Pengertian Sakit Saraf
Beberapa fungsi tubuh yang dikontrol oleh sistem saraf adalah:
·
Pertumbuhan dan perkembangan otak.
·
Sensasi dan persepsi.
·
Pikiran dan emosi.
·
Proses belajar dan ingatan.
·
Pergerakan, keseimbangan dan koordinasi.
·
Tidur.
·
Pemulihan dan rehabilitasi.
·
Suhu tubuh.
·
Pernapasan dan detak jantung.
Ada tiga tipe saraf pada tubuh manusia yaitu:
·
Saraf otonom.
Saraf ini berfungsi mengontrol gerakan tubuh yang
tidak disadari atau gerakan tubuh setengah disadari seperti detak jantung,
tekanan darah, pencernaan, dan pengaturan suhu tubuh.
·
Saraf motorik.
Jenis saraf yang mengontrol gerakan dengan
mengirimkan informasi dari otak dan tulang belakang menuju ke otot.
·
Saraf sensorik.
Saraf ini akan mengirimkan informasi dari kulit
dan otot kembali ke tulang belakang dan otak. Informasi ini diproses agar
manusia merasakan sakit atau sensasi lainnya.
Gejala Sakit Saraf
Sama seperti gejala, penyebab sakit saraf sangat
beragam. Ada lebih dari 600 jenis penyakit saraf. Berikut beberapa penyebab
sakit saraf serta gangguan yang ditimbulkannya:
·
Faktor keturunan.
Penyakit
Huntington, distrofi otot.
·
Perkembangan saraf tidak sempurna.
Spina
bifida
·
Rusak atau matinya sel saraf
Penyakit
parkinson dan Alzheimer.
·
Penyakit pada pembuluh darah ke otak.
Stroke.
·
Cidera.
Cedera
otak atau tulang belakang.
·
Kanker.
Kanker
otak.
·
Gangguan Kejang.
Epilepsi.
·
Infeksi
Meningitis.
Diagnosis Sakit Saraf
Beberapa tahap tes yang biasanya dilakukan dokter
untuk mendiagnosis sakit saraf adalah:
·
Uji laboratarium.
Seperti
tes darah dan tes urine untuk membantu diagnosis penyakit dan memahami lebih
jauh tentang penyakit yang diidap penderita. Uji ini termasuk pemeriksaan awal
sakit saraf.
·
Uji genetik.
Termasuk
amniosentesis, penyampelan vilus korionik (CVS) dan USG rahim untuk mengetahui
apakah sakit saraf diturunkan ke anak. Uji ini juga termasuk pemeriksaan awal
sakit saraf dan bertujuan untuk melihat ada tidaknya kemungkinan penyakit pada
bayi dengan riwayat keluarga yang memiliki penyakit turunan.
·
Pemeriksaan neorologis.
Termasuk
kemampuan sensorik dan motorik pasien, fungsi saraf kranial, kesehatan mental,
perubahan perilaku.
·
Uji pencitraan.
Termasuk
sinar-X, CT scan, MRI, SPECT, pencitraan otak, dan fluoroskopi.
·
Biopsi
Prosedur
pengambilan sampel jaringan ini juga diperlukan untuk mendiagnosis kelainan
saraf. Sampel yang paling sering digunakan adalah otot dan saraf.
·
Angiografi.
Tes
untuk mendeteksi apakah ada pembuluh darah yang tersumbat. Tes ini dapat
membantu diagnosis stroke, pembengkakan pembuluh darah otak dan untuk
menentukan tempat dan ukuran tumor otak.
·
Analisis cairan serebrospinal.
Di
lakukan dengan mengambil dan memeriksa cairan yang melindungi otak dan saraf
tulang belakang. Cairan yang diperiksa bisa memberikan informasi ada tidaknya
perdarahan, infeksi, dan gangguan saraf lain.
·
Elektroensefalografi (EEG).
Tes
untuk memonitor aktivitas otak dengan menempelkan sensor di kepala.
·
Elektromiografi (EMG).
Tes
ini untuk mendiagnosis disfungsi saraf dan otot serta penyakit saraf tulang
belakang. Pemeriksaan dilakukan dengan menempelkan sensor di sekitar otot.
·
Electronystagmography (ENG).
Adalah
sekumpulan tes yang digunakan untuk mendiagnosis pergerakan liar mata, gangguan
pusing, dan gangguan Pemeriksaan dilakukan dengan menempelkan sensor di sekitar
mata.
·
Diskografi atau diskogram.
Adalah
tes untuk mengevaluasi nyeri punggung.
·
Evoked potentials.
Dilakukan
untuk mengukur sinyal elektrik ke otak yang dihasilkan indera pendengaran,
sentuhan atau penglihatan.
·
Positron emission tomography (PET).
Akan
menghasilkan gambar aktivitas otak dalam bentuk dua dimensi dan tiga dimensi.
·
Thermography.
Dengan
menggunakan inframerah untuk mengukur perubahan temperatur kecil antara dua
sisi tubuh berbeda atau pada salah satu organ.
Pengobatan Sakit Saraf
Pada banyak kasus, kerusakan saraf tidak bisa
disembuhkan secara total. Tapi ada beberapa penanganan untuk mengurangi
gejalanya. Tujuan pertama pengobatan sakit saraf adalah untuk menangani kondisi
medis yang menjadi penyebabnya, beberapa di antaranya adalah:
·
Terapi fisik atau pembedahan untuk
mengatasi tekanan atau trauma pada saraf.
·
Pengobatan untuk mengatasi kondisi
autoimun.
·
Memperbaiki gizi.
·
Membatasi kadar gula darah pada
penderita diabetes.
·
Mengganti obat, jika obat menyebabkan
kerusakan saraf.
·
Memberikan pereda rasa sakit,
antidepresan trisiklik, atau beberapa obat antikejang untuk mengurangi nyeri
saraf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar