Sabtu, 10 Desember 2016

ANEMIA DEFISIENSI BESI



Pengertian Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang.

Gambaran diagnosis etiologis dapat ditegakkan dari petunjuk patofisiologi,  patogenesis, gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, diagnosis banding, penatalaksanaan dan terapi. Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah. Yang paling penting adalah zat besi, vitamin B12 dan asam folat, tetapi tubuh juga memerlukan sejumlah kecil vitamin C, riboflavin dan tembaga serta keseimbangan hormone, terutama eritroprotein. Tanpa zat gizi dan hormone tersebut, pembentukan sel darah merah akan berjalan lambat dan tidak mencukupi, dan selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan tidak mampu mengangkut oksigen sebagaimana mestinya.

Zat besi diperlukan tubuh untuk menghasilkan komponen sel darah merah yang dikenal sebagai hemoglobin. Hemoglobin di dalam sel darah merah dibutuhkan oleh tubuh untuk mengikat dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh organ. Selain itu juga berperan dalam pembuangan karbondioksida dari sel-sel tubuh di paru-paru. Jika tubuh manusia kekurangan sel darah merah, penyebaran oksigen dan pembuangan karbondioksida akan terganggu.

Anemia jenis ini  umum terjadi pada orang di segala usia, termasuk anak-anak, dengan penderita wanita lebih banyak dibanding pria. Sebagian besar kasus anemia terjadi di negara yang masih berkembang termasuk Indonesia. Anemia defisiensi besi adalah salah satu jenis anemia yang paling umum.

Anemia di Indonesia

Indonesia adalah negara dengan tingkat kasus anemia cukup tinggi. Kekurangan zat besi menjadi salah satu masalah nutrisi terbesar di Indonesia. Anak-anak, ibu hamil dan wanita yang berada pada masa subur memiliki risiko tertinggi menderita anemia.

Berikut ini adalah beberapa penyebab anemia di Indonesia: 

·         Malanutrisi atau gizi buruk adalah penyebab anemia nomor satu di Indonesia. Asupan zat besi orang Indonesia masih kurang karena kurangnya asupan yang bersumber dari nutrisi hewani. Nasi dan bahan nabati menjadi bahan makanan utama sehari-hari orang Indonesia, padahal daging juga diperlukan karena memiliki kandungan zat besi yang tinggi. Keragaman menu makanan memiliki peran penting dalam asupan zat besi yang cukup.

·         Kebiasaan minum teh dan kopi di kalangan orang Indonesia juga berpengaruh kuat dalam tingginya tingkat anemia di Indonesia. Teh dan kopi mengandung zat yang bisa menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh manusia.

·         Indonesia juga termasuk dalam kelompok negara-negara dengan penderita talasemia yang tinggi. Talasemia adalah penyakit genetik atau keturunan yang mengakibatkan penderitanya mengalami kekurangan hemoglobin dan sel darah merah. Hal ini yang sering menyebabkan terjadinya kondisi anemia.

·         Di Indonesia, banyak orang yang mengonsumsi obat-obatan antasida akibat sakit maag  atau masalah dengan asam lambung. Antasida yang dikonsumsi sebelum makan akan mengurangi produksi asam lambung, tapi hal ini justru berdampak pada turunnya penyerapan zat besi.

Wanita yang mengalami haid berlebihan cenderung menderita anemia. Hal ini terjadi karena banyaknya darah yang terbuang, inilah yang menjadi penyebab anemia pada wanita di masa subur.

Anemia juga umum terjadi pada wanita hamil. Pada masa hamil, kebutuhan zat besi wanita meningkat karena janin dalam kandungannya turut menyerap zat besi dan vitamin agar dapat tumbuh secara normal. 
 
Penyebab Anemia Defiensi Besi

Terdapat banyak faktor yang bisa menyebabkan anemia defisiensi besi. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan beserta penjelasannya. 

·         Sel sabit.

Anemia sel sabit ini disebabkan faktor genetik. Kondisi di mana terdapat banyak sel darah merah yang cacat, sehingga tidak  bisa membawa cukup banyak oksigen ke seluruh tubuh. Hemoglobin yang cacat  akan membuat sel darah merah berubah bentuk ketika oksigen dilepaskan ke jaringan tubuh. Normalnya bentuk sel darah merah adalah bentuk koin dengan lapisan tengah lebih tipis daripada pinggirnya. Pada anemia ini sel darah merah akan berubah menyerupai sabit, lebih mudah pecah, dan menggumpal.  Anemia jenis ini tidak memiliki obat, penanganan yang dilakukan untuk meredakan gejala dan juga mencegah gangguan lain yang menyertai kondisi ini.

·         Malanutrisi.

Kurangnya asupan zat besi dalam makanan menjadi penyebab anemia nomor satu di Indonesia. Jarangnya memvariasikan menu makanan menjadi faktor utama yang menyebabkan anemia. Penderita anemia perlu meningkatkan jumlah konsumsi makanan yang kaya akan zat besi dan membuat menu makanan yang memenuhi konsep ‘pedoman gizi seimbang’. Makanan seperti bayam, tahu, brokoli, ikan, dan daging merah memiliki kandungan zat besi yang tinggi.

·         Talasemia.

Talasemia adalah penyakit genetik yang menyebabkan penderitanya memproduksi hemoglobin yang cacat dan mudah rusak. Tingkat penderita talasemia di Indonesia cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Jika tidak ditangani atau dikendalikan dengan baik, penderita talasemia berisiko tinggi untuk mengalami anemia.

·         Masa kehamilan dan kebutuhan zat besi yang meningkat.

Masa kehamilan adalah waktu yang paling riskan bagi wanita untuk terkena anemia defisiensi besi. Ada beberapa wanita hamil membutuhkan suplemen penambah zat besi. Ada juga wanita yang hanya perlu meningkatkan jumlah zat besi dalam menu makanannya. Pada saat hamil, kebutuhan zat besi wanita meningkat karena pertumbuhan janin membutuhkan zat besi yang diserapnya dari darah sang ibu.

Perdarahan yang berlebihan pada saat melahirkan juga bisa memicu munculnya anemia defisiensi besi pada wanita.

·         Pendarahan berlebihan saat menstruasi.

Menstruasi atau haid adalah penyebab yang umum dari anemia defisiensi besi pada wanita yang berada dalam masa produktif atau subur. Anemia akan muncul ketika terjadi perdarahan secara berlebihan pada beberapa siklus menstruasi. Kondisi ini lebih dikenal dengan istilah menorrhaqia. 

·         Makanan dan obat-obatan yang menghambat penyerapan zat besi.

Kebiasaan orang Indonesia yang suka mengonsumsi teh dan kopi bisa menghambat penyerapan zat besi ke dalam tubuh. Cokelat memiliki dampak yang sama dalam menghambat penyerapan zat besi. Jenis-jenis makanan ini mengandung zat tanin, oxalate dan phytate yang menghalangi proses penyerapan zat besi di sistem pencernaan tubuh.

Obat sakit maag yang dikenal sebagai antasida juga memiliki efek yang sama. Antasida dapat mengurangi produksi asam lambung, padahal agar dapat diserap oleh usus, kandungan zat besi di dalam makanan perlu dipaparkan asam lambung terlebih dahulu. 

·         Efek samping obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS).

Selain itu, pemakaian ibuprofen  dan aspirin dalam jangka panjang juga bisa menyebabkan pendarahan pada sistem pencernaan. Kedua obat ini digolongkan dalam obat anti inflamasi non steroid (OAINS). OAINS memiliki efek samping yang bisa menyebabkan tukak atau luka pada dinding lambung. Jika dibiarkan, luka pada lapisan dinding lambung bisa mengalami pendarahan terus-menerus dan secara perlahan-lahan, sehingga akhirnya menyebabkan anemia.

·         Malabsorpsi.

Malabsorpsi adalah kondisi ketika tubuh tidak bisa menyerap nutrisi termasuk zat besi dari makanan yang dicerna tubuh. Kondisi malabsorpsi juga bisa menyebabkan anemia defisiensi besi. Malabsorpsi contohnya bisa terjadi dalam kondisi berikut ini:

a.       Penderita penyakit celiac atau intoleransi terhadap gluten.
b.      Intoleransi usus terhadap bahan makanan tertentu seperti laktosa dalam susu.
c.       Penderita penyakit Crohn.
d.      Penderita kolitis ulseratif.
e.       Pascaoperasi pengangkatan bagian lambung yang dikenal sebagai gastrektomi.

·         Infeksi cacing tambang.

Cacing tambang adalah parasit yang hidup di dalam usus halus manusia. Banyak orang yang terinfeksi cacing tambang dan tidak menyadarinya, karena kondisi ini tidak memiliki gejala yang signifikan. Cacing tambang menyerap dan mencerna sel darah merah dari dinding usus halus. Infeksi yang parah bisa menyebabkan kehilangan selera makan, penurunan berat badan, kelelahan, dan anemia defisiensi besi. Jika dibiarkan, infeksi cacing tambang pada akhirnya bisa mengganggu perkembangan mental, intelektual dan kognitif anak.

Selain penyebab yang sudah disebutkan di atas, terdapat beberapa faktor yang membuat orang terkena anemia defisiensi besi:

·         Kecelakaan motor atau mobil bisa membuat seseorang kehilangan banyak darah. Diperlukan beberapa waktu agar tingkat sel darah merah dan persediaan zat besi tubuh korban kecelakaan dapat pulih kembali.

·         Mendonorkan darah terlalu sering dan dalam jumlah yang besar bisa menyebabkan anemia.

·         Latihan ketahanan fisik.

·         Orang yang tidak mengonsumsi daging atau vegetarian juga lebih berisiko mengalami anemia defisiensi besi.

Anemia juga bisa terjadi pada orang yang mimisan secara berlebihan atau sering. Terutama pada orang lanjut usia, anemia bisa terjadi akibat gagal ginjal kronis , kanker perut, dan kanker usus besar. 

Gejala Anemia Defisiensi Besi

Tingkat gejala anemia tergantung kepada seberapa cepat cadangan zat besi tubuh menurun. Ada penderita yang mengalami hampir semua gejala, sedangkan ada beberapa yang hanya merasa lelah. 

Berikut adalah gejala-gejala  anemia  yang umum terjadi:

·         Mudah atau lebih cepat lelah.
·         Mudah tersinggung.
·         Kurang berenergi.
·         Muka pucat.
·         Sesak napas.
·         Sulit berkonsentrasi atau berpikir.
·         Pusing dan sakit kepala.
·         Kaki dan tangan terasa dingin.
·         Sensasi kesemutan pada kaki.
·         Lidah membengkak atau terasa sakit.
·         Sistem kekebalan tubuh menurun sehingga rentan terkena infeksi.
·         Sakit pada dada.
·         Jantung terasa berdetak dengan cepat.

Tanda-tanda lain yang bisa muncul akibat anemia adalah kuku menjadi mudah patah, rambut rontok, dan nafsu makan yang menurun.

Tes darah bisa dilakukan untuk memastikan diagnosis anemia. Tes darah juga bisa menunjukkan jika ada kekurangan zat besi  atau zat lain yang diperlukan dalam memproduksi sel darah merah yang sehat. Segera temuilah dokter jika mengalami gejala-gejala seperti di atas.

Diagnosis Anemia Defiensi Besi

Jika Anda mengalami gejala-gejala anemia, segeralah memeriksakan diri ke klinik atau rumah sakit terdekat. Beri tahu dokter tentang gejala yang Anda alami. Untuk memastikan apakah Anda benar-benar menderita anemia bisa dilakukan dengan prosedur tes darah.

Tes darah seseorang yang menderita anemia akibat kekurangan zat besi  akan menunjukkan hasil seperti berikut ini:

·         Tingkat sel darah merah di bawah normal.
·         Volume sel darah merah yang lebih kecil.
·         Tingkat hemoglobin di bawah normal.
·         Tingkat feritin di bawah normal.

Feritin adalah protein yang menyimpan zat besi dalam tubuh. Jika tingkat feritin di bawah normal, berarti persediaan zat besi telah digunakan dan tidak ada banyak zat besi yang tersedia lagi.

Folat dan vitamin B12 juga berperan dalam menghasilkan sel darah merah yang dapat berfungsi dengan baik. Ketika tubuh kekurangan vitamin B12 dan folat, anemia bisa terjadi.

Bagi penderita wanita yang mengalami menstruasi berlebihan atau menorrhagia, disarankan untuk melakukan pemeriksaan daerah panggul untuk melihat apakah ada tanda infeksi atau penyebab perdarahan. Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan prosedur ultrasound.

Jika sudah dipastikan Anda menderita anemia defisiensi besi, Anda mungkin akan diminta jalani pemeriksaan endoskopik dan kolonoskopi. Endoskopi dilakukan untuk melihat sumber perdarahan di dalam kerongkongan dan juga bagian dalam lambung. Sedangkan kolonoskopi dilakukan untuk memeriksa sumber perdarahan di sekitar dinding dalam usus besar.

Pemeriksaan Laboratarium Anemia Defiensi Besi

Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai adalah:

·         Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit.

Didapatkan anemia hipokrom mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai berat. MCV, MCHC dan MCH menurun. MCH < 70 fl hanya didapatkan pada anemia difisiensi besi dan thalassemia mayor. RDW (red cell distribution width) meningkat yang menandakan adanya anisositosis.Indeks eritrosit sudah dapa mengalami perubahan sebelum kadar hemoglobin menurun.

Kadar hemoglobin sering turun sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala anemia yang mencolok karena anemia timbul perlahan-perlahan. Apusan darah menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, poikilositosis, anulosit, sel pensil, kadang-kadang sel target. Derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda dengan thalassemia. Leukosit dan trombosit normal. Retikulosit rendah dibandingkan derajat anemia. Pada kasus ankilostomiasis sering dijumpai eosinofilia.

·         Apus sumsum tulang.

Hiperplasia eritropoesis, dengan kelompok-kelompok normo-blast basofil. Bentuk pronormoblast-normoblast kecil-kecil, sideroblast.

·         Kadar besi serum menurun <50 mg/dl, total iron binding capacity (TIBC) meningkat >350 mg/dl, dan saturasi transferin < 15%.

·         Feritin serum.

Sebagian kecil feritin tubuh bersirkulasi dalam serum, konsentrasinya sebanding dengan cadangan besi jaringan, khususnya retikuloendotel. Pada anemia defisensi besi, kadar feritin serum sangat rendah, sedangkan feritin serum yang meningkat menunjukkan adanya kelebihan besi atau pelepasan feritin berlebihan dari jaringan yang rusak atau suatu respons fase akut, misalnya pada inflamasi. Kadar feritin serum normal atau meningkat pada anemia penyakit kronik.

·         TIBC (Total Iron Banding Capacity) meningkat.

·         Feses.

Telur cacing Ankilostoma duodenale / Necator americanus.

·         Pemeriksaan lain.

Endoskopi, kolonoskopi, gastroduodenografi, colon in loop, pemeriksaan ginekologi.

Pengobatan Anemia Defiensi Besi

Penyebab dasar dari anemia defisiensi besi harus dikenali. Hal ini dilakukan untuk mencegah kemunculan kembali kondisi ini. Jika anemia tidak ditangani dan menjadi kronis, berbagai komplikasi bisa terjadi.

Bagi penderita anemia defisiensi besi yang disebabkan kurangnya asupan nutrisi, Anda bisa menemui dokter spesialis gizi. Mereka bisa membantu dalam menentukan menu makanan yang kaya akan asupan zat besi.

·         Meningkatkan asupan zat besi dari menu makanan.

Perubahan menu makanan, baik jenis dan jumlahnya, sangat penting dalam penanganan untuk anemia. Walaupun nasi termasuk dalam makanan pokok kita, kita perlu mengonsumsi nutrisi dari jenis makanan lainnya. Kita bisa mengurangi takaran nasi dan menambahkan makanan yang lebih kaya akan zat besi seperti bayam, daging sapi, dan hati ayam.

Wanita hamil disarankan untuk meningkatkan asupan zat besinya. Bayi di dalam kandungan membutuhkan pasokan darah dan zat besi yang cukup. Penambahan zat besi bisa berasal dari makanan atau pun suplemen penambah zat besi.Tanyakan kepada dokter kandungan tentang dosis dan aturan pakai obat suplemen yang bisa Anda konsumsi.

Makanan yang kaya akan vitamin C  juga membantu penyerapan zat besi. Makanan yang kaya akan vitamin C adalah brokoli, jeruk, kiwi, tomat dan paprika merah.

Berikut ini daftar makanan dengan sumber zat besi yang baik: 

1.      Hati ayam dan hati sapi.
2.      Kacang-kacangan seperti kacang hitam, kacang hijau, kacang merah.
3.      Tahu dan tempe.
4.      Makanan laut atau boga bahari seperti tiram, kerang dan ikan.
5.      Sayuran hijau seperti bayam dan brokoli.
6.      Daging merah tanpa lemak.
7.      Buah kering seperti kismis dan aprikot.

Carilah bahan makanan yang sudah difortifikasi atau dilengkapi dengan zat besi. 

Dalam langkah membasmi kekurangan zat besi, pemerintah telah mendorong persediaan beras dan terigu yang kandungan zat besinya lebih tinggi.

·         Mengonsumsi suplemen penambahan zat besi.

Suplemen penambah zat besi yang paling sering dianjurkan adalah zat besi sulfat. Suplemen ini berbentuk tablet dan biasanya diminum dua hingga tiga kali sehari.
Untuk penderita sakit maag, suplemen penambah zat besi ini harus dikonsumsi dua jam sebelum atau empat jam sesudah mengonsumsi obat antasida. Ini karena obat antasida dapat menghambat penyerapan zat besi. Jika tidak mampu mengonsumsi melalui mulut, maka penderita bisa memasukkan suplemen penambah zat besi melalui infus.

Di beberapa wilayah di Indonesia, suplemen penambah zat besi disediakan oleh pemerintah secara gratis untuk para ibu hamil. 

·         Transfusi sel darah merah (RBC).

Pasien yang mengalami gejala parah anemia defisiensi besi dan terancam keselamatan jiwanya, harus segera mendapatkan penanganan transfusi sel darah merah (RBC). Sebab, jika ditangani dengan suplemen penambah zat besi tubuh penderita membutuhkan waktu lebih banyak untuk menyerap zat besi. Transfusi sel darah merah bisa menyelamatkan nyawa penderita anemia defisiensi besi parah.  Perawatan dengan suplemen zat besi baru akan dilakukan begitu kondisi penderita sudah stabil.

·         Mengurangi makanan dan obat-obatan penghambat penyerapan zat besi.

Kebiasaan orang Indonesia yang suka mengonsumsi minuman berbahan dasar teh juga menjadi salah satu faktor banyaknya kasus anemia di Indonesia. Teh mengandung zat yang bisa menghambat penyerapan zat besi pada tubuh manusia. Berikut ini adalah daftar makanan dan minuman lain yang bisa menghambat penyerapan zat besi:

1.      Makanan dengan kandungan kalsium yang tinggi seperti susu dan yogurt.
2.      Daun kemangi.
3.      Daun seledri.
4.      Daun mint.
5.      Cokelat.
6.      Kopi.
7.      Buah-buah beri seperti stroberi dan bluberi.
8.      Kacang kenari.

Terdapat beberapa obat-obatan yang bisa mengganggu penyerapan zat besi oleh tubuh seperti antasida dan proton pump inhibitor (PPI) yang mengobati sakit maag dan melancarkan sistem pencernaan.

·         Mencegah tukak lambung akibat obat Anti-inflamasi Non-steroid (OAINS).

Mereka yang mengonsumsi OAINS secara teratur dalam jangka panjang perlu mewaspadai terjadinya efek samping tukak lambung. Tukak lambung muncul ketika terjadi erosi atau luka pada lapisan dinding lambung. Luka ini bisa berdarah secara perlahan-lahan sehingga akhirnya tubuh kekurangan sel darah merah dan persediaan zat besi. Setelah beberapa waktu, jika tukak dibiarkan, anemia pun terjadi. Oleh karena itu, mereka yang mengonsumsi OAINS dianjurkan untuk mengonsumsinya bersamaan dengan makanan, mengurangi konsumsi minuman keras dan merokok, serta mengonsumsi obat antasida. Semua ini bertujuan untuk mencegah terbentuknya tukak lambung.

·         Mengobati infeksi cacing tambang.

Anemia akibat infeksi cacing tambang terjadi karena cacing parasit ini mengonsumsi darah Anda. Selain anemia, cacing tambang juga bisa menyebabkan komplikasi seperti malanutrisi, sehingga menghambat pertumbuhan pada anak. Pada wanita hamil, cacing tambang bisa mengakibatkan kelahiran prematur dan berat bayi rendah saat lahir.

Pengobatan cacing tambang bertujuan menghilangkan infeksi yang ada, meningkatkan nutrisi, dan mengobati komplikasi dari anemia. Dokter akan memberikan resep obat cacing yang menghancurkan parasit, seperti albendazole dan mebendazole. Kedua obat itu digunakan untuk mengatasi infeksi cacing. Pengobatan biasanya diberikan sekitar satu sampai tiga hari. Penderita anemia akan diberi tambahan resep suplemen penambah zat besi. 

·         Mengobati talasemia.

Talasemia adalah penyakit genetik atau keturunan yang mengakibatkan penderitanya mengalami kekurangan hemoglobin dan sel darah merah. Indonesia juga termasuk dalam kelompok negara-negara dengan penderita talasemia yang tinggi.

Penderita talasemia perlu mengontrol tingkat darah dan hemoglobinnya untuk menjaga agar tidak terjadi anemia yang berkelanjutan. Penambahan suplemen dan obat-obatan akan dianjurkan jika memang terjadi anemia.

Komplikasi Anemia Defiensi Besi

Jika anemia defisiensi besi tidak ditangani dengan tepat, pada akhirnya bisa menyebabkan komplikasi  penyakit lain. Kekurangan zat besi berdampak buruk kepada sistem kekebalan tubuh manusia. Inilah yang membuat Anda lebih mudah terserang penyakit lainnya.

Anemia defisiensi besi juga bisa berakibat kepada terjadinya gagal jantung, yaitu saat kinerja jantung menurun dan tidak bisa memompa darah ke seluruh bagian tubuh dengan baik.

Bagi ibu hamil, anemia meningkatkan risiko komplikasi pada ibu dan janinnya. Komplikasi yang bisa terjadi contohnya adalah keguguran, pertumbuhan janin yang lambat atau tidak normal, dan lahir prematur.

Di Indonesia, anemia merupakan penyakit kronis atau jangka panjang. Gizi yang kurang lengkap menjadi penyebab terjadinya anemia kronis, dan akibatnya, komplikasi yang terjadi cukup mengkhawatirkan.

·         Pada anak kecil.

Anemia berkelanjutan pada anak-anak akan sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka di masa mendatang. Komplikasi yang paling ditakutkan adalah proses pertumbuhan dan perkembangan mereka yang terhambat. Tanpa nutrisi dan oksigen yang cukup, perkembangan mental, intelektual dan kemampuan kognitif anak bisa terhambat. Energi dan kemampuan anak untuk beraktivitas fisik juga berkurang jika sedang mengalami anemia. Pada akhirnya, semua ini bisa berdampak buruk pada fungsi emosi dan sosial mereka. Perilaku dan performa akademik anak pun lebih tertinggal dibanding anak-anak seusia yang tidak mengalami anemia.

Selain itu, anemia juga menyebabkan turunnya pertahanan kekebalan tubuh. Anak yang menderita anemia pun menjadi rentan terserang berbagai macam infeksi.

Untuk mencegah terjadinya anemia pada anak, khususnya bayi, berikan mereka ASI atau susu formula yang sudah difortifikasi zat besi selama satu tahun pertama. Setelah satu tahun pertama, jangan memberikan susu melebihi 700 mililiter per hari. Karena konsumsi susu yang terlalu banyak akan menggantikan makanan lain yang mungkin kaya akan kandungan zat besi. Susu sapi murni bukanlah sumber zat besi yang bagus bagi bayi, jika mereka masih di bawah satu tahun, pemberian susu sapi tidak dianjurkan.

·         Pada wanita hamil.

Anemia defisiensi besi pada wanita hamil sangat berkaitan dengan angka kematian ibu. Anemia pada wanita hamil patut diwaspadai. Komplikasi yang dialami wanita yang sedang hamil bisa berakibat fatal, baik pada ibu maupun janinnya. Anemia pada wanita hamil bisa mengakibatkan:
           
1.      Pertumbuhan bayi yang terhambat.
2.      Kelahiran bayi secara prematur.
3.      Bayi terlahir dengan berat badan rendah.
4.      Bayi menjadi lebih rentan terserang infeksi ketika lahir.
5.      Kematian bayi dalam kandungan bisa terjadi pada kondisi anemia yang parah.

·         Pada orang dewasa.

Anemia defisiensi besi juga memiliki efek yang berbahaya pada orang dewasa jika dibiarkan berlarut-larut. Orang yang menderita anemia mudah merasa lelah dan kurang berenergi. Ini berarti tingkat produktivitasnya akan berkurang. Orang tersebut juga akan lebih mudah terserang penyakit akibat kekebalan tubuh yang lemah.
Anemia yang berlarut-larut bisa mengakibatkan kerusakan pada berbagai organ seperti ginjal, jantung dan paru-paru. Penyakit jantung  juga diperburuk jika anemia tidak diobati. Pada kasus yang parah, gagal jantung  bisa terjadi.

Periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala anemia defisiensi besi. Pengobatan dan penanganan secara dini dapat membantu pemulihan dengan baik.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar