Sabtu, 21 April 2018

TROMBOFLEBITIS


Pengertian Tromboflebitis

Tromboflebitis adalah inflamasi atau pembengkakan pada vena (pembuluh darah balik). Inflamasi ini disebabkan oleh penggumpalan darah yang terjadi dalam vena.
Umumnya, tromboflebitis terjadi pada vena di kaki. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa kondisi ini bisa menyerang vena pada tangan atau leher.

Jenis dan Komplikasi Tromboflebitis

Tromboflebitis bisa muncul di bawah permukaan kulit maupun di bagian yang lebih dalam. Lokasi kemunculan itulah yang menjadi dasar jenis tromboflebitis.

Tromboflebitis yang terjadi pada vena di bagian yang lebih dalam disebut trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis (DVT). Kondisi ini memiliki risiko komplikasi yang lebih berbahaya karena gumpalan darah bisa pecah dan memasuki aliran darah, sehingga berpotensi memicu penyakit serius yang bahkan dapat mengancam jiwa. Contohnya, bila gumpalan darah sampai di area paru dan menyumbat sirkulasi darah paru maka dapat mengakibatkan kematian. Sejumlah komplikasi lain yang mungkin terjadi juga meliputi:

·         Pembengkakan dan rasa sakit yang parah sehingga bagian tubuh yang terserang tidak bisa digerakkan.

·         Perubahan warna kulit pada area yang diperdarahi vena yang terkena DVT. Pembengkakan kronis akan menekan kulit dari dalam. Lama kelamaan dapat timbul luka borok pada area kulit yang berubah warna.

·         Terbentuknya varises.

Gejala-gejala Tromboflebitis

Kedua tromboflebitis tersebut ditandai dengan gejala umum seperti pembengkakan dan rasa sakit pada bagian yang mengalami inflamasi. Khusus untuk tromboflebitis yang terjadi di bawah permukaan kulit, terdapat beberapa indikasi lain seperti kulit di atas vena yang terserang menjadi merah atau berwarna lebih gelap, teraba hangat, sensitif jika ditekan, serta vena yang tampak seperti tali merah yang mengeras dan nyeri bila ditekan.

Jika mengalami gejala-gejala tersebut, konsultasikan dan periksakan diri Anda ke dokter. Bagi yang mengalami indikasi DVT yang disertai sakit dada saat menarik napas atau napas pendek, diharap untuk segera ke rumah sakit.

Penyebab dan Faktor Risiko Tromboflebitis

Penggumpalan darah merupakan penyebab di balik tromboflebitis. Penggumpalan tersebut bisa dipicu oleh berbagai hal yang meliputi:

·         Usia.

Lansia di atas 60 tahun memiliki risiko tromboflebitis yang lebih tinggi.

·         Kelainan tertentu.

Misalnya gangguan penggumpalan darah. Kelainan ini umumnya merupakan penyakit keturunan.

·         Terlalulama berdiam diri.

Misalnya terus duduk di mobil atau bus dalam perjalanan ke luar kota, serta terlalu lama berbaring karena sakit yang parah.

·         Tangan atau kaki yang lumpuh.

Contohnya karena stroke.

·         Menggunakan alat pacu jantung (pacemaker) atau kateter di dalam pembuluh vena.

Kateter dapat mengiritasi dinding pembuluh dan menurunkan aliran darah.

·         Perubahan hormon.

Misalnya karena menggunakan obat kontrasepsi atau terapi penggantian hormon.

·         Kehamilan.

Ibu hamil biasanya mengalami tromboflebitis selama hamil atau setelah melahirkan.

·         Obesitas.

·         Merokok.

·         Riwayat anggota keluarga yang juga pernah menderita tromboflebitis.

Diagnosis Tromboflebitis

Di samping menanyakan gejala, mengecek kondisi kulit Anda, serta riwayat kesehatan Anda dan keluarga, dokter juga akan menganjurkan serangkaian pemeriksaan yang lebih mendetail.  Secara umum, tes-tes yang disarankan meliputi tes darah, USG, dan CT scan.

Pemeriksaan mendetail tersebut bertujuan untuk memastikan diagnosis sekaligus mengecek apakah Anda mengidap tromboflebitis hanya di bawah permukaan kulit atau pada vena di bagian dalam juga.

Metode Pengobatan Tromboflebitis

Penanganan untuk tromboflebitis memiliki beragam cara. Secara umum, penanganan ini ditentukan berdasarkan jenis serta tingkat keparahan inflamasi vena yang dialami oleh pasien.

Untuk tromboflebitis yang terjadi di bawah permukaan kulit, penanganan bisa dilakukan di rumah dengan langkah-langkah sederhana sebagai berikut:

·         Mengompres bagian yang terserang dengan air hangat.

·         Meletakkan kaki pada posisi yang lebih tinggi saat tidur atau duduk.

·         Menghindari beban atau tekanan pada bagian yang terserang agar tromboflebitis tidak bertambah parah.

·         Menggunakan obat-obatan, misalnya obat pereda sakit (analgesik) atau obat anti-inflamasi non steroid (OAINS). Selain meredakan rasa sakit, OAINS juga dapat mengurangi pembengkakan.

·         Sedangkan DVT membutuhkan metode penanganan yang lebih khusus. Di antaranya adalah:

·         Antikoagulan atau obat pengencer darah untuk mencegah penggumpalan darah lebih lanjut.

·         Obat penghancur gumpalan darah.

Dokter juga bisa menganjurkan pasien untuk mengenakan stocking kompresi sesuai anjuran dokter. Prosedur ini akan mencegah pembengkakan datang kembali sekaligus menurunkan risiko komplikasi. Di samping itu, varises yang menyebabkan rasa sakit atau kekambuhan tromboflebitis bisa diangkat melalui operasi.

Langkah Pencegahan Tromboflebitis

Mencegah tentu saja lebih baik daripada mengobati. Begitu juga pada penyakit seperti tromboflebitis.
Ada sejumlah cara-cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk mencegah tromboflebitis. Contohnya dengan menghindari pakaian ketat, banyak bergerak, serta mengonsumsi minuman non-alkohol agar terhindar dari dehidrasi.

TONGUE-TIE


Pengertian Tongue-tie

Tongue-tie (ankyloglossia) adalah kelainan kogenital di mana lidah tidak leluasa bergerak karena frenulum lidah yang terlalu pendek. Frenulum lidah adalah jaringan tipis di bawah lidah bagian tengah yang menghubungkan lidah dengan dasar mulut. Kondisi ini terjadi pada 4-11% bayi yang baru lahir, dan lebih umum menimpa bayi laki-laki dibanding bayi perempuan.

Gejala Tongue-tie

Bayi dengan tongue-tie umumnya kesulitan menggerakkan lidah ke atas atau dari sisi ke sisi, dan tidak bisa menjulurkan lidah melewati gigi depan. Tanda lain bahwa bayi menderita tongue-tie adalah adanya lekukan pada ujung lidah, sehingga membuat lidah terlihat seperti berbentuk hati.

Bayi dengan kondisi tongue-tie sulit melakukan gerakan mengisap, sehingga berulang kali memasukkan dan mengeluarkan puting payudara. Proses menyusui menjadi lebih lama dan bayi tidak mendapat asupan ASI yang cukup. Akibatnya, bayi akan selalu merasa lapar dan berat badannya sulit naik.

Pada ibu yang bayi atau anaknya mengalami kondisi tongue-tie, umumnya gejala yang dirasakan adalah sakit pada puting payudara saat menyusui dan peradangan pada payudara. Konsultasikan dengan dokter jika gejala tersebut muncul, karena tongue-tie bukan satu-satunya penyebab masalah menyusui.

Penyebab Tongue-tie

Pada kondisi normal, frenulum lidah terpisah sebelum bayi lahir. Sedangkan pada bayi dengan kondisi tongue-tie, frenulum lidah tetap melekat dengan dasar mulut.

Belum jelas apa yang menyebabkan kondisi tersebut, namun diduga berkaitan dengan faktor genetik. Bayi laki-laki diketahui tiga kali lebih berisiko mengalami tongue-tie dibanding bayi perempuan.

Diagnosisi Tongue-tie

Sebelum memeriksa kondisi bayi penderita tongue-tie, dokter akan bertanya pada ibu bayi apakah ada masalah dalam menyusui bayinya. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada bayi untuk melihat bentuk lidah dan pergerakan lidahnya. Pada anak-anak dengan kondisi tongue-tie, dokter akan memintanya untuk menggerakkan lidah dan mengucapkan huruf tertentu seperti R atau L.
Komplikasi Tongue-tie

Tongue-tie dapat berpengaruh pada cara menelan, makan, dan bicara, sehingga dapat menimbulkan komplikasi seperti:

·         Masalah saat menyusu.

Bayi dengan tongue-tie bisa kesulitan dalam menyusu. Alih-alih menghisap, bayi malah mengunyah puting payudara ibunya. Kondisi ini selain menimbulkan nyeri pada payudara ibu, juga membuat bayi sulit mendapat asupan ASI. Akibatnya bayi akan kekurangan nutrisi dan sulit tumbuh.

·         Kesulitan dalam berbicara.

Tongue-tie pada anak-anak bisa menyebabkan kesulitan dalam mengucapkan huruf-huruf tertentu.

·         Kondisi mulut yang tidak higienis.

Tongue-tie juga bisa membuat lidah sulit membersihkan sisa makanan dari gigi. Kondisi ini bisa memicu kerusakan gigi dan pembengkakan pada gusi.

Pengobatan Tongue-tie

Pengobatan tidak diperlukan jika bayi atau anak-anak dengan kondisi tongue-tie bisa makan tanpa ada masalah. Pada sebagian kasus, dokter akan menunggu dan melihat perkembangan kondisi bayi karena frenulum lidah bisa merengang seiring waktu.

Bila diperlukan, tindakan bedah dapat dilakukan. Prosedur bedah seperti frenotomy atau frenuloplasty bisa dilakukan untuk menangani tongue-tie pada bayi hingga orang dewasa. Pada frenotomy, dokter akan memotong bagian frenulum lidah agar bisa bergerak bebas. Prosedur bedah berlangsung cepat dan bisa dilakukan dengan atau tanpa bius. Bayi bisa langsung disusui segera setelah pembedahan selesai dilakukan. Jika frenulum lidah terlalu tebal, dokter akan menjalankan tindakan frenuloplasty. Pada tindakan ini, dokter akan memotong bagian frenulum lidah, dan menutup lukanya dengan jahitan yang akan hilang setelah luka sembuh. Frenuloplasty dilakukan setelah pasien dibius terlebih dahulu.

Jumat, 20 April 2018

TIROIDITIS


Pengertian Tiroiditis

Tiroiditis adalah istilah medis untuk peradangan atau pembengkakan yang terjadi di kelenjar tiroid. Pembengkakan ini dapat menyebabkan kadar hormon tiroid di dalam darah menjadi lebih tinggi atau bahkan lebih rendah dari normal.

Tiroid adalah sebuah kelenjar yang berada di area leher yang berfungsi untuk menghasilkan hormon-hormon penting tubuh, untuk kemudian dilepaskan ke aliran darah. Hormon-hormon ini bekerja untuk mengatur pertumbuhan dan metabolisme dalam tubuh. Selain itu, hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid juga berperan penting dalam mengontrol detak jantung, suhu tubuh, serta membantu mengubah makanan yang masuk ke tubuh menjadi energi.

Ada beberapa jenis tiroiditis, dan mereka dibedakan berdasarkan manifestasi klinis penyebabnya. Beberapa jenis yang paling sering ditemui antara lain tiroiditis Hashimoto, tiroiditis postpartum, tiroiditis silent/painless, tiroiditis yang diinduksi obat, tiroiditis yang diinduksi radiasi, tiroiditis subakut atau de Quervain, dan tiroiditis akut atau infeksi.

Penyebab Tiroiditis

Penyebab tiroiditis berbeda-beda, tergantung dari jenisnya. Berikut adalah beberapa jenis tiroiditis dan penyebabnya:

·         Tiroiditis Hashimoto.

Tiroiditis jenis ini paling sering terjadi, di mana penyebabnya adalah kondisi autoimun. Kondisi autoimun menyebabkan sistem kekebalan tubuh tanpa sengaja menyerang kelenjar tiroid hingga perlahan menjadi bengkak dan akhirnya rusak. Kerusakan ini menyebabkan kelenjar tiroid tidak mampu memproduksi hormon tiroid dalam jumlah yang cukup sehingga kadar hormon tiroid dalam darah menjadi rendah, atau yang disebut dengan hipotiroidisme.

·         Tiroiditis postpartum.

Kondisi ini menyerupai tiroiditis Hashimoto, di mana penyebabnya adalah autoimun. Namun, tiroiditis ini hanya dialami oleh wanita setelah melalui proses persalinan. Pada hampir sebagian besar kasus, kadar hormon tiroid akan kembali normal dalam waktu 12 bulan setelah melahirkan.

·         Tiroiditis silent/painless.

Tiroiditis silent/painless juga disebabkan oleh kondisi autoimun. Pada awalnya, kadar hormon tiroid dalam darah akan meningkat karena kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan. Setelah itu, kelenjar tiroid akan mengalami suatu fase kelelahan, di mana akhirnya kadar tiroid akan turun di bawah normal. Tiroiditis silent ini biasanya akan sembuh sendiri dalam 12 hingga 18 bulan.

·         Tiroiditis yang diinduksi obat.

Beberapa obat dapat menjadi pemicu tiroiditis, adalah jenis agen obat kanker, lithium, amiodarone, dan interferon. Obat-obat ini dapat membuat kelenjar tiroid menjadi sangat aktif atau sebaliknya, tidak berfungsi dengan baik. Gejala biasanya akan hilang saat pemberian obat dihentikan.

·         Tiroiditis yang diinduksi radiasi.

Pengobatan radioterapi atau radioaktif yodium yang biasanya digunakan untuk mengobati kanker juga dapat merusak kelenjar tiroid dan memengaruhi jumlah hormon tiroid yang dihasilkan.

·         Tiroiditis subakut atau de Quervain.

Pembengkakan kelenjar tiroid yang dipicu oleh infeksi virus, seperti flu atau penyakit gondok. Kondisi ini umumnya dialami oleh perempuan berusia 20-50 tahun.

·         Tiroiditis akut atau infeksi.

Kondisi ini dipicu oleh infeksi bakteri dan tergolong kondisi yang jarang ditemui dan biasanya menyerang anak-anak.

Gejala Tiroiditis

Selain ditandai dengan adanya pembengkakan pada tiroid, gejala tiroiditis akan bergantung dari jenis kerusakan yang terjadi. Apabila kerusakan menyebabkan kerja kelenjar tiroid menjadi meningkat (hipertiroidisme), gejala yang akan muncul antara lain:

·         Selalu merasa lelah.

·         Lemah otot.

·         Sering merasa haus.

·         Frekuensi buang air kecil meningkat.

·         Gatal-gatal.

·         Sulit untuk tetap diam.

·         Perubahan suasana hati.

·         Gugup, cemas, dan mudah marah.

·         Sulit tidur.

·         Diare.

·         Sensitif terhadap panas.

·         Kehilangan gairah seksual.

Sebaliknya, apabila aktivitas kelenjar tiroid menurun (hipotiroidisme), gejala yang dihasilkan antara lain:

·         Nyeri dan lemah otot.

·         Memiliki periode menstruasi yang tidak tentu atau atau jumlah perdarahan yang berlebihan saat menstruasi.

·         Kram otot.

·         Kulit kering dan bersisik.

·         Rambut dan kuku yang rapuh.

·         Menurunnya pergerakan dan cara berpikir.

·         Sensitif terhadap dingin.

·         Naiknya berat badan.

·         Konstipasi.

·         Depresi.

·         Kehilangan gairah seksual.

·         Rasa sakit atau mati rasa di jari dan tangan.

Gejala-gejala hipertiroidisme akan tampak pada jenis tiroiditis yang diinduksi obat, tiroiditis yang diinduksi radiasi, serta tiroiditis akut atau infeksi. Namun, tiga jenis ini juga bisa menunjukkan gejala hipotiroiditis, tergantung dari respon masing-masing orang. Selain itu, gejala hipotiroiditis juga akan muncul pada tiroiditis Hashimoto.

Pada beberapa kondisi seperti tiroiditis subakut/de Quervain, tiroiditis postpartum, serta tiroiditis silent, pasien akan mengalami gejala hipertiroidisme pada fase-fase awal terjangkit penyakit, kemudian diikuti oleh gejala hipotiroidisme setelahnya.

Diagnosis Tiroiditis

Saat mendiagnosa tiroiditis, dokter biasanya akan memulai dengan menanyakan riwayat penyakit dan gejala yang dialami penderita. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dan akan menemukan adanya pembengkakan di daerah tiroid.

Dokter mungkin akan melakukan tes fungsi tiroid untuk menentukan jenis tiroiditis yang dimiliki. Tes ini berguna untuk melihat fungsi dan jumlah hormon tiroid di dalam darah. Tes fungsi tiroid ini juga akan menunjukkan jumlah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari dan jumlah antibodi yang ada.

Selain itu, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan lain untuk membantu penegakan diagnosis, antara lain:

·         Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada otak jika dicurigai bahwa tiroiditis disebabkan oleh gangguan pada pituitari atau hipotalamus.

·         Ultrasonografi untuk memeriksa apakah kelenjar yang besar menekan esofagus atau trakea, atau area lainnya.

·         Tes radioaktif yodium untuk mengukur kemampuan tiroid menyerap yodium, mineral penghasil hormon tiroid.

Pengobatan Tiroiditis

Beberapa jenis tiroiditis tidak bisa disembuhkan, seperti tiroiditis Hashimoto, dan beberapa lainnya dapat berkurang atau membaik dengan bantuan hormon pengganti.

Dengan demikian pengobatan tiroiditis bergantung pada jenis dan gejala yang dialami.

·         Tiroiditis Hashimoto.

Pengobatan menggunakan hormon tiroid pengganti akan diberikan untuk mengurangi gejala yang dirasakan, misalnya dengan obat yang mengandung levothyroxine dan dikonsumsi seumur hidup. Prosedur operasi hanya diperlukan jika benjolan yang tumbuh di tenggorokan menjadi sangat mengganggu atau diduga sebagai sel kanker.

·         Tiroiditis postpartum.

Penderita jenis ini mungkin harus menjalankan pengobatan dengan hormon tiroid pengganti hingga kondisinya membaik atau bahkan untuk waktu yang lebih lama apabila kadar tiroid tetap rendah.

·         Tiroiditis diam atau tanpa rasa sakit.

Gejala dapat dikurangi dengan hormon tiroid pengganti hingga kondisi membaik atau seumur hidup jika tingkat tiroid yang rendah sifatnya permanen.

·         Tiroiditis yang terinduksi obat.

Gejala dapat dikurangi dengan menghentikan obat-obatan yang menjadi pemicu tiroiditis atau obat lain menurut rekomendasi dokter. Obat lain yang mungkin diberikan adalah obat antinyeri golongan OAINS dan obat kortisteroid jika memang diperlukan.

·         Tiroiditis yang terinduksi radiasi.

Gejala dapat dikurangi dengan hormon tiroid pengganti yang mungkin harus dikonsumsi seumur hidup.

·         Tiroiditis subakut atau de Quervain.

Gejala yang dirasakan bisa dikurangi dengan obat golongan beta blocker, obat pereda rasa sakit, dan OAINS seperti ibuprofen (obat antiinflamasi nonsteroid), serta obat yang mengandung kortikosteroid jika memang diperlukan. Pengobatan menggunakan hormon tiroid pengganti jangka panjang mungkin diperlukan jika kondisi ini berulang atau hormon tiroid berada dalam batas yang rendah.

·         Tiroiditis akut atau infeksi.

Gejala dapat dikurangi dengan pemberian antibiotik untuk mengobati infeksi dan OAINS. Prosedur operasi biasanya diperlukan oleh penderita anak untuk mengangkat bagian dari kelenjar tiroid yang tidak normal.

Penderita tiroiditis mungkin harus menjalani diet makanan khusus agar kondisinya tidak memburuk. Diskusikan dengan dokter mengenai makanan apa saja yang sebaiknya dikonsumsi atau malah perlu dihindari.