Kamis, 25 Mei 2017

SPONDILOSIS SERVIKAL



Pengertian Spondilosis Servikal

Spondilosis servikal adalah suatu kondisi yang diakibatkan oleh ausnya jaringan-jaringan dan tulang di leher sehingga menimbulkan gejala umum berupa nyeri leher dan kepala. Diperkirakan bahwa sembilan puluh persen orang-orang yang telah berusia 60 tahun ke atas mengalami masalah ini.

Meskipun gejala spondilosis servikal umumnya tidak terasa, sekitar sepuluh persen penderitanya mengalami nyeri leher kronis.

Selain nyeri leher dan kepala, pada kasus yang jarang terjadi spondilosis servikal juga bisa menimbulkan gejala nyeri, kesemutan, dan mati rasa pada bagian lengan, kesemutan dan mati rasa pada bagian kaki, gangguan koordinasi, bahkan kesulitan berjalan. Seluruh gejala tambahan ini terjadi apabila saraf di leher terjepit.

Penyebab Spondilosis Servikal

Salah satu bagian dari tulang leher ada yang dinamakan dengan cakram atau piringan sendi. Cakram sendi ini berfungsi sebagai bantalan di antara ruas-ruas tulang leher. Spondiosis servikal bisa terjadi apabila cakram sendi mengalami penyusutan sehingga ruas-ruas tulang kurang terlindungi dan lebih sering bersentuhan, atau cakram sendi mengalami penggelembungan (herniasi) sehingga sumsum dan saraf tulang belakang dapat menjadi tertekan. Selain itu, spondilosis servikal juga bisa terjadi akibat adanya kekakuan pada ligamen leher dan akibat produksi tulang baru yang berlebihan.

Tubuh dapat memproduksi tuang baru di bagian pinggir tulang vertebra. Bentuk produksi tulang baru ini adalah respons alami tubuh dalam memperkuat tulang belakang akibat cakram sendi yang telah mengalami degenerasi. Pertumbuhan ini juga dapat berakibat sumsum dan saraf tulang belakang dapat menjadi tertekan.

Selain karena faktor usia, spondilosis servikal juga berisiko tinggi terjadi pada orang-orang yang memiliki kebiasaan merokok, sering menggerakkan leher, pernah mengalami cedera leher, atau memiliki pekerjaan dengan tingkat tekanan pada leher yang tinggi. Pekerja kuli panggul adalah orang-orang yang berisiko tinggi terkena kondisi ini. Bahkan pada kasus yang jarang terjadi, spondilosis servikal dapat dipicu oleh faktor keturunan. 

Diagnosis Spondilosis Servikal

Periksakan diri ke dokter apabila Anda sering mengalami kaku dan nyeri di leher, terutama apabila usia Anda telah memasuki 60 tahun.

Selain menanyakan gejala-gejala yang dirasakan dan memeriksakan pergerakan leher atau refleks tangan dan kaki untuk mengetahui adanya kerusakan saraf akibat penyempitan tulang belakang, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut bila diperlukan, di antaranya: 

·         Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui karakteristik spondilosis servikal.

·         Pemeriksaan MRI dan CT scan apabila gejala yang muncul parah atau apabila dokter mencurigai pasien mengalami mielopati.

·         Elektromiografi (EMG) untuk mengetahui seberapa baik fungsi saraf dan otot leher dan apabila dokter mencurigai pasien terkena radikulopati servikal atau mielopati. Pemeriksaan ini biasanya dipadukan dengan pemeriksaan konduksi saraf.

Pengobatan Spondilosis Servikal

Apabila gejala spondilosis servikal masih tergolong ringan, Anda bisa mengonsumsi obat-obatan pereda rasa sakit golongan Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS) yang dijual bebas di apotek, misalnya ibuprofen, diclofenac, dan naproxen. Selain itu, penderita kondisi ini bisa disarankan melakukan terapi penyembuhan sendiri di rumah, seperti:

·         Menghentikan sementara penggunaan kalung dan baju berkerah karena dapat memperburuk gejala.

·         Memperbaiki postur tubuh saat duduk atau berdiri.

·         Memakai bantal padat saat tidur untuk mengurangi ketegangan di leher.
·         Melakukan olahraga ringan, seperti jalan santai atau berenang.

Baca selalu resep dan aturan pakai yang tertera pada kemasan OAINS sebelum menggunakannya. Sangat perlu diingat bahwa obat-obatan ini mungkin kurang cocok dikonsumsi oleh penderita tukak lambung, asma, hipertensi, dan gangguan jantung. Jika Anda merupakan penderita kondisi-kondisi tersebut, Anda dapat mengonsumsi parasetamol sebagai pengganti obat-obatan OAINS.

Apabila gejala spondilosis servikal masih belum reda setelah Anda menjalani tips perawatan di atas, dianjurkan untuk menemui dokter. Dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan tertentu, yaitu: 

·         Codeine.

Obat ini biasanya masih tetap dikombinasikan dengan OAINS atau parasetamol guna mengatasi rasa nyeri yang lebih parah. Karena codeine mengandung opium ringan, maka obat ini biasanya tidak dianjurkan untuk dikonsumsi dalam jangka panjang. 

Selain itu, codeine juga tidak cocok bagi orang yang pernah mengalami cedera di kepala atau bagi penderita gangguan pernapasan. Efek samping penggunaan codeine yang paling umum adalah konstipasi. Namun Anda bisa melakukan langkah-langkaj seperti minum banyak air dan mengonsumsi makanan berserat tinggi untuk mengurangi efek samping tersebut.

·         Amitriptyline.

Sama seperti codeine, amitriptyline diresepkan oleh dokter apabila obat pereda rasa sakit lain belum ampuh dalam mengatasi gejala nyeri pada kasus spondilosis servikal. 

Umumnya nyeri yang tetap dirasakan pasien adalah lebih dari satu bulan. Meskipun amitriptyline merupakan obat antidepresi, obat ini bisa mengatasi nyeri saraf bila diberikan dalam dosis rendah. Amitriptyline tidak boleh dikonsumsi oleh orang yang memiliki riwayat gangguan jantung. Efek samping amitriptyline yang paling umum adalah konstipasi, mulut kering, sulit buang air kecil, dan gangguan penglihatan. 

Selain itu obat ini juga bisa menyebabkan rasa kantuk. Maka dari itu, lebih baik jangan mengonsumsi amitriptyline jika Anda berniat mengendarai kendaraan.

·         Gabapentin.

Obat ini biasanya dianjurkan oleh dokter untuk digunakan setidaknya selama dua minggu. Gabapentin diresepkan untuk mengatasi kesemutan dan nyeri pada lengan akibat iritasi pada akar saraf. Efek samping yang mungkin terjadi saat mengonsumsi gabapentin adalah rasa gelisah dan ruam kulit.

·         Steroid suntik.

Kegunaan obat ini sama seperti gabapentin, yaitu untuk mengobati nyeri akibat peradangan akar saraf. Efek samping steroid suntik bisa berupa mati rasa, atau sakit kepala. Pada kasus yang jarang terjadi, efek samping bisa berupa cedera tulang belakang yang mengakibatkan kelumpuhan.

·         Obat-obatan pelemas otot.

Misalnya diazpam. Obat ini biasanya tidak boleh dikonsumsi selama lebih dari 10 hari dan diberikan apabila penderita spondilosis servikal mengalami gejala otot kaku yang tidak terkendali. Efek samping obat-obatan pelemas otot adalah rasa kantuk dan pusing.

Mengatasi Spondilosis Servikal Dengan Operasi

Umumnya prosedur operasi pada kasus spondilosis servikal tidak dapat memulihkan kondisi penderita hingga seratus persen, melainkan bertujuan mencegah gejala tidak memburuk. Prosedur operasi biasanya dilakukan pada kasus nyeri yang tidak bisa diatasi oleh pengobatan apa pun, adanya kerusakan pada sistem saraf, radikulopati servikal yang mana cakram sendi atau tulang menjepit saraf, dan pada kasus mielopati servikal.

Beberapa jenis operasi yang bisa dilakukan, di antaranya prosedur laminektomi untuk membuang bagian tulang yang menekan sumsum tulang belakang, prosedur disektomi untuk menyingkirkan bagian tulang osteofit atau cakram sendi yang mengalami masalah dan menggantinya dengan tulang pengganti atau plat logam. Ada pula jenis operasi penggantian cakram sendi secara total dan menggantinya dengan cakram sendi buatan.

Perlu diingat bahwa tiap prosedur operasi memiliki risiko untuk terjadinya komplikasi. Beberapa macam komplikasi yang mungkin saja bisa terjadi adalah: 

·         Suara menjadi serak.

·         Infeksi pada luka bedah pascaoperasi.

·         Disfagia.

·         Reaksi alergi.

·         Penggumpalan darah di paru-paru atau serangan jantung.

·         Kerusakan saraf.

·         Kelumpuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar