Senin, 26 September 2016

ANEMIA APLASTIK





Definisi Anemia Aplastik


Anemia aplastik adalah kelainan darah yang serius. Pada anemia aplastik, sumsum tulang belakang tidak memproduksi sel darah. Sumsum tulang belakang adalah jaringan lunak di dalam tulang, di mana sel darah Anda dibentuk. Sel darah yang dibuat yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan platelet. Saat Anda menderita anemia aplastik, sumsum tulang belakang Anda tidak dapat membuat sel darah, yang menyebabkan risiko tinggi terkena infeksi, perdarahan yang tidak terkontrol, dan masalah jantung yang serius.

Anemia aplastik membuat penderita nya merasa lelah dan beresiko tinggi terhadap infeksi dan perdarahan yang tidak terkontrol.

Istilah-istilah lain dari anemia aplastik yang sering digunakan antara lain anemia hipoplastik, anemia refrakter, hipositemia progresif, anemia aregeneratif, aleukia hemoragika, panmielofisis dan anemia paralitik toksik.

Kasus anemia aplastik ini sangat rendah pertahunnya. Kira-kira 2 – 5 kasus/juta penduduk/tahun. Dan umumnya penyakit ini bisa diderita semua umur. Meski termasuk jarang, tetapi penyakit ini tergolong penyakit yang berpotensi mengancam jiwa dan biasanya dapat menyebabkan kematian.

Pada pria penyakit anemia aplastik ini lebih berat dibanding wanita walaupun sebenarnya perbandingan jumlah antara pria dan wanita hampir sama. Siapa saja berpeluang mendapat anemia aplastik ini.

Konsep mengenai anemia aplastik pertama kali diperkenalkan pada tahun 1998 oleh Paul Ehrlich. Ia melaporkan seorang wanita muda yang pucat  dan panas dengan ulserasi gusi, menorrhagia, anemia berat dan leukopenia. Sewaktu dilakukan autopsy ditemukan tidak ada sumsum tulang yang aktif, dan Ehrlich kemudian menghubungkan dengan adanya penekanan pada fungsi sumsum tulang. Pada tahun 1904, Chauffard memperkenalkan istilah anemia aplastik.

Hampir semua kasus anemia aplastik berkembang ke kematian bila tidak dilakukan pengobatan. Angka kelangsungan hidup tergantung seberapa berat penyakit saat didiagnosis, dan bagaimana respon tubuh terhadap pengobatan.3 Semakin berat hipoplasia yang terjadi maka prognosis akan semakin jelek. Dengan transplantasi tulang kelangsungan hidup 15 tahun dapat mencapai 69% sedangkan dengan pengobatan imunosupresif mencapai 38%.


Anemia aplastik jarang terjadi namun merupakan kelainan darah yang serius yang dapat terjadi pada semua usia. Penyakit ini paling sering muncul pada masa kanak-kanak atau pada usia 20-25 tahun. Penyakit ini dapat terjadi tiba-tiba atau perlahan-lahan. Jika Anda mengalami gejala dan tandanya, sangatlah penting untuk mendapatkan terapi medis yang tepat.


Tanda-tanda dan gejala

Beberapa gejala dan tanda anemia aplastik yaitu:

·         Kelemahan.
·         Nyeri dada.
·         Pusing.
·         Kulit pucat.
·         Sesak.
·         Memar yang tidak diketahui penyebabnya.
·         Mimisan atau gusi berdarah.
·         Perdarahan yang berkepanjangan.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Anda harus menghubungi dokter bila Anda mengalami gejala-gejala berikut ini:

·         Mengalami gejala yang menetap dan memburuk.
·         Nyeri dada.
·         Sesak.
·         Lemas.

Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda.


Penyebab


Penyebab utama anemia aplastik yaitu kerusakan sumsum tulang belakang. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang belakang baik sementara ataupun permanen. Faktor tersebut yaitu:

·         Radiasi dan kemoterapi: Terapi ini membantu membunuh sel kanker namun terapi ini juga dapat membunuh sel-sel sehat, termasuk sumsum tulang belakang. Anemia aplastik merupakan efek samping yang biasa terjadi sementara dan dapat sembuh kembali setelah terapi.
·         Paparan terhadap bahan kimia toksik: Bahan kimia toksik misalnya benzene (kandungan yang biasa terdapat pada bensin) dan pembunuh serangga (DDT).
·         Induksi obat : Terdapat beberapa obat artritis reumatoid dan antibiotik yang dapat menyebabkan anemia aplastik. Diskusikan dengan dokter dan apoteker untuk informasi lebih lanjut.
·         Infeksi virus: Ada beberapa infeksi virus yang dapat mempengaruhi sumsum tulang belakang. Infeksi tersebut antara lain hepatitis, HIV, Epstein-Barr dan cytomegalovirus.


Faktor-faktor resiko


Ada banyak faktor risiko untuk anemia aplastik, yaitu:

·         Paparan terhadap radiasi atau bahan kimia dosis tinggi, termasuk terapi kanker.
·         Pemakaian berlebih kloramfenikol dan senyawa emas untuk mengobati infeksi bakteri dan artritis rheumatoid.
·         Kelainan darah, penyakit autoimun, dan infeksi berat.
·         Pada kasus yang jarang, kehamilan dapat menyebabkan anemia aplastik akibat masalah autoimun.


Pengobatan


Terapi untuk anemia aplastik bertujuan untuk mengurangi gejala, mencegah komplikasi, serta meningkatkan kualitas hidup. Pilihan terapinya dapat berupa:

·         Transfusi darah: Terapi ini akan membantu mempertahankan jumlah sel darah dalam rentang yang normal. Transfusi darah biasanya diberikan secara intravena (IV), yaitu melalui selang infus yang dimasukkan ke dalam vena dengan pencocokan darah pendonor dan resipien yang ketat.
·         Transplantasi sumsum tulang belakang: Transplantasi sumsum tulang dan darah menggantikan sel induk yang rusak dengan sel sehat dari pendonor. Terapi ini merupakan terapi terbaik untuk anak kecil dan dewasa muda dengan anemia aplastik berat dan yang sehat. Terapi ini sangat berpotensi menyembuhkan anemia aplastik.
·         Terapi obat: Dokter Anda dapat meresepkan obat-obatan yang merangsang sumsum tulang belakang Anda, menekan sistem imun Anda, dan atau mencegah serta mengobati infeksi.

Dokter dapat membuat diagnosis yang tepat dengan melakukan pemeriksaan berikut:
 
·         Pengecekan riwayat medis dan pemeriksaan fisik.
·         Pemeriksaan darah termasuk pemeriksaan darah lengkap.
·         Biopsi sumsum tulang belakang, yang biasanya dilakukan oleh dokter spesialis darah.

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi anemia aplastik:

·         Minumlah obat yang telah diresepkan dokter.
·         Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin sesuai dengan anjuran dokter Anda.
·         Istirahat yang cukup.
·         Hindari infeksi dengan mencuci tangan Anda sesering mungkin dan olah makanan Anda dengan baik.
·         Hindari olahraga kontak fisik untuk menghindari memar serta perdarahan di dalam.





DAFTAR PUSTAKA

 
·         Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”. Penerbitan IPD FKUI Pusat. Jakarta. 2007: 627 – 633.
·         Bakta, I Made, Prof. Dr. “Hematologi Klinik Ringkas”. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006: 98 – 110.
·         Widjanarko A. Anemia aplastik In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, et al (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006;637-43.
·         Aghe NS. Aplastic anemia, myelodysplasia, and related bone marrow failure syndromes. In: Kasper DL, Fauci AS, et al (eds). Harrison’s Principle of Internal Medicine. 16th ed. New York: McGraw Hill, 2009:617-25.
·         Bakta IM. Buku Panduan Hematologi Ringkas. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI,2006.
·         Dorland WA. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC; 2002.
·         Shadduck RK. Aplastic anemia. In: Lichtman MA, Beutler E, et al (eds). William Hematology 7th ed. New York : McGraw Hill Medical; 2007.
·         Sudarmanto, et al. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
·         Hoffbrand, AV. Kapita selekta hematologi Edisi 4. Jakarta: EGC; 2005.
·         Niazi M, Rafiq F. The Incidence of Underlying Pathology in Pancytopenia-an experience of 89 cases. JPMI; 18: 76-79.
·         Salonder H, Anemia Aplasik dalam Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FKUI, Jakarta,1994 : 396 – 403.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar