Senin, 26 September 2016

ANALISA GAS DARAH





Definisi


Analisa gas darah (AGD) dapat digunakan untuk mengukur pH dan kadar oksigen dan karbondioksida pada darah dari arteri. Tes ini dapat melihat kemampuan paru-paru untuk mengirim oksigen ke dalam darah dan mengeluarkan karbondioksida dari darah. Pada tes ini, darah diambil dari pembuluh nadi atau arteri. Beberapa tes darah lainnya menggunakan sampel darah dari pembuluh vena, setelah darah melewati jaringan-jaringan di mana oksigen dipakai dan karbondioksida diproduksi.


Mendiagnose atau mengobati kegagalan pernafasan tanpa pemeriksaan analisa gas darah sama halnya seperti mengobati koma diabetikum tanpa penetapan kadar gula darah.(7).

Tanpa pemeriksaan analisa gas darah(AGD) tidak seorangpun anestesiologist secara akurat bisa menetapkan derajat kegagalan pernafasan.

Kebiasaan dalam tindakan anestesi rutin untuk menetapkan adekuatnya fungsi pernafasan selama atau sesudah operasi hanya didasarkan pada kembang kempisnya reservoir bag atau dada pasien, warna kulit, mukosa dan darah dilapangan operasi.

Padahal tanda-tanda tersebut bukanlah tanda-tanda dini terjadinya hipoksemia sebab cyanosis baru terlihat bila tekanan partiel O2 dalam arteri(PaO2) menurun sampai 50 torr. Apalagi kalau Hb <5 g%  cyanosis tidak akan terlihat walaupun hipoksemia cukup berat. Pada konstrikasi pembuluh darah perifer kelihatan seperti cyanosis padahal tanpa hipoksemia. Dalam keraguan apakah cyanosis karena hipoksemia atau bukan langkah pertama perlakukan sebagai hipoksemia sampai dapat dibuktinan bukan hipoksemia.

Kadar oksigen dan tingkat pernapasan dapat mengindikasi seberapa tingkat oksidasi darah, namun analisis gas pada darah dapat memberikan pengukuran yang lebih tepat.

Keseimbangan pH pada darah dan kadar oksigen dan karbondioksida dapat mengindikasikan bagaimana paru-paru dan ginjal Anda berfungsi. Identifikasi ketidakseimbangan pada pH dan gas darah dapat memberikan peringatan awal bagaimana tubuh Anda mengatasi penyakit.

Dokter akan melakukan analisa gas darah jika dokter menduga Anda mengalami kondisi-kondisi seperti:


·         penyakit paru-paru.
·         penyakit ginjal.
·         penyakit metabolism.
·         cedera pada kepala dan leher yang mempengaruhi pernapasan.


 Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan AGD 


Sebuah analisis ABG mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang memberikan oksigen ke darah . Tes ini juga menunjukkan seberapa baik paru-paru dan ginjal yang berinteraksi untuk menjaga pH darah normal (keseimbangan asam-basa). Peneliatian ini biasanya dilakukan untuk menilai penyakit khususnya pernapasan dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi paru-paru, dan sebagai pengelolaan pasien untuk terapi oksigen (terapi pernapasan). Selain itu, komponen asam-basa dari uji tes dapat memberikan informasi tentang fungsi ginjal. 

Adapun tujuan  lain dari dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah,yaitu :

1.      Menilai fungsi respirasi (ventilasi).
2.      Menilai kapasitas oksigenasi.
3.      Menilai Keseimbangan asam-basa.
4.      Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel.
5.      Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
6.      Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh.
7.      Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik yang lain.

Disamping itu Analisis gas darah digunakan untuk diagnosa dan pengelolaan :

1.      Penyakit pernafasan.
2.      Pemberian oksigen.
3.      Kadar oksigenasi dalam darah.
4.      Kadar CO2.
5.      Keseimbangan asam-basa.
6.      Ventilasi.

AGD tidak perlu dilakukan apabila:

1.      Hasil tidak akan memberikan pengaruh pada tindakan medis selanjutnya.
2.      Mengikuti prosedur pemeriksaan yang ada, bukan karena adanya indikasi.
3.      Masih terdapat cara lain yang lebih mudah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
4.      omplikasi yang timbul >>daripada hasil AGD yang diharapkan.

Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD :

1.      Gelembung udara.
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
 

2.      Antikoagulan.

Antioagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2. Sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2  terhadap pH dihambat oleh kesamaan heparin.

3.       Metabolisme.

Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.

4.      Suhu

Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.


5.      Nilai.

      Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah.


Indikasi Analisa Gas Darah


Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :

·         Pasien dengan penyakit  obstruksi paru kronik.

penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun reversible parsial.

Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.

·         Pasien dengan edema pulmo.

pasien edma terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes keluar pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Ada kalanya ini dapat dirujuk sebagai "air dalam paru-paru" ketika mengambarkan kondisi ini pada pasien-pasien.

Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulnonary edema atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.

·         Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS).

ARDS terjadi sebagai akibat cidera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahan dalam jaring-jaring kapiler, terdapat ketidak seimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan, yang mengarah pada kolaps slveolar. komplians paru menjadi sangat menurun atau paru-paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksial berat dan hipokapnia (Bruner & Suddart 616).

·         Infark miokard.

Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso, 2005).

·         Pneumonia.

Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem  dimana alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.

·         Pasien syok.

Syok merupakan suatu klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak kuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang kuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan pembuluh darah. jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. pada syok juga terjadi hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolisme sel sehinga seringkali menyebabkan kematian pada pasien.

·         Post pembedahan coronary arteri baypass.

Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh karena penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).

·         Resusitasi cardiac arrest.

Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan.Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah.




Komponen yang diperiksa




Sebelum menjalani analisa gas darah nformasikan dokter apabila Anda:

·         pernah memiliki masalah perdarahan atau mengonsumsi pengencer darah seperti aspirin atau warfarin (Coumadin).
·         sedang mengonsumsi obat-obatan.
·         slergi terhadap obat, seperti anestesi.

Tes ini memerlukan sampel darah sebanyak 2 ml. Darah dapat diambil dari pembuluh nadi di pergelangan tangan, lengan, atau pangkal paha. Penyedia medis Anda akan mengaplikasikan alkohol atau antiseptik pada kulit, kemudian mengambil darah dengan jarum suntik. Sampel darah akan dianalisis menggunakan mesin portabel atau pada laboratorium. Untuk mendapatkan hasil terbaik, tes harus segera dianalisis dalam 10 menit setelah pengambilan darah.

Walaupun jarang terjadi masalah, berhati-hatilah dengan lengan atau paha yang telah diambil darah. Hindari mengangkat barang selama 24 jam setelah pengambilan darah dari arteri. Biasanya, hasil tes segera diketahui.



Lokasi Pengambilan Darah Arteri


a.       Arteri Radialis dan Arteri Ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test).

Test Allen’s merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan, hal ini dilakukan dengan cara yaitu: pasien diminta untuk mengepalkan tangannya, kemudian berikan tekanan pada arteri radialis dan arteri ulnaris selama beberapa menit, setelah itu minta pasien unutk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warnamerah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negative, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.

b.      Arteri Dorsalis pedis

merupakan arteri pilihan ketiga jika arteri radialis dan ulnaris tidak bisa digunakan.

c.       Arteri Brakialis

Merupakan arteri pilihan keempat karena lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi pembuluh darah. Selain itu arteri femoralis terletak sangat dalam dan merupakan salah satu pembuluh utama yang memperdarahi ekstremitas  bawah.

d.      Arteri Femoralis

merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara darah vena dan arteri.

Selain itu arteri femoralis terletak sangat dalam dan merupakan salah satu pembuluh utama yang memperdarahi ekstremitas  bawah..

Arteri Femoralis atau Brakialis sebaiknya jangan digunakan jika masih ada alternative lain karena tidak memiliki sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau thrombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya resiko emboli ke otak.

Penjelasan dari Hasil Tes



Skor normal yang ada pada daftar ini (disebut referensi kisaran hanya berfungsi sebagai panduan. Kisaran ini bervariasi dari satu laboratorium dengan laboratorium lainnya, dan laboratorium mungkin memiliki skor normal yang berbeda. Laporan laboratorium  biasanya akan memuat berapa kisaran yang mereka gunakan. Dokter juga akan memeriksa hasil tes  berdasarkan kondisi kesehatan  dan faktor lainnya. Hal ini berarti jika hasil tes  masuk kisaran abnormal dalam panduan ini, bisa saja di laboratorium  atau untuk kondisi  skor tersebut termasuk ke kisaran normal.

Analisa gas darah (pada level permukaan laut dan udara pernapasan ruang)

·         Partial pressure of oxygen (PaO2)                    : Lebih dari 80 mm Hg (lebih dari 10.6 kPa).
·         Partial pressure of carbon dioxide (PaCO2)     : 35–45 mm Hg (4.6–5.9 kPa).
·         pH                                                                     : 7.35-7.45.                                         
·         Bicarbonate (HCO3)                                         : 22–26 mEg/L (22-26 mmol/L).
·         Oxygen content (O2CT)                                   : 15-22 mL per 100 Ml darah (6.6-9.7 mmo/L0
·         Oxygen saturation (O2Sat)                               : 95%-100% (0.95-1.00).



Konsentrasi oksigen yang dihirup atau fraction of inhaled oxygen (F1O2) juga dicantum pada hasil laporan. Hal ini berguna jika sedang dalam terapi oksigen dari tangki atau ventilator.'

beberapa kondisi dapat mempengaruhi kadar gas darah. dokter akan memberi konsultasi padatentang hasil abnormal terkait dengan gejala yang dialami .




Pencegahan dan peringatan


Hasil analisa gas darah (AGD) saja tidak memberikan cukup informasi untuk mendiagnosis penyakit. Sebagai contoh, AGD tidak dapat menentukan apakah kadar yang rendah disebabkan oleh paru-paru atau jantung. Hasil analisa gas darah digunakan bersamaan dengan hasil pemeriksaan dan tes lainnya.
Tes AGD pada umumnya dilakukan pada pasien yang menderita cedera atau penyakit parah. Tes ini dapat mengukur seberapa baik paru-paru dan ginjal bekerja dan seberapa baik tubuh menggunakan tenaga.

Tes AGD paling efektif digunakan pada saat laju pernapasan meningkat atau menurun atau saat pasien memiliki kadar gula darah (glukosa) yang tinggi, infeksi parah atau gagal jantung.

Jika beberapa sampel darah diperlukan, tabung tipis (arterial catheter) dapat ditempatkan pada arteri. Darah dapat diambil pada saat dibutuhkan.







DAFTAR PUSTAKA
 

·        Surahman, Pengaruh Cardiopulmonar Bypass Terhadap Jumlah Leukosit Pada Operasi Coronary Artery Bypass Graft, Jurnal Kedokteran, Mei 2010, Universita Diponegoro.
·        Joyce LeFever Kee. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, Edisi 6. Jakarta :  EGC.
·        Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM. 1995. Tuntunan Praktikum Hematologi, Bagian Patologi Klinik FK-UGM. Yogyakarta : FK-UGM.
·        R. Gandasoebrata. 1992. Penuntun Laboratorium Klinik. Bandung :  Dian Rakyat.
·        Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperaawatan Medikal Bedah (terjemahan).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
·        Djojodibroto, D.2009.Respirologi (Respiratory Medicine).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
·        Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa.2008.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.