Pengertian Skorbut
Skorbut atau scurvy adalah
suatu penyakit langka yang terjadi pada saat tubuh kekurangan vitamin C. Vitamin C atau asam askorbat tidak
dapat diproduksi oleh tubuh sehingga perlu asupan secara rutin dan cukup dari
makanan. Vitamin C sangat penting bagi tubuh karena berfungsi untuk membantu
pembuatan kolagen. Kolagen merupakan protein yang terdapat pada berbagai
jaringan tubuh, seperti kulit, tulang, dan pembuluh darah. Tanpa keberadaan
vitamin C yang cukup, serat kolagen dalam tubuh tidak dapat diperbaiki sehingga
dapat memicu kerusakan jaringan tubuh. Kerusakan jaringan inilah yang memicu
munculnya skorbut pada seseorang.
Gejala Skorbut
Gejala skorbut tidak akan tampak secara jelas pada awal
terjadinya kekurangan vitamin C. Gejala seringkali muncul setelah seseorang
mengalami kekurangan vitamin C kronis selama 3 bulan. Pada orang dewasa, gejala
skorbut yang dapat diamati adalah:
·
Merasa lelah dan letih sepanjang waktu.
·
Munculnya bintik biru kemerahan pada kulit.
Bintik biru kemerahan yang muncul seringkali terjadi pada tempat munculnya
rambut (folikel rambut pada kulit). Rambut yang tumbuh pada daerah tersebut
seringkali berbentuk keriting dan mudah rontok. Jika tidak diobati, bintik ini
dapat menyatu dan membesar.
·
Sering uring-uringan.
·
Nyeri pada anggota gerak badan, terutama pada
tungkai.
·
Pembengkakan pada gusi serta mudah mengalami
perdarahan.
·
Nyeri sendi parah akibat perdarahan pada sendi.
·
Sesak napas, terutama setelah melakukan
aktivitas berat.
·
Kulit mudah lebam.
·
Bekas luka yang memerah dan membengkak.
Jika tidak ditangani dengan baik, skorbut dapat menyebabkan
permasalahan lain seperti jaundice (ditandai
dengan menguningnya kulit dan bagian putih bola mata), edema, dan penyakit
jantung.
Pada anak-anak atau balita, gejala skorbut yang dapat
diamati antara lain adalah:
·
Kurang nafsu makan.
·
Mudah tersinggung.
·
Penambahan berat badan lambat.
·
Diare
·
Demam.
Jika gejala skorbut pada anak-anak sudah semakin parah,
dapat muncul gejala tambahan sebagai berikut:
·
Nyeri dan pembengkakan pada kaki yang dapat
terasa sangat sakit, terutama jika celana atau popok mereka sedang diganti.
·
Mata yang nampak menonjol.
·
Munculnya bintik biru kemerahan seperti gejala
skorbut pada orang dewasa.
Penyebab Skorbut
Penyebab utama skorbut pada seseorang adalah kekurangan
vitamin C kronis. Jika seseorang mengalami kekurangan vitamin C, maka
regenerasi kolagen akan terganggu. Tanpa pembentukan serat kolagen, jaringan
tubuh akan mengalami kerusakan secara perlahan. Terdapat beberapa hal yang
dapat memicu seseorang mengalami skorbut sehingga terjadi kekurangan asupan
vitamin C yaitu:
·
Ketergantungan obat.
·
Kebiasaan minum minuman beralkohol.
·
Mengalami gangguan mental kompleks, seperti skizofrenia dan
depresi berat.
·
Menjalani kehamilan atau sedang menyususi
sehingga membutuhkan asupan vitamin lebih banyak.
·
Menjalani fad diet, yaitu
diet yang tidak sehat dan tidak seimbang dengan tujuan menurunkan berat badan
secara instan.
·
Merokok.
·
Memiliki penyakit yang mengganggu penyerapan
nutrisi, seperti kolitis ulseratif atau penyakit crohn.
·
Menderita anoreksia nervosa, yaitu suatu kelainan mental pada seseorang yang
menyebabkan dirinya selalu berpikir akan mengalami kenaikan berat badan pada
saat makan sehingga hanya makan dengan jumlah sedikit.
·
Menjalani pengobatan yang dapat menimbulkan mual
sehingga kehilangan nafsu makan. Contohnya adalah pengobatan kemoterapi.
·
Berusia lanjut. Lansia yang sulit menjaga pola
makan sehat dan seimbang berisiko terkena skorbut.
Diagnosis Skorbut
Metode pemeriksaan paling mudah untuk mendiagnosis skorbut
adalah melalui studi laboratorium terhadap kandungan vitamin C di dalam tubuh.
Kandungan vitamin C yang dapat dianalisis adalah kandungan vitamin C pada
plasma darah dan leukosit. Selain itu, studi radiologi juga dapat membantu
mendiagnosis apakah seseorang terkena skorbut atau tidak.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa skorbut:
·
Studi
kandungan vitamin C plasma darah.
Studi ini dilakukan dengan mempuasakan pasien, kemudian mengambil sampel
darah dan menganalisis plasma darah untuk menentukan kandungan vitamin C.
Perbedaan kandungan vitamin C dalam plasma darah dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a.
Kandungan vitamin C kurang dari 0,1 mg/dL
menunjukkan terjadinya skorbut pada pasien.
b.
Kandungan vitamin C kurang dari 0,2 mg/dL
menunjukkan terjadinya defisiensi vitamin C pada pasien.
c.
Kandungan vitamin C 0,2-0,3 mg/dL menunjukkan
kadar vitamin C yang rendah.
d.
Kandungan vitamin C di atas 0,3 mg/dL
menunjukkan pasien memiliki kadar vitamin C yang cukup.
·
Studi
kandungan vitamin C leukosit.
Studi kandungan vitamin C pada leukosit dapat memberikan hasil yang lebih
akurat dikarenakan berhubungan langsung dengan kandungan vitamin C di jaringan.
Selain itu, kandungan vitamin C di dalam leukosit tidak dipengaruhi oleh ritme
tubuh harian ataupun perubahan asupan vitamin C dari makanan. Nilaikandungan
vitamin C dalam leukosit dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
a.
Kandungan vitamin C 0 mg/dL menunjukkan skorbut
laten.
b.
Kandungan vitamin C 0-7 mg/dL menunjukkan pasien
mengalami defisiensi vitamin C.
c.
Kandungan vitamin C 8-15 mg/dL menunjukkan kadar
vitamin C yang rendah dalam jaringan.
d.
Kandungan vitamin C di atas 15 mg/dL menunjukkan
jaringan sudah mendapatkan vitamin C dalam jumlah cukup.
·
Studi
radiologi.
Studi radiologi dapat membantu diagnosis skorbut pada anak-anak, yaitu
dengan melihat keadaan tulang dan sendi. Seringkali, pada tulang anak-anak yang
menderita skorbut, muncul gejala sebagai berikut:
a.
Pengangkatan tulang bagian subperiosteal.
b.
Adanya dislokasi dan patah tulang.
c.
Reabsorpsi pada rongga-rongga tulang yang
menyebabkan pembesaran rongga.
Pengobatan Skorbut
Skorbut dapat diatasi dengan mudah dengan memberikan
suplemen vitamin C kepada penderita. Vitamin C termasuk zat yang mudah diserap
dan dapat meredakan gejala skorbut dengan cepat.
Kebanyakan penderita skorbut
dapat sembuh dari gejala skorbut dalam waktu sekitar dua minggu. Setelah
gejala-gejala skorbut mereda, penderita skorbut harus selalu menjaga pola
makannya agar asupan vitamin C tetap terjaga. Jika asupan vitamin C terjaga
dengan baik, penderita skorbut tidak perlu lagi mengonsumsi suplemen vitamin C.
Penderita yang mengalami skorbut akibat suatu kelainan atau
penyakit, perlu mendapatkan penanganan lain sesuai yang direkomendasikan oleh
dokter spesialis di bidangnya, seperti:
·
Dokter
spesialis gizi.
Jika dicurigai skorbut
yang terjadi akibat pola makan yang tidak seimbang.
·
Dokter
spesialis pencernaan.
Jika dicurigai skorbut
yang muncul karena adanya penyakit pada saluran pencernaan, seperti penyakit
Crohn.
·
Psikolog.
Jika dicurigai skorbut yang muncul
disebabkan faktor psikologis.
Untuk menjaga agar asupan vitamin C tetap cukup, berikut ini
adalah kadar minimum konsumsi vitamin C yang disarankan oleh Food and Nutrition Board of the National
Academy of Sciences:
·
Bayi
usia 0 – 6 bulan : 40 mg. Usia 7 – 12 bulan : 50 mg.
·
Anak-anak
usia 1 – 3 tahun : 15 mg. Usia 4 – 8 tahun : 25 mg.
·
Laki-laki
usia 9 – 13 tahun : 45 mg. Usia 14 – 18 tahun : 75 mg. Usia 19 – 70 tahun : 90
mg.
·
Perempuan
usia 9 – 13 tahun : 45 mg. Usia 14 – 18 tahun : 65 mg. Usia 19 – 70 tahun : 75
mg.
·
Wanita
hamil dibawah usia 18 tahun : 80 mg. Hamil dengan usia 19 – 50 tahun : 85 mg.
·
Wanita
menyusui dengan usia dibawah 18 tahun : 115 mg. Menyusui dengan usia 19 – 50 tahun
: 120 mg.
Pada pasien yang menderita gangguan absorpsi nutrisi, dokter
akan memberikan vitamin C dalam bentuk suntikan dengan dosis 100 mg sekali
pakai.
Pencegahan Skorbut
Metode pencegahan skorbut paling efektif adalah dengan
menjaga asupan vitamin C sesuai dengan rekomendasi. Beberapa makanan yang kaya
akan vitamin C adalah:
·
Jeruk.
·
Lemon.
·
Stroberi.
·
Jambu
batu.
·
Buah
kiwi.
·
Pepaya.
·
Tomat.
·
Wortel.
·
Brokoli.
·
Kentang.
·
Bayam.
·
Kol.
Vitamin C mudah rusak oleh suhu panas dan lamanya
penyimpanan. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk mengonsumsi buah atau
sayuran sumber vitamin C dalam keadaan yang masih segar agar kandungannya tetap
terjaga.