Pengertian Solusio Plasenta
Plasenta tumbuh di dalam rahim ibu selama masa kehamilan dan berfungsi untuk memberikan nutrisi serta oksigen pada janin dalam kandungan. Solusio plasenta berisiko membahayakan nyawa ibu dan bayi yang dikandung jika tidak segera ditangani. Hal ini dikarenakan solusio plasenta bisa menyebabkan perdarahan hebat pada sang ibu dan mengurangi suplai nutrisi serta oksigen untuk sang bayi.
Gejala Solusio Plasenta
Usia kehamilan di atas enam bulan (trimester
ketiga), terutama beberapa pekan sebelum proses persalinan, merupakan waktu
yang rawan untuk terjadinya solusio plasenta. Beberapa gejala yang menandai
kondisi ini di antaranya adalah:
·
Nyeri punggung.
·
Kontraksi yang berlangsung cepat.
·
Perdarahan pada vagina.
·
Rahim terasa sakit.
·
Nyeri perut.
·
Gerakan bayi dalam kandungan yang kurang
aktif atau tidak seperti biasanya.
Penyebab Solusio Plasenta
Hingga saat ini penyebab pasti terjadinya solusio
plasenta belum diketahui, namun ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan
risiko seorang wanita untuk mengalaminya, yaitu:
·
Merokok atau memakai narkoba.
·
Berusia di atas 40 tahun.
·
Memiliki riwayat solusio plasenta
sebelumnya.
·
Pernah melahirkan bayi kembar.
·
Memiliki tekanan darah tinggi atau
hipertensi.
·
Menderita gangguan pembekuan darah.
·
Memiliki riwayat trauma pada perut,
seperti terjatuh atau terkena pukulan.
·
Air ketuban bocor atau pecah terlalu
awal.
Diagnosis Solusio Plasenta
Untuk mendiagnosis solusio plasenta, dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik guna mengetahui kontraksi rahim. Selain itu,
kemungkinan diperlukan pemeriksaan darah atau USG untuk membantu mengetahui
penyebab terjadinya perdarahan vagina. USG dapat digunakan untuk melihat
kondisi rahim dan kandungan, namun tidak selalu dapat mendeteksi adanya solusio
plasenta. Pada solusio plasenta, detak jantung janin juga perlu dimonitor untuk
mengetahui kondisi bayi dan dan mendeteksi adanya kegawatan janin.
Perawatan Solusio Plasenta
Perawatan solusio plasenta yang
dilakukan tergantung pada keadaan bayi yang dikandung, usia kehamilan, dan
tingkat keparahan solusio plasenta. Plasenta yang sudah terlepas dari dinding
rahim tidak bisa ditempelkan kembali.
Penderita mungkin akan dirawat di
rumah sakit jika usia kehamilan di bawah 34 minggu, detak jantung bayi normal,
dan kondisi tergolong ringan. Namun jika usia kehamilan sudah di atas 34 minggu
dan solusio plasenta membahayakan penderita serta bayi yang dikandung, maka
dokter akan menyarankan untuk segera dilakukannya proses persalinan (biasanya
melalui operasi caesar). Jika penderita mengalami perdarahan hebat, maka harus dilakukan
transfusi darah.
Komplikasi Solusio Plasenta
Solusio plasenta dapat menimbulkan
komplikasi dan membahayakan jiwa penderita dan bayi yang dikandungnya.
Ibu hamil yang menderita solusio
plasenta kemungkinan bisa mengalami gangguan pembekuan darah dan syok akibat
kehilangan darah. Selain itu, solusio plasenta juga bisa menyebabkan gagal
ginjal atau kegagalan organ tubuh lainnya. Perdarahan juga kemungkinan terjadi
setelah proses persalinan.
Operasi histerektomi atau pengangkatan rahim mungkin
akan dilakukan jika perdarahan yang terjadi tidak bisa dikendalikan.
Sedangkan pada bayi, solusio
plasenta dapat menyebabkan kurangnya asupan nutrisi dan oksigen, serta
kelahiran prematur. Bahkan komplikasi yang serius dapat terjadi dimana bayi
terlahir dalam keadaan meninggal.
Pencegahan Solusio Plasenta
Meskipun rawan terjadi di trimester ketiga, solusio
plasenta juga bisa terjadi kapan saja setelah usia kandungan memasuki minggu
ke-20. Kondisi ini tidak dapat dicegah secara langsung, namun ibu hamil dapat
menurunkan risikonya dengan cara:
·
Mengonsumsi suplemen asam folat sesuai
petunjuk dokter.
·
Memeriksakan kondisi kandungan secara
rutin selama masa kehamilan.
·
Mengobati tekanan darah tinggi bila ada
sesuai petunjuk dokter.
·
Tidak menggunakan narkoba.
·
Behenti merokok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar