Minggu, 18 Desember 2016

DIABETES TIPE 1



Pengertian Diabetes Tipe 1

Diabetes adalah penyakit kronis (menahun) yang terjadi ketika pankreas (kelenjar ludah perut) tidak memproduksi cukup insulin, atau ketika tubuh tidak secara efektif  menggunakan insulin. Sedangkan diabetes tipe 1 sendiri termasuk jenis diabetes dengan produksi insulin yang rendah. Oleh karena itu diabetes tipe 1 disebut juga  diabetes ketergantungan insulin, atau dikenal dengan istilah penyakit autoimun diabetes dengan penyebab yang belum diketahui pasti.

Kadar gula dalam darah biasanya dikendalikan oleh hormon insulin. Jika tubuh kurang insulin, kadar gula darah akan meningkat drastis akibat terjadinya penumpukan, ini yang disebut hiperglikemia. Inilah yang terjadi saat seseorang menderita diabetes mellitus tipe 1.

Penyebab kurangnya produksi insulin oleh pankreas pada penderita diabetes tipe 1 belum diketahui hingga saat ini sehingga belum dapat disimpulkan cara pencegahannya. Diabetes tipe ini dapat timbul pada usia berapa pun, umumnya menyerang pasien di bawah usia 40 tahun, khususnya anak-anak (childhood-onset diabetic). Terkadang dikenal dengan istilah diabetes ‘remaja’

Penderita Diabetes Tipe 1 di Indonesia

Pada tahun 2015, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 10 juta orang dengan rentang usia 20-79 tahun (dikutip dari Federasi Diabetes Internasional). Namun, hanya sekitar separuh dari mereka yang menyadari kondisinya.

Asia Tenggara merupakan salah satu wilayah dengan prevalensi tinggi untuk diabetes tipe 1. Pada tahun 2010, diperkirakan ada sekitar 113.000 anak di bawah 15 tahun yang mengidap diabetes tipe 1 dengan perkiraan 18.000 kasus baru pada setiap tahunnya. 

Gejala Diabetes Tipe 1

Gejala-gejala awal diabetes tipe 1 atau yang dikenal sebagai gejala klasik, yaitu:

1.      Sering buang air kecil, terutama di malam hari (polyuria).
2.      Sering haus (polydipsia).
3.      Sering merasa lapar (polyphagia).

Selain itu juga dapat disertai gejala-gejala lain yang timbul tiba-tiba, antara lain:

1.      Turunnya berat badan.
2.      Pandangan kabur akibat perubahan bentuk lensa pada mata.
3.      Kelelahan.

Gejala diabetes tipe 1 dapat berkembang dan memburuk dengan cepat dalam beberapa minggu atau bahkan beberapa hari. Apabila penderita mengalami mual, muntah-muntah, napas dalam yang berat, napas berbau seperti buah-buahan, kehilangan nafsu makan, sakit perut atau demam tinggi. 

Penyebab Diabetes Tipe 1

Penyebab diabetes tipe 1 tidak diketahui, tapi diduga gen ikut berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.

Diabetes tipe 1 pernah dianggap sebagai kondisi autoimun. Pada umumnya, sistem kekebalan tubuh manusia berfungsi untuk melawan dan menghancurkan apa saja yang dianggap asing atau berbahaya.

Dalam kasus diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh telah keliru menyerang sel-sel dalam pankreas sehingga produksi insulin pun berhenti. Ini karena kekebalan tubuh mengira sel-sel pankreas tersebut membahayakan tubuh.

Penyebab di balik reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap sel-sel pankreas ini belum diketahui secara pasti. Namun, kombinasi dari beberapa faktor dipercaya dapat menyebabkan kondisi ini.

Faktor keturunan merupakan faktor pemicu utama diabetes yang telah diketahui. Risiko seseorang untuk terkena diabetes tipe 1 akan sedikit lebih tinggi jika ada keluarga inti (ibu, ayah, atau saudara kandung) yang mengidap penyakit yang sama.

Lingkungan juga dipercaya dapat mempertinggi risiko diabetes tipe 1. Contohnya adalah sebagai berikut:

1.      Virus.

Ada salah satu teori yang mendeskripsikan bahwa terdapat sejumlah yang diduga merangsang respons autoimun yang akan menyerang sel-sel yang terinfeksi beserta sel-sel beta dalam pankreas. Misalnya, enterovirus, virus Epstein-Barr, virus rubella, rotavirus, serta virus gondongan.

2.      Obat-obatan dan senyawa kimia

Terdapat sejumlah obat atau senyawa kimia yang dipercaya bisa menghancurkan sel-sel pankreas, yaitu pyrinuron serta strepzotocin.

3.      Gluten.

Salah satu protein dalam gluten, yaitu gliadin, diduga berpotensi memengaruhi perkembangan diabetes tipe 1.

Diagnosis diabetes Tipe 1

Diagnosis diabetes sejak dini sangatlah penting agar pengobatan bisa segera dilakukan. Jika mengalami gejala diabetes, Anda dianjurkan untuk secepatnya berkonsultasi pada dokter.

1.      Tes urine dan glukosa darah untuk menentukan kandungan glukosa.

Dokter biasa akan meminta Anda untuk menjalani tes urine dan tes darah. Sampel urine akan dites untuk memeriksa kandungan glukosanya. Pada kondisi normal, urine tidak mengandung glukosa. Namun, zat tersebut akan menumpuk dan mengalir ke ginjal serta urine, jika Anda menderita diabetes. Dokter juga biasanya akan memeriksa apakah ada kandungan keton (senyawa yang mengindikasikan diabetes tipe 1 yang sudah berkomplikasi) dalam urine Anda.

Apabila terdapat glukosa dalam urine, Anda biasanya akan dianjurkan untuk menjalani tes darah guna memastikan diagnosis. Sampel darah Anda umumnya diambil sebanyak dua kali, yaitu glukosa puasa dan dua jam setelah makan.

Sampel darah untuk tes glukosa puasa akan dilakukan pada pagi hari setelah Anda berpuasa selama 8 hingga 12 jam. Anda kemudian akan diberikan segelas minuman yang mengandung kadar gula yang telah ditentukan.

Tepat dua jam setelahnya, sampel darah Anda akan kembali diambil untuk tes glukosa guna mengevaluasi aktivitas insulin dalam tubuh Anda.

2.      Tes HbA1c.

Hasil pemeriksaan ini akan menunjukkan kadar gula rata-rata dalam darah pasien selama periode 2 hingga 3 bulan terakhir. Tingkat HbA1c dengan angka 6,5% atau lebih akan menandakan pasien mengidap diabetes. Tes ini juga dapat digunakan sebagai pemeriksaan awal  untuk orang yang berisiko mengidap diabetes.

3.      Tes autoantibody.

Prosedur ini dapat digunakan untuk membedakan diabetes tipe 1 dan 2 sebelum pasien mengalami hiperglikemia.

Pengobatan Diabetes Tipe 1

Diabetes tidak bisa disembuhkan. Pengobatan diabetes bertujuan untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah dan mengendalikan gejala untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.

1.      Langkah pengobatan dengan insulin.

Organ pankreas dalam tubuh penderita diabetes tipe 1 tidak mampu memproduksi insulin sehingga penderita harus menerima suplai insulin tiap hari. Ada beberapa jenis insulin yang bisa digunakan. Di antaranya:

a.       Insulin kerja cepat yang efeknya tidak bertahan lama, tapi bereaksi cepat.
b.      Insulin kerja singkat yang efeknya dapat bertahan maksimal delapan jam.
c.       Insulin kerja panjang yang efeknya dapat bertahan maksimal sehari.

Pengobatan untuk penderita diabetes mungkin menggunakan kombinasi dari jenis-jenis insulin di atas.

a.       Insulin lewat suntikan.

Cara pemberian insulin yang paling umum adalah lewat suntikan. Cara ini dipilih karena jika diminum dalam bentuk tablet, insulin akan dicerna dalam perut seperti makanan dan tidak bisa masuk ke dalam darah.

Pada tahap awal pemakaian, dokter biasanya akan membantu Anda untuk menyuntikkan insulin. Lalu Anda akan diajari cara menyuntik dan menyimpan insulin serta membuang jarum dengan aman.

Ada dua metode yang biasanya digunakan untuk memberikan suntikan insulin, yaitu lewat jarum dan alat suntik atau pena. Penderita diabetes umumnya membutuhkan dua hingga empat suntikan per hari.

b.      Pompa insulin.

Alternatif lain untuk menyuntikkan insulin adalah dengan pompa insulin. Alat penampung insulin ini berukuran kecil. Selang kecil lengkap dengan jarum di ujungnya akan menghubungkan pompa ke tubuh Anda. Jarum tersebut umumnya dimasukkan ke tubuh lewat perut, tapi ada juga yang memasukkannya lewat pinggul, paha, bokong, atau lengan.

Pompa ini akan menyalurkan insulin ke aliran darah dengan takaran yang bisa diatur, sehingga Anda tidak perlu melakukan suntikan insulin lagi. Tetapi Anda tetap harus waspada dan memantau kadar gula darah dengan saksama untuk memastikan Anda menerima dosis insulin yang tepat.

Pompa insulin sangat praktis dan dapat digunakan oleh semua penderita diabetes tipe 1, terutama yang sering mengalami kadar gula rendah. Alat ini juga belum digunakan secara luas di Indonesia karena harganya yang mahal.

2.      Pemantauan kadar gula darah.

a.       Menjaga gula darah agar seimbang.

Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah menjaga keseimbangan glukosa darah. 

Anda bisa melakukannya dengan pengobatan insulin dan pola makan sehat, tetapi untuk memastikan kadar gula darah yang normal, Anda membutuhkan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin.

Beberapa faktor yang bisa memengaruhi kadar gula darah Anda adalah:

·         Stres.
·         Frekuensi dan intensitas olahraga.
·         Penyakit lain seperti pilek atau batuk.
·         Mengonsumsi obat lain.
·         Konsumsi minuman beralkohol.
·         Perubahan jumlah hormon selama menstruasi.

Pemeriksaan kadar gula darah sendiri dapat dilakukan lewat tes darah sederhana dengan tusukan kecil di jari. Tes ini umumnya dianjurkan bagi para penderita diabetes. 

Anda mungkin perlu melakukannya sebanyak empat kali atau lebih dalam sehari. Tipe pengobatan insulin yang Anda jalani akan memengaruhi frekuensi tes yang dibutuhkan. Dokter juga akan menjelaskan tentang kadar gula darah yang ideal.

Milligrams/deciliter (mg/dL) adalah satuan untuk kadar gula darah yang digunakan secara umum di Indonesia. Karena itu, Anda sebaiknya berhati-hati, memastikan satuannya terlebih dulu saat membeli alat tes glukosa darah dan mengetahui nilai rujukannya .

b.      Pemeriksaan gula darah secara teratur.

Selain pemantauan sendiri yang dilakukan tiap hari, Anda dianjurkan untuk menjalani tes HbA1c setiap 2-6 bulan sekali. Proses ini akan menunjukkan keseimbangan kadar gula darah Anda serta tingkat keefektifan jenis pengobatan yang Anda jalani.

3.      Metode penanganan hiperglikemia.

Kadar gula darah yang terlalu tinggi (hiperglikemia) dapat terjadi karena beberapa sebab, misalnya porsi makan yang terlalu banyak, kondisi kesehatan yang menurun, atau dosis insulin yang kurang. Penyesuaian pola makan atau dosis insulin akan dibutuhkan penderita diabetes yang mengalami hiperglikemia. Dokter juga dapat membantu Anda untuk menemukan penyesuaian terbaik.

Hiperglikemia yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius. Tubuh akan mengolah lemak dan otot sebagai sumber energi alternatif, serta meningkatkan kadar asam dalam darah (ketoasidosis diabetik).

Ketoasidosis diabetic sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan penderita mengalami dehidrasi, muntah-muntah, kehilangan kesadaran, bahkan kematian. Karena itu, penderita diabetes yang mengalami hiperglikemia harus segera ditangani di rumah sakit. Penderita juga biasanya akan diberi infus untuk menambah cairan tubuh, seperti cairan saline dan potasium. 

4.      Metode Penanganan hipoglikemia.

Saat kadar gula darah Anda terlalu rendah, Anda akan mengalami hipoglikemia. Kondisi ini dapat terjadi pada semua penderita diabetes, tapi umumnya terjadi pada penderita diabetes tipe 1.

Beberapa gejala untuk hipoglikemia ringan adalah lemas, gemetaran, dan lapar. Kondisi ini bisa diatasi dengan mengonsumsi makanan atau minuman manis, misalnya minuman bersoda (bukan yang jenis diet), gula, atau kismis. Glukosa murni dalam bentuk tablet atau cair juga bisa dikonsumsi untuk mengatasi hipoglikemia secara cepat.

Hipoglikemia berat akan mengakibatkan penderita diabetes merasa linglung, mengantuk, bahkan kehilangan kesadaran. Penderita diabetes yang mengalami kondisi ini harus diberi suntikan glukagon (hormon yang dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat) langsung pada otot atau vena.

Kehilangan kesadaran akibat hipoglikemia berarti hipoglikemia kemungkinan bisa kambuh lagi beberapa jam kemudian. Karena itu, beristirahatlah dan pastikan ada yang menemani Anda.

Anda akan membutuhkan pertolongan medis secepatnya dan suntikan glukagon lagi jika tetap merasa mengantuk atau tidak siuman selama 10 menit setelah menerima suntikan glukagon pertama pada otot.

5.      Penanganan dengan transplantasi islet.

Transplantasi islet juga mungkin dapat menolong sebagian penderita diabetes tipe 1. Dalam proses ini, sel islet diperoleh dari donor yang sudah meninggal dan ditranplantasikan ke dalam pankreas penderita diabetes tipe 1. Sel islet adalah jenis sel pankreas yang menghasilkan insulin.

6.      Penanganan dengan transplantasi pankreas.

Transplantasi pankreas bisa mengembalikan kemampuan pengendalian glukosa tubuh, khususnya bagi pengidap diabetes tipe 1 dengan kondisi yang fluktuatif atau memiliki kadar gula darah yang tidak stabil. Namun, prosedur ini berisiko tinggi karena membutuhkan proses imunosupresi yang lebih berbahaya dibanding terapi penggantian insulin sehingga hanya dianjurkan beserta atau setelah transplantasi ginjal.

7.      Obat-obatan lain untuk mengurangi risiko komplikasi.

Penderita diabetes tipe 1 memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi, seperti  penyakit jantung, stroke, dan penyakit ginjal. Karena itu dokter mungkin akan menyarankan obat-obatan berikut untuk mengurangi risikonya, seperti:

a.       Statin untuk mengurangi kadar kolestrol tinggi.

b.      Obat penurun tekanan darah tinggi.

c.       Obat-obatan ACE inhibitor, seperti enalapril, lisinopril, atau ramipril, jika ada indikasi penyakit ginjal diabetik. Perkembangan penyakit yang ditandai dengan adanya protein albumin dalam urine ini bisa dikendalikan jika segera ditangani.

d.      Aspirin dosis rendah untuk mencegah stroke.

Di samping penanganan medis, menerapkan gaya hidup sehat juga dapat membantu dalam menangani diabetes tipe 1. Contohnya dengan melakukan diet rendah karbohidrat, olahraga yang cukup, serta menghindari stres.

Komplikasi Diabetes Tipe 1

Kadar gula darah yang tinggi bisa menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan organ tubuh. Karena itu, diabetes bisa memicu sejumlah komplikasi jika tidak dikendalikan dengan baik. 

Peningkatan kadar gula darah yang tidak signifikan dan tidak memicu gejala pun dapat mengakibatkan dampak jangka panjang.

1.      Diabetes retinopati.

Diabetes dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada retina (retinopati). 

Pembuluh darah tersebut bisa tersumbat, bocor, atau tumbuh secara acak sehingga menghalangi cahaya untuk mencapai retina. Komplikasi ini dapat mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan.

Memeriksakan mata Anda tiap tahun akan membantu pendeteksian dini retinopati sehingga dapat ditangani secepatnya.

Retinopati diabetik yang terdeteksi sejak dini dapat ditangani dengan operasi laser. Tetapi, prosedur ini hanya untuk mempertahankan daya penglihatan dan bukan menyembuhkan.

2.      Diabetes Neuropati (Kerusakan saraf).

Kelebihan glukosa darah dapat merusak pembuluh darah halus dan saraf. Hal ini dapat memicu sensasi kesemutan atau perih yang biasa berawal dari ujung jari tangan dan kaki, lalu menyebar ke bagian tubuh lain. Neuropati yang menyerang sistem pencernaan dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau konstipasi. 

Sesuatu yang biasa terlambat kita sadari, yaitu kerusakan pada saraf atau terhambatnya aliran darah pada kaki bisa meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kesehatan kaki. Jika dibiarkan, luka serta goresan kecil pada kaki penderita diabetes dapat berkembang menjadi infeksi serius.

Penderita yang telah mengalami kerusakan saraf sebaiknya mengecek kondisi kakinya tiap hari. Apabila terjadi perubahan, konsultasikanlah dengan dokter. Pemeriksaan kondisi kaki oleh dokter juga dianjurkan setidaknya sekali dalam setahun. Komplikasi pada kaki yang harus Anda waspadai adalah: 

a.       Luka yang tidak kunjung sembuh.
b.      Kulit yang terasa panas saat disentuh.

3.      Penyakit jantung serta stroke.

Penderita diabetes memiliki risiko lima kali lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung atau stroke. Kadar gula darah yang tidak seimbang dan dibiarkan cukup lama akan meningkatkan risiko atherosklerosis, yaitu penyempitan aliran pembuluh darah yang biasanya terjadi akibat akumulasi kolestrol. Komplikasi ini memiliki risiko-risiko berikut:

a.       Menghambat aliran darah ke jantung dan menyebabkan serangan angina (dikenal dengan istilah angin duduk). Serangan angina diindikasikan dengan adanya sakit dada yang terasa menekan.

b.      Menyebabkan serangan jantung atau stroke karena meningkatkan risiko penyumbatan pembuluh darah pada jantung atau otak.


4.      Diabetes nefropati (kerusakan ginjal).

Ginjal memiliki jutaan pembuluh darah halus yang menyaring limbah dari darah. Jika pembuluh darah halus tersebut tersumbat atau bocor, kinerja ginjal Anda akan menurun.
Kerusakan parah pada ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal. Apabila mengalami gagal ginjal, Anda akan membutuhkan dialisis (cuci darah) atau bahkan transplantasi ginjal. 

5.      Disfungsi seksual.

Diabetes dapat merusak pembuluh darah halus serta saraf. Karena itu, para penderita diabetes pria (terutama yang merokok) dapat mengalami disfungsi ereksi. Gangguan ini biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan.

Sementara, penderita diabetes wanita juga berpotensi mengalami gangguan disfungsi seksual, seperti kepuasan seksual yang menurun, kurangnya gairah seks, gagal mencapai orgasme, rasa sakit saat berhubungan intim, serta vagina yang kering. Penanganan pada penderita diabetes wanita yang mengalami kekurangan cairan vagina atau merasa sakit saat berhubungan intim dapat menggunakan pelumas atau gel. 

6.      Keguguran dan lahir mati pada janin.

Penyakit ini dapat membahayakan sang ibu maupun janin. Risiko keguguran dan kelahiran mati akan meningkat apabila diabetes ibu hamil tidak ditangani dengan saksama. Kadar gula darah yang tidak dijaga dengan baik pada masa awal kehamilan sang ibu juga bisa mempertinggi risiko cacat lahir.

Ibu hamil yang menderita diabetes dianjurkan untuk memeriksakan kondisi diabetesnya secara teratur ke rumah sakit atau klinik. Konsultasi rutin ini akan mempermudah dokter untuk memantau kadar gula darah sang ibu dan mengendalikan dosis insulin yang harus diberikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar