Pengertian Sindrom Marfan
Sindrom Marfan merupakan golongan penyakit genetik
yang membuat jaringan ikat atau jaringan yang bertugas menjaga struktur tubuh
menjadi terganggu. Sindrom Marfan merupakan penyakit yang jarang terjadi dengan
persentase kasus sekitar 0,03 persen. Tingkat keparahan penyakit ini bervariasi
dari yang ringan sampai yang berat dengan komplikasi.
Penderita sindrom Marfan bisa dikenali dari
ciri-ciri fisiknya, yaitu:
·
Tubuh yang tinggi dan kurus secara tidak
normal.
·
Tulang belakang yang melengkung secara
tidak normal.
·
Dada menonjol keluar atau cekung ke
dalam.
·
Gigi bertumpuk tidak beraturan.
·
Rahang bawah yang kecil.
·
Mata cekung.
·
Jari kaki dan tangan yang panjang dan
ramping, serta tidak proporsional dengan panjang lengan.
·
Bentuk kaki yang besar dan ceper.
·
Sendi yang lunglai atau tampak lemah.
·
Stretch mark atau tanda kerutan pada bagian pundak,
punggung bawah, dan panggul yang akan memudar dan berubah menjadi warna
keperakan seiring waktu.
Penderita sindrom Marfan juga dapat
mengalami dislokasi lensa mata atau bergesernya posisi lensa mata ke tempat
yang tidak normal sehingga mengganggu penglihatan. Selain dislokasi lensa,
penyakit mata lainnya yang dapat dialami penderita sindrom Marfan adalah
katarak, glaukoma, rabun jauh (miopia), dan ablasio retina.
Penderita sindrom Marfan juga dapat
mengalami pergeseran salah satu bagian tulang belakang menjadi agak ke depan
atau maju. Kondisi ini disebut spondilolistesis dan bisa menimbulkan gejala
nyeri punggung belakang dan kekakuan otot punggung. Selain spondilolistesis,
skoliosis juga bisa dialami oleh penderita sindrom Marfan yang mana tulang
belakang melengkung ke samping. Apabila sudah parah, lengkungan ini dapat
menekan paru-paru dan jantung sehingga menyebabkan sesak napas.
Masalah di area tulang belakang
lainnya pada penderita sindrom Marfan adalah dural ectasia yang mana membran
pelapis sumsung tulang belakang mengembang dan menekan tulang belakang.
Kondisi
ini bisa menimbulkan gejala nyeri pada punggung, kaki, dan kepala, serta kebas
di kaki.
Gangguan pada sistem kardiovaskular
juga bisa terjadi pada penderita sindrom Marfan. Salah satunya adalah katup
yang berfungsi mengontrol aliran darah antar bilik jantung menjadi bocor atau
tidak menutup sempurna saat jantung berdetak. Selain itu, dapat pula terjadi
pecahnya arteri utama (aorta) yang mengarah pada pendarahan internal.
Penyebab Sindrom Marfan
Sindrom Marfan disebabkan oleh
kerusakan sebuah gen yang bertanggung jawab untuk memproduksi protein tertentu.
Adanya kerusakan gen ini menimbulkan protein yang bernama fibrillin diperoduksi
secara abnormal. Akibatnya, beberapa bagian tubuh menjadi lentur secara tidak
normal dan tulang tumbuh secara tidak terkendali. Kerusakan gen fibrillin ini
pula yang menyebabkan beberapa tulang penderita sindrom Marfan tumbuh panjang.
Sebagian besar kasus sindrom Marfan
terjadi akibat faktor keturunan, artinya anak akan mewarisi sindrom ini apabila
salah seorang dari kedua orang tua menderita kondisi sama (autosomal
dominant). Namun ada juga kasus sindrom Marfan yang bukan karena keturunan,
walau sifatnya jarang, yaitu sekitar 1 dari 4 kasus. Hal ini disebabkan oleh
bermutasinya gen fibrillin yang terdapat di dalam sperma ayah atau di dalam sel
telur ibu, menjadikan janin di dalam kandungan membawa sindrom Marfan.
Diagnosis Sindrom Marfan
Sindrom Marfan tidak bisa
didiagnosis hanya dengan melakukan tes genetik semata dan perlu dilakukan pemeriksaan
secara menyeluruh. Di samping dokter perlu melihat tanda-tanda fisik penderita
dan mengetahui riwayat kesehatan keluarganya, pemeriksaan lanjutan, seperti
pemeriksaan mata untuk melihat adanya gangguan penglihatan (dislokasi lensa,
katarak, glaukoma, dan rabun) dan MRI scan untuk melihat adanya masalah pada
tulang belakang bagian bawah, perlu diterapkan.
Selain pemeriksaan mata dan MRI
scan, dokter juga bisa melakukan pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) untuk
mengukur ritme jantung dan ekokardiogram untuk melihat adanya pembengkakan atau
kerusakan pada aorta.
Pengobatan Sindrom Marfan
Sindrom Marfan merupakan kondisi
yang tidak bisa diobati. Langkah pengobatan hanya ditujukan untuk mengurangi
dampak dari berbagai gejala. Contoh pertama adalah masalah pada mata. Apabila
penderita sindrom Marfan mengalami masalah mata, pemberian kacamata atau kontak
lensa mungkin dapat membantu mengatasi gangguan penglihatan. Operasi
penggantian lensa mata dengan lensa tiruan juga bisa dilakukan. Untuk kasus
glaukoma yang mana bola mata mengalami tekanan, penanganan bisa dilakukan
dengan obat tetes mata, operasi, atau pengobatan laser, meskipun semua metode
ini sifatnya hanya menahan agar tidak terjadi perburukan dan tidak
mengembalikan ke keadaan semula hingga 100 persen. Untuk kasus katarak, operasi
penggantian lensa yang keruh dengan lensa tiruan bisa dilakukan.
Sindrom Marfan juga bisa membuat
sendi menjadi sakit. Dalam hal ini, penanganan bisa dilakukan dengan obat
pereda nyeri (parasetamol atau obat antiinflamasi nonsteroid/NSAID), pemasangan
alat penyangga sendi, dan terapi fisik yang cocok untuk memulihkan sendi.
Untuk masalah jantung, jika tingkat
keparahan masih rendah, dokter biasanya hanya akan meresepkan obat penghambat
beta (beta-blockers) atau obat lain seperti irbesartan atau losartan
untuk melemahkan kekuatan detak jantung. Hal ini juga akan membantu
memperlambat proses aorta yang melebar. Namun jika tingkat keparahan sudah
cukup berat dan berpotensi mengancam nyawa penderita sindrom Marfan, maka
disarankan untuk melakukan pembedahan, contohnya adalah operasi penggantian
bagian dari aorta yang membengkak.
Pada penderita sindrom Marfan,
tulang dada (sternum) dapat menonjol ke luar atau melekuk ke dalam. Tulang dada
yang menonjol ke luar biasanya tidak perlu ditangani karena kebanyakan tidak
menimbulkan masalah kesehatan apa pun. Namun sebaliknya, tulang yang melekuk ke
dalam (cekung) perlu diperbaiki karena bisa menekan paru-paru dan mengganggu
pernapasan. Penanganan kondisi ini adalah dengan pembedahan untuk mengangkat
posisi tulang dada dan rusuk pada tempatnya, kemudian menyangganya dengan
sebuah pin berbahan logam.
Untuk skoliosis, penanganan bisa
dilakukan dengan korset tulang belakang apabila tingkat kelengkungan tulang
belum terlalu parah, terutama pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.
Apabila tingkat kelengkungan tulang belakang sudah parah (biasanya di atas 40
derajat), maka bisa direkomendasikan dengan pembedahan untuk meluruskan kembali
tulang tersebut. Perlu Anda ketahui bahwa operasi perbaikan tulang belakang
adalah operasi besar yang bisa saja menimbulkan efek samping, seperti
penggumpalan darah, infeksi, bahkan kerusakan saraf.
Karena itu, pikirkan
baik-baik dan konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter sebelum melakukannya.
Selain itu, fisik Anda juga akan membutuhkan waktu paling tidak satu tahun
untuk pulih dari pembedahan ini.
Jika Anda menderita sindrom Marfan,
aktivitas fisik Anda harus disesuaikan kembali. Anda disarankan untuk
menghindari sejumlah olahraga yang dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan
darah untuk mencegah kerusakan aorta. Bentuk aktivitas yang disarankan untuk
dihindari adalah mendaki, lari jarak jauh, angkat beban, tenis, sepakbola,
rugby, dan gimnastik. Selain kerusakan aorta, jenis olah raga ini juga
berpotensi merusak sendi penderita sindrom Marfan yang lemah.
Prognosis Sindrom Marfan
Prognosis
adalah istilah untuk menggambarkan prediksi atas kondisi pasien di masa datang.
Sebelum obat-obatan dan metode penanganan sindrom Marfan menjadi berkembang
seperti sekarang ini, jarang sekali ada penderita yang bisa hidup melebihi usia
40 tahun (rata-rata hanya sampai 32 tahun).
Namun kini sebagian besar penderita
bisa memiliki kesempatan hidup lebih lama dan menjalani kehidupan secara aktif
seperti orang-orang normal melalui diagnosis yang cepat dilakukan dan
penanganan jangka panjang oleh dokter spesialis yang terkait.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar