat ditemukan hipa pada pemeriksaan sitologik dengan potassium hydroksida.

Perawatan Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik dapat diatasi dengan menggunakan krim, losion, atau sampo khusus. Pada umumnya produk-produk semacam ini dijual bebas. Namun jika langkah ini tetap tidak membantu dan gejala dermatitis seboroik tidak kunjung mereda atau sembuh, konsultasikan kepada dokter untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut seperti di bawah ini:

1.      Jangan menggaruk bagian tubuh yang terkena dermatitis seboroik karena bisa meningkatkan risiko terkena infeksi dan memperparah iritasi.

2.      Gunakan sisir yang lembut untuk melepaskan kelupasan kulit kepala pada bayi yang terkena dermatitis seboroik, sebelum membersihkannya dengan sampo bayi. Anda juga bisa gunakan minyak zaitun untuk melembutkan permukaan kulit.

3.      Mandi dan keramas secara teratur, serta basuh dengan bersih sabun atau sampo yang digunakan. Gunakan pelembap jika diperlukan.

4.      Gunakan sampo bayi untuk membersihkan kelopak mata Anda jika berwarna kemerahan dan terjadi kelupasan kulit. Selain itu, Anda bisa mengompresnya dengan air hangat untuk membantu meredakannya.

5.      Oleskan krim yang mengandung kortikosteroid atau unsur antijamur seperti ketoconazole.

6.      Cukurlah kumis atau jenggot untuk membantu meredakan gejalanya.

7.      Hindari produk yang mengandung alkohol agar penyakit tidak bertambah parah.

8.      Gunakan pakaian yang bertekstur halus dan berbahan katun agar kulit mendapatkan sirkulasi udara dan dapat mengurangi iritasi.

Terkadang, dermatitis seboroik bisa menghilang dengan sendirinya, namun ada juga yang bertahan selama bertahun-tahun. Perawatan kulit yang baik dan menjaga kebersihan kulit bisa membantu mengendalikan dermatitis seboroik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar