Pengertian Sindrom Guillain-Barre
Sebagai akibatnya, penderita sindrom Guillain-Barré bisa mengalami gejala bertahap yang diawali dari kesemutan dan nyeri pada otot kaki serta tangan. Selanjutnya penderita penyakit ini mengalami pelemahan pada kedua sisi otot tubuh dari kaki dan menjalar ke bagian tubuh atas, bahkan hingga ke otot mata. Dapat pula terjadi gangguan koordinasi.
Gejala nyeri tidak mesti dialami oleh semua penderita sindrom Guillain-Barré karena sebagian dari mereka ada yang tidak merasakannya. Namun sebaliknya, ada juga yang merasakan nyeri tidak tertahankan, bukan hanya pada bagian kaki dan tangan, tapi juga pada tulang punggung.
Pada kasus sindrom Guillain-Barré yang parah, penderitanya ada yang sampai mengalami gejala disfagia atau sulit menelan, sulit bicara, gangguan pencernaan, penglihatan menjadi ganda atau buram, kelumpuhan otot sementara (otot wajah, kaki, tangan, bahkan otot pernapasan), hipertensi, aritmia atau ketidakteraturan detak jantung, dan hilang kesadaran atau pingsan.
Penyebab Sindrom Guillain-Barre
Belum diketahui secara pasti alasan
sistem kekebalan tubuh berbalik menyerang sistem saraf perifer. Namun dengan
adanya sebagian kasus sindrom Guillain-Barré yang terjadi setelah sebelumnya
penderita mengalami sakit tenggorokan, pilek, atau flu, maka para ahli
menyimpulkan bahwa autoimun dipicu oleh bakteri atau virus penyebab
kondisi-kondisi yang mendasari tersebut.
Jenis bakteri yang juga bisa memicu
sindrom Guillain-Barré adalah bakteri campylobacter yang sering
ditemukan pada kasus keracunan makanan. Sedangkan dari golongan virus adalah
virus Epstein-Barr, virus cytomegalovirus pada penyakit herpes,
dan virus HIV. Karena sindrom Guillain-Barré merupakan penyakit autoimun, maka
kondisi ini tidak bisa ditularkan atau diturunkan secara genetik.
Dianjurkan bagi Anda untuk menemui
dokter jika sering mengalami kesemutan, nyeri pada otot tangan dan kaki, atau
otot melemah secara progresif dari bagian tubuh bawah menjalar ke atas.
Penting
untuk melakukan pemeriksaan karena mungkin saja gejala tersebut merupakan
gejala awal sindrom Guillain-Barré. Terlebih lagi jika Anda menjadi sulit
menelan, mengalami kelumpuhan sementara pada wajah dan tungkai, sulit bernapas,
bahkan pernah pingsan, maka penanganan oleh dokter harus segera dilakukan.
Selain melalui gejala yang dirasakan
oleh pasien dan diperoleh dari riwayat kesehatan mereka, diagnosis sindrom
Guillain-Barré bisa ditentukan melalui pemeriksaan saraf, misalnya studi
konduksi saraf untuk mengukur kecepatan sinyal saraf dan elektromiografi yang
bertujuan mengukur aktivitas saraf otot. Selain kedua metode tersebut, dokter
juga bisa melakukan pemeriksaan cairan saluran sumsum tulang belakang melalui
metode yang disebut pungsi lumbal.
Inti dari pengobatan Sindrom
Guillain-Barré adalah menangani antibodi yang menyerang saraf perifer guna
mengurangi gejala dan mempercepat penyembuhan.
Ada dua jenis metode pengobatan yang
bisa dilakukan pada kasus sindrom Guillain-Barré. Metode yang pertama adalah
pemberian immunoglobulin intravena (IVIg). Melalui metode ini, dokter akan
mengambil immunoglobulin sehat dari donor dan menyuntikkannya kepada penderita
sindrom Guillain-Barré dengan harapan bisa melawan immunoglobulin jahat yang
menyerang saraf penderita.
Metode kedua adalah plasmaferesis
atau penggantian plasma darah. Melalui metode ini, dokter akan menyaring plasma
jahat yang berada di sel darah penderita sindrom Guillain-Barré dengan
menggunakan sebuah mesin khusus. Sel darah yang telah bersih kemudian
dikembalikan lagi ke dalam tubuh penderita dengan harapan bisa memproduksi
plasma baru yang sehat untuk mengganti plasma jahat yang telah tersaring.
IVIg atau plasmaferesis biasanya
akan rutin dilakukan selama beberapa minggu pertama sejak gejala muncul.
Keduanya sama-sama efektif, namun IVIg dianggap lebih mudah dan aman diterapkan
daripada plasmaferesis.
Perawatan penyakit sindrom
Guillain-Barré di rumah sakit biasanya akan membutuhkan waktu lama agar dokter
bisa memonitor perkembangan kondisi tekanan darah, denyut jantung, dan sistem
pernapasan penderita. Bagi pasien yang mengalami kesulitan bernapas, dapat
dibantu dengan menggunakan mesin ventilator.
Sebagian pasien ada yang sembuh
dalam jangka waktu beberapa minggu dan sebagian lainnya lebih dari itu.
Sebagian pasien masih membutuhkan terapi karena tubuhnya masih terasa sangat
lelah, lemas dan kebas pada otot kaki dan tangan, serta hilang keseimbangan.
Diperkirakan gejala otot lemas masih dirasakan 1 dari 5 penderita sindrom
Guillain-Barré selama tiga tahun sejak awal pemulihan.
Terapi yang biasanya dianjurkan
dokter untuk membantu mengembalikan kemampuan gerak pasien dan memulihkan otot
yang kaku dan nyeri yang masih terasa adalah terapi okupasi dan fisioterapi.
Sedangkan untuk memulihkan kemampuan bicara dan mengatasi kesulitan menelan
adalah terapi wicara.
Risiko kematian akibat sindrom Guillain-Barré terbilang rendah, yaitu hanya sekitar lima persen dari keseluruhan kasus yang pernah terjadi. Kematian biasanya terjadi akibat komplikasi obstruksi usus, gangguan jantung, dan gagal napas. Orang yang memiliki riwayat sakit paru-paru atau orang yang telah berusia lanjut berisiko lebih tinggi mengalami kematian apabila terkena sindrom Guillain-Barré.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar