Pengerian Sindrom Brugada
Sindrom Brugada merupakan salah satu penyebab utama kasus kematian mendadak pada anak muda yang dinyatakan sehat dan tidak mengalami gangguan jantung. Yang lebih mengkhawatirkan, kasus kematian yang disebabkan oleh sindrom Brugada sering terjadi secara tiba-tiba, tanpa menujukkan gejala sama sekali.
Sindrom Brugada merupakan penyakit langka, yang mana mayoritas penderitanya adalah orang-orang Jepang dan Asia Tenggara. Banyak yang menduga penyakit ini disebabkan oleh faktor genetik atau penyakit yang diturunkan oleh keluarga. Fakta membuktikan bahwa penyakit ini lebih sering terjadi pada laki-laki berusia remaja dan dewasa. Penyakit ini jarang terjadi pada anak-anak.
Gejala Sindrom Brugada
Seperti disebutkan sebelumnya, kemunculan sindrom Brugada seringkali tidak menunjukkan gejala. Penyakit ini umumnya baru terdeteksi saat seseorang melakukan tes elektrokardiogram (EKG). Namun pada beberapa orang, sindrom Brugada dapat menunjukkan gejala yang tidak jauh berbeda dengan penderita penyakit jantung lainnya, antara lain:
·
Sesak napas.
·
Detak jantung tidak beraturan (palpitasi).
·
Demam tinggi.
·
Kejang.
·
Pingsan.
Seseorang
dengan sindrom Brugada memiliki struktur atau bentuk jantung yang normal, namun
mereka mengalami masalah pada ion-ion yang mengatur aktivitas elektrik di dalam
jantung.
Setiap
sel otot jantung memiliki kanal ion yang berfungsi mengalirkan senyawa seperti
natrium, kalsium, dan kalium untuk keluar dan masuk otot jantung. Ketiga ion
inilah yang mengendalikan kinerja elektrik jantung, sehingga jantung dapat
berkontraksi dan menjalankan fungsinya sebagai pemompa darah pada tubuh.
Pada
sindrom Brugada, terjadi kerusakan pada kanal ion jantung sehingga aliran
elektrik jantung menjadi tidak teratur. Akibatnya, jantung akan berkontraksi
dengan ritme yang sangat cepat dan darah tidak mampu dipompa secara efektif ke
seluruh tubuh. Apabila terjadi hanya sesaat, pasien biasanya akan pingsan atau
kehilangan kesadaran secara sementara. Namun apabila irama jantung ini tetap
tidak normal dalam beberapa menit, penderita akan mengalami serangan jantung.
Beberapa
penelitian telah dikembangkan untuk mencari tahu kelainan genetik yang
mendasari penyakit ini.
Hampir sepertiga kasus sindrom Brugada disebabkan oleh
mutasi pada gen SCN5A. Dalam kondisi normal, gen ini berfungsi untuk mengatur
aliran ion natrium di jantung. Pada saat terjadi mutasi, jumlah ion natrium
akan menurun sehingga aktivitas kontraksi jantung pun menjadi terganggu.
Pada
banyak kasus, sindrom Brugada muncul sebagai penyakit keturunan. Namun ada
beberapa faktor lain yang bisa memicu penyakit ini, di antaranya:
·
Sering
menggunakan kokain.
·
Memiliki
kandungan kalsium yang tinggi di dalam darah.
·
Menggunakan
obat-obatan untuk mengatasi tekanan darah tinggi, depresi, dan nyeri dada.
·
Memiliki
kadar kalium yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Risiko
untuk terkena sindrom Brugada bisa meningkat karena beberapa hal. Berikut ini
adalah sejumlah faktor yang bisa memicu kemunculan sindrom Brugada:
·
Keturunan.
Jika salah satu
anggota keluarga Anda memiliki sindrom Brugada, Anda juga berisiko mengidap
penyakit ini.
·
Ras.
Orang-orang
Asia, khususnya Jepang dan Asia Tenggara lebih berisiko mengalami sindrom
Brugada dibanding wilayah lain di dunia.
·
Laki-laki
Sindrom Brugada
lebih sering ditemukan pada laki-laki dewasa dibanding pada wanita. Artinya,
laki-laki lebih berisiko mengalami penyakit ini.
·
Demam.
Demam memang
tidak langsung menyebabkan sindrom Brugada, tapi demam tinggi yang tidak segera
ditangani bisa menyebabkan iritasi jantung dan memicu kemunculan sindrom
Brugada serta serangan jantung mendadak.
Untuk mendiagnosis sindrom Brugada, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang disertai beberapa tes seperti:
·
Elektrokardiogram (EKG).
Tes ini dilakukan untuk merekam aktivitas elektrik
di dalam jantung dan memastikan apakah ada kelainan pada detak jantung.
·
Studi Elektropsikologi (EPS).
Jika hasil EKG menunjukkan bahwa pasien positif
mengidap sindrom Brugada, tes EPS dilakukan untuk memudahkan dokter dalam
mengetahui penyebab dan menentukan tipe pengobatan penyakit ini.
·
Tes genetika.
Dokter akan mengambil sampel darah dan
memeriksanya untuk memastikan apakah ada faktor genetika yang menyebabkan
sindrom Brugada.
Jika Anda
terbukti mengidap sindrom Brugada, dokter akan merekomendasikan Anda untuk
menggunakan implantable cardiac defibrillator (ICD). Alat ini memiliki
fungsi yang sama dengan alat pacu jantung.
Perangkat ini dihubungkan ke jantung
melalui pembuluh darah untuk memonitor detak jantung. Jika detak jantung
melemah, ICD akan mengirim sinyal kejut elektrik agar jantung kembali berdetak
secara normal.
ICD tidak
selalu memberikan dampak positif bagi penggunanya. Sejumlah orang yang
menggunakan ICD seringkali merasa mendapatkan sinyal kejut, padahal detak
jantungnya sedang dalam kondisi normal. Untuk mengurangi risiko itu,
beritahukan kondisi Anda kepada dokter secara berkala.
Di
samping memasang ICD, kemungkinan dokter juga akan memberikan obat jenis quinidine
untuk membuat detak jantung Anda kembali normal. Obat ini juga bisa digunakan
untuk mencegah gangguan jantung sekaligus menjadi suplemen untuk seseorang yang
menggunakan ICD.
Setelah
pengobatan berakhir, Anda harus melakukan pemeriksaan secara rutin untuk
memastikan bahwa pengobatan yang Anda jalani berjalan dengan lancar. Selama
masa pemeriksaan tersebut, dokter juga akan memeriksa apakah ada masalah lain
yang berpotensi muncul dan mengganggu jantung Anda.
Komplikasi Sindrom Brugada
Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, sindrom
Brugada bisa menyebabkan beberapa komplikasi, di antaranya:
·
Pingsan.
Jika
Anda mengalami sindrom Brugada dan sering pingsan, segera periksakan diri ke
dokter untuk mencegah dampak yang lebih berbahaya.
·
Serangan jantung
Serangan
jantung ini biasa terjadi saat seseorang sedang tidur. Komplikasi ini
menyebabkan jantung kehilangan fungsinya. Dengan penanganan sindrom Brugada
yang cepat dan tepat, serangan jantung bisa dicegah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar