Penegertian Sindrom Prader-Willi
Sindrom Prader-Willi adalah salah satu kelainan
genetika. Kondisi yang jarang terjadi ini dapat menyebabkan berbagai gangguan
pada perkembangan fisik, psikologis, maupun tingkah laku.
Penyebab di balik sindrom ini adalah adanya kelainan pada kromosom 15. Lebih dari separuh kasus sindrom Prader-Willi diakibatkan oleh hilangnya informasi genetika dari kromosom 15 yang diwarisi dari ayah.
Kelainan kromosom tersebut akan mengakibatkan terganggunya perkembangan dan fungsi hipotalamus. Bagian otak ini berperan penting dalam berbagai fungsi tubuh, seperti mengendalikan pelepasan hormon dan selera makan.
Gejala dan Gangguan Akibat Sindrom Prader-Willi
Gejala dan gangguan akibat Sindrom Prader-Willi bisa
bervariasi pada tiap penderita dan dapat berubah seiring pertumbuhan
penderitanya. Berikut adalah sejumlah indikasi dan kelainan yang umumnya
dialami oleh penderita sindrom ini.
·
Hypotonia (buruknya tonus otot).
Ini
adalah indikasi yang biasa pertama kali terlihat pada bayi yang mengalami
sindrom Prader-Willi. Bayi yang mengalami kondisi ini cenderung memiliki
refleks yang buruk, terkulai karena otot yang lemah, memiliki kemampuan
mengisap yang buruk sehingga sulit mengisap ASI, serta suara tangis yang pelan.
·
Perkembangan organ seksual yang
terhambat atau hypogonadism.
Indikasi yang paling mudah terdeteksi adalah
perkembangan bentuk atau ukuran organ intim yang tidak sesuai usia. Contohnya
adalah ukuran penis yang kecil dan testiskel yang belum turun ke skrotum pada
bayi laki-laki, atau klitoris serta labia minor yang lebih kecil pada bayi
perempuan.
Perkembangan penderita pada masa pubertas juga
biasanya terlambat atau terkadang tidak sepenuhnya. Misalnya, suara yang tidak
berubah pada remaja laki-laki atau haid yang baru dialami oleh penderita
perempuan di usia 30-an.
Karena buruknya perkembangan testikel dan ovarium,
hampir semua penderita sindrom Prader-Willi tidak bisa memiliki keturunan.
·
Bentukwajah.
Penderita
sindrom ini memiliki bentuk wajah yang khas. Contohnya, mata berbentuk kacang
almond, pelipis dan bagian atas pangkal hidung yang sempit, bibir atas yang
tipis, serta tepi mulut yang menurun (seperti orang cemberut).
·
Senantiasa merasa lapar.
Gangguan
ini biasanya mulai dialami pada usia 2 tahun. Akibatnya penderita akan
terus-menerus makan tanpa merasa kenyang, hingga berujung pada kondisi
obesitas.
·
Tubuh yang pendek.
Ini
terjadi akibat pertumbuhan yang terhambat. Indikasi ini umumnya akan terlihat
secara signifikan pada saat penderita berusia 20-an.
·
Gangguan belajar.
Sebagian
besar penderita sindrom Prader-Willi memiliki IQ yang rendah (antara 50 sampai
85) dan mengalami gangguan belajar ringan hingga menengah. Mereka biasanya
kesulitan memahami dan menjalankan perintah verbal. Meski demikian, penderita
sindrom ini cenderung pandai dalam menyelesaikan teka-teki gambar atau kata.
·
Gangguan tingkah laku.
Penderita
sindrom Prader-Willi umumnya memiliki beragam masalah dalam tingkah laku. Di
antaranya meliputi:
a. Mengamuk
apabila keinginannya tidak terpenuhi, misalnya karena dilarang makan atau
rutinitasnya terganggu.
b. Keras
kepala.
c. Manipulatif.
d. Sering
mengorek kulit, khususnya di wajah dan tangan.
·
Gangguan tidur.
Penderita
anak-anak umumnya akan mengalami sleep opnea, yaitu terganggunya pernapasan
karena dinding tenggorokan yang rileks dan menyempit ketika sedang tidur,
sehingga sering terbangun. Gangguan ini akan memicu rasa kantuk yang parah,
sehingga anak akan malas bergerak.
Di samping tanda-tanda klinis
tersebut, pada penderita sindrom Prader-Willi juga bisa ditemukan berbagai
gangguan lain, misalnya skoliosis. mata juling, kaki dan tangan yang kecil,
rabun jauh atau dekat, serta mudah memar.
Penderita sindrom ini juga memiliki
toleransi tinggi terhadap rasa sakit. Kondisi ini berpotensi membahayakan
karena penderita bisa tidak merasakan nyeri apabila terjadi peradangan di dalam
tubuhnya, sehingga peradangan tersebut tidak terdeteksi dan tidak ditangani.
Diagnosis Sindrom
Prader-Willi
Pemeriksaan DNA atau genetika
merupakan langkah utama untuk mendiagnosis sindrom Prader-Willi. Tes ini akan
dilakukan dengan pengambilan darah penderita yang kemudian diteliti di
laboratorium.
Terdapat serangkaian kriteria yang
harus dipenuhi sebelum seseorang dicurigai menderita sindrom ini. Berikut
adalah penjelasannya secara rinci.
·
Kriteria mayor.
a.
Terkulai
dan mengalami lemah otot yang segera terdeteksi saat lahir atau tak lama
setelah itu.
b.
Gangguan
makan dan tidak mengalami perkembangan pada tahun pertama.
c.
Kenaikan
berat badan yang cepat di antara usia 1 hingga 6 tahun.
d.
Mengalami
hypogonadism sehingga perkembangan seksual terhambat.
e.
Terhambatnya
perkembangan fisik atau mengalami kesulitan belajar.
·
Kriteria minor.
a.
Kurang
aktif selama dalam kandungan.
b.
Mengalami
gangguan tidur.
c.
Terlambat
mengalami pubertas atau tidak ada sama sekali.
d.
Warna
rambut, kulit, dan mata yang cenderung lebih terang dari normal.
e.
Tangan
yang ramping.
f.
Air
liur yang kental dan lengket.
g.
Mata
juling atau rabun jauh.
h.
Kesulitan
melafalkan kata dan bunyi.
i.
Sering
mengorek kulit.
Masing-masing
kriteria mayor bernilai 1 poin, sementata kriteria minor bernilai 0,5 poin.
Pasien berusia di bawah 3 tahun yang mendapatkan total 5 poin (minimal 3 poin
dari kriteria mayor) diduga menderita sindrom Prader-Willi dan dianjurkan untuk
menjalani tes genetika guna memastikan diagnosis.
Pengobatan
Sindrom
Prader-Willi
Hingga saat ini, belum ada langkah
pengobatan yang bisa menyembuhkan sindrom Prader-Willi.
Penanganan yang
dilakukan hanya bertujuan untuk mengendalikan gejala serta gangguan yang
dialami oleh penderita.
Penderita sindrom ini membutuhkan
bantuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan dalam mengatasi gejala-gejalanya
hingga dewasa. Pemantauan dari dokter akan diperlukan secara berkala agar
metode penanganan bisa disesuaikan dengan perkembangan atau perubahan gangguan
yang dialami oleh penderita. Berikut adalah beberapa contoh penanganan yang
mungkin dilakukan bagi penderita bayi hingga remaja.
·
Bayi
yang menderita sindrom Prader-Willi cenderung mengalami kesulitan makan karena
otot yang lemah. Orang tua dianjurkan untuk merangsang kemampuan isap bayi agar
bisa minum susu dengan lancar. Misalnya, menempelkan dot dari botol susu ke
puting, lalu menekan dot untuk membantu bayi mengisap ASI.
·
Bayi
laki-laki dengan testiskel yang belum turun ke skrotum membutuhkan operasi pada
usia 1-2 tahun.
·
Bantulah
penderita untuk menerapkan pola makan sehat agar terhindar dari obesitas,
misalnya menghindari makanan dengan kalori tinggi. Ini merupakan langkah
terpenting sekaligus tersulit dalam menangani penderita yang masih anak-anak.
·
Terapi
penggantian hormon pertumbuhan (HGH) selama masa kanak-kanak yang dimulai pada
usia 2 hingga 4 tahun. Proses ini umumnya berlangsung selama maksimal 4 tahun.
·
Terapi
pengganti hormon seks bagi remaja perempuan dapat dilakukan melalui kombinasi
pil kontrasepsi. Namun, terapi pengganti hormon testosteron bagi penderita
remaja laki-laki masih diperdebatkan.
·
Memberikan
rutinitas yang teratur agar anak-anak yang menderita kondisi ini dapat beradaptasi
dengan baik. Mereka juga terkadang sampai mencuri makanan karena tidak bisa
mengendalikan dorongan terhadap makanan. Karena itu, hadapilah dengan sabar dan
tegas bila ini terjadi.
·
Kenali
tanda-tanda amukan pada anak-anak yang menderita sindrom ini agar bisa
dihentikan sebelum terjadi.
·
Untuk
mengatasi anak yang sering mengorek kulit, potonglah kuku mereka sependek
mungkin. Terapi perilaku kognitif serta obat-obatan antidepresan dan
antipsikotik juga bisa menjadi pilihan untuk mengatasi gangguan ini. Namun,
jangan lupa untuk mewaspadai efek samping obat-obatan tersebut.
Komplikasi
Sindrom
Prader-Willi
Beragam gangguan akibat sindrom Prader-Willi dapat
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi
meliputi:
·
Obesitas.
Rendahnya
massa otot menyebabkan penderita sindrom Prader-Willi membutuhkan kalori yang
lebih rendah dari normal dan kurang aktif bergerak, ditambah adanya rasa lapar
yang terus menerus. Kedua kondisi ini berpotensi memicu obesitas, diabetes tipe
2, kolesterol tinggi, serta hipertensi.
·
Tidak bisa memiliki keturunan.
Produksi
hormon di bawah kadar normal dapat menyebabkan ketidaksuburan pada sebagian
besar penderita sindrom ini. Kurangnya kadar hormon seks juga dapat memicu
osteoporosis.
·
Tersedak.
Anak-anak
yang menderita sindrom Prader-Willi cenderung terus makan tanpa terkendali jika
dibiarkan, sehingga dapat menyebabkan tersedak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar