Rabu, 28 Juni 2017

TRAKHOMA



Pengertian Trakhoma

Trakhoma adalah salah satu infeksi bakteri pada mata. Penyakit ini adalah penyakit menular dan merupakan penyebab kebutaan tertinggi di dunia dengan kasus terbanyak ada di Afrika. Trakhoma aktif biasanya lebih umum menyerang anak-anak usia 3-5 tahun. Sementara pada usia orang dewasa, perempuan dewasa memiliki risiko lebih besar akibat frekuensi kedekatan yang lebih sering dibandingkan pria, misalnya pengasuh anak.

Trakhoma biasanya menyerang mata dan kelopak mata terlebih dulu dengan gejala awal berupa iritasi dan gatal ringan. Trakhoma ditularkan melalui kontak dengan penderita dengan memegang benda yang terpapar bakteri, misalnya menyentuh saputangan bekas menutupi batuk. Penularan juga bisa berasal dari cairan tenggorokan yang keluar. Jika tidak segera diobati, trakhoma dapat menyebabkan komplikasi serius hingga kebutaan.

Penyebab Trakhoma

Trakhoma adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri ini juga bisa menyebabkan penyakit menular seksual Chlamydia (klamidia) dan ditularkan dari seseorang yang telah terinfeksi bakteri ini. Trakhoma dapat menular ketika orang yang terinfeksi menyentuh mata atau hidung mereka lalu menyentuh orang lain. Penularan trakhoma juga mungkin terjadi melalui perantara benda, serangga, atau lalat yang hinggap di mata. Lalat dapat membawa cairan yang mengandung bakteri dari mata maupun hidung ke orang lain. Benda-benda seperti handuk dan pakaian juga bisa menjadi media penularan trakhoma.

Bakteri penyebab trakhoma menyebabkan peradangan pada lapisan dalam dari kelopak mata dan menyebabkan infeksi. Infeksi yang terus berulang kemudian menyebabkan kelopak mata menjadi terlipat ke dalam. Pertumbuhan bulu mata menjadi ikut tumbuh ke dalam sehingga mengenai mata. Infeksi yang parah dan berulang dapat  menimbulkan jaringan parut pada kornea mata. Mata kemudian akan mengeluarkan lendir atau nanah yang mengandung bakteri yang bisa terbawa atau tertular kepada orang lain.

Beberapa faktor lain juga berperan dalam penularan trakhoma, yaitu: 

·         Populasi yang hidup dalam kemiskinan dan tempat tinggal yang terlalu padat atau berhimpitan, terutama di negara-negara miskin.

·         Sanitasi yang buruk berdampak pada rendahnya tingkat kesehatan individu atau pribadi manusia, misalnya tangan dan wajah yang tidak bersih turut mempermudah penyebaran penyakit ini.

·         Jumlah toilet yang minim atau tidak sesuai standar sanitasi yang layak akan meningkatkan risiko tertular

·         Populasi lalat yang tidak terkendali pada suatu daerah akan membuat area tersebut rawan terhadap berbagai infeksi, termasuk trakhoma.

·         Penyebaran trakhoma akan lebih tinggi jika area terkait memiliki populasi anak-anak yang tinggi juga, khususnya berusia 4-6 tahun.

·         Perempuan memiliki risiko mengidap trakhoma lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya kegiatan yang berhubungan dengan mengasuh atau berinteraksi dengan anak-anak.

Gejala Trakhoma

Selain iritasi dan gatal-gatal ringan di mata dan kelopak mata, trakhoma juga memiliki gejala lain, yaitu:

·         Sakit mata.

·         Pembengkakan mata.

·         Sensitif terhadap cahaya.

·         Keluarnya cairan berupa lendir atau nanah dari mata.

·         Meningkatnya detak jantung.

·         Disusul dengan komplikasi pada telinga, hidung, dan tenggorokan.

Gejala trakhoma membutuhkan proses yang lama sebelum akhirnya berkembang menjadi penyakit. Bakteri penyebab trakhoma memiliki periode inkubasi selama 5-12 hari sebelum seseorang mengalami gejala awal berupa iritasi atau peradangan pada lapisan terluar mata dan kelopak (konjungtivitis). 

Gejala yang lebih menyakitkan umumnya juga muncul ketika anak telah tumbuh dewasa. Selain itu, gejala trakhoma juga dapat memengaruhi jaringan kelenjar pelumas di kelopak dan kelenjar penghasil air mata (kelenjar lakrimal) yang menyebabkan mata mengalami kekeringan yang berakibat pada semakin parahnya kondisi trakhoma tadi.

Terdapat 5 tahapan perkembangan penyakit trakhoma menurut penjabaran organisasi kesehatan dunia (WHO), yaitu: 

·         Peradangan pada jaringan folikel yang mengandung limfosit, salah satu jenis sel darah putih. Folikel ini dapat dilihat di permukaan bagian dalam kelopak mata atas.

·         Peradangan (infeksi) menjadi makin parah dan menyebabkan iritasi serta penebalan atau pembengkakan pada kelopak mata atas.

·         Jaringan parut di bagian dalam kelopak mata yang muncul akan terlihat seperti garis putih tebal, jika dilihat dengan kaca pembesar. Tahap ini menyebabkan kelopak mata terlipat ke dalam atau disebut entropion.

·         Pertumbuhan bulu mata menjadi ikut terpengaruh hingga tumbuh ke dalam (trikiasis) dan menggesek kornea mata sebagai permukaan mata terluar.

·         Kornea yang terus-menerus tergesek akibat peradangan kelopak mata dan bulu mata yang tumbuh ke dalam kemudian akan menyebabkan menurunnya kualitas penglihatan, yaitu menjadi samar (corneal clouding).

Segera temui dokter jika Anda mengalami gejala-gejala di atas atau baru kembali dari bepergian ke daerah yang rawan penularan trakhoma. Selain memperbesar kemungkinan penyembuhan dan menghindari kebutaan, mengobati trakhoma lebih dini juga akan meminimalkan penularan penyakit ini kepada orang lain.

Diagnosis Trakhoma

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan kunjungan ke dokter terkait dengan gejala yang dialami adalah tetap berada di rumah untuk sementara waktu untuk mengurangi risiko penularan penyakit. Hindari juga beberapa hal berikut:

·         Selalu pastikan kebersihan badan.

·         Jangan menyentuh mata dengan tangan yang belum dicuci.

·         Berbagi handuk, saputangan, atau baju dengan orang lain. Disarankan untuk mencuci pakaian tiap hari dan jangan dipinjamkan kepada orang lain.

·         Jangan menggunakan lensa kontak dan kosmetik yang berhubungan dengan mata seperti: maskara.

·         Jika penderita masih berusia anak-anak, cegah anak berdekatan dengan anak lainnya agar tidak terjadi.

Penderita biasanya akan langsung dirujuk kepada dokter spesialis mata yang akan melakukan pemeriksaan pada kelopak mata atau mengambil sampel bakteri dari mata untuk uji laboratorium.

Pengobatan Trakhoma

Trakhoma dapat diobati dengan pemberian antibiotik dan memiliki tingkat penyembuhan yang bagus jika dideteksi lebih awal. Pengobatan dapat berbeda jika ternyata pasien telah berada pada tahapan perkembangan trakhoma yang lebih serius. Beberapa jenis pengobatan trakhoma, yaitu:

·         Pemberian obat-obatan.

Biasanya dilakukan pada tahap awal perkembangan trakhoma menggunakan antibiotik. Obat minum azithromycin atau salep mata tetracycline adalah beberapa contoh antibiotik yang akan diberikan oleh dokter.

·         Prosedur bedah mata.

Langkah yang mungkin dilakukan jika trakhoma telah berada pada tahap yang lebih parah, seperti:

a.       Pemasangan perban berpelekat di atas bulumata.

Tujuannya agar tidak menyentuh mata. Prosedur ini bersifat sementara atau jika tidak tersedia prosedur pengangkatan bulu mata di lokasi pasien berobat.

b.      Pengangkatan bulu mata.

Prosedur ini dapat dilakukan berulang kali untuk mencegah bulu mata tumbuh ke dalam dan melukai kornea mata.

c.       Prosedur pemutaran kelopak mata.

Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan pada kelopak yang luka dan menjauhkan bulu mata dari kornea mata. Prosedur ini juga dapat membantu mencegah kerusakan kornea lebih jauh.

d.      Transplantasi kornea.

Prosedur ini dilakukan jika trakhoma telah menyebabkan gangguan penglihatan yang serius akibat adanya jaringan parut pada kornea mata. Meski demikian, transplantasi kornea mata akibat trakhoma seringnya tidak mampu memperbaiki penglihatan atau tidak memiliki hasil yang bagus.

Infeksi trakhoma sangat menular dan dapat terjadi berulang kali hingga tindakan pengobatan biasanya dilakukan dalam skala yang lebih besar dan luas untuk menghentikan penyebaran pada daerah dengan kasus trakhoma yang banyak.

WHO menyarankan kepada suatu daerah dengan kasus trakhoma anak yang mencapai di atas 10 persen dari keseluruhan populasi untuk mendapatkan pengobatan trakhoma bagi seluruh anggota populasi tersebut. 

Komplikasi Trakhoma

Infeksi trakhoma yang tidak segera diobati atau trakhoma yang berulang dapat menyebabkan komplikasi yang serius. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi, yaitu:

·         Jaringan parut pada permukaan bagian dalam kelopak mata.

·         Perubahan bentuk pada kelopak mata. Kelopak mata dapat melipat ke arah dalam (entropion), atau bulu mata yang tumbuh ke dalam (trichiasis).

·         Jaringan parut pada kornea mata.

·         Berkurangnya penglihatan sebagian atau hilang sepenuhnya.

Pencegahan Trakhoma

Trakhoma patut ditangani untuk mencegah penularan atau terulangnya infeksi. Ada baiknya anggota keluarga yang tinggal bersama penderita juga melakukan pemeriksaan mata, dan bila perlu pengobatan, untuk memastikan trakhoma tidak membahayakan orang lain di sekitarnya.

Mulailah melakukan tindakan-tindakan yang berujung kepada terciptanya lingkungan hidup yang bersih dan sehat bagi diri sendiri maupun orang lain di sekitar Anda. Dengan demikian Anda akan turut mencegah perkembangan dan penularan penyakit. Beberapa tindakan yang bisa dilakukan, antara lain: 

·         Mencuci tangan dan wajah. Membiasakan cuci muka dan tangan dapat menyingkirkan cairan bakteri dari mata dan mengurangi risiko penularan infeksi. Inilah sebabnya sumber air bersih juga diperlukan di area yang padat populasi.

·         Mengurangi populasi lalat akan turut mengurangi risiko penyebaran penyakit. Mengelola pembuangan sampah atau kotoran manusia maupun hewan adalah salah satu cara mengurangi perkembangbiakan lalat.

·         Menambah dan menjaga sumber air bersih dan segar akan membantu menjaga kebersihan lingkungan.

Sebuah strategi telah dikembangkan oleh World Health Organization sebagai bagian dari usaha pencegahan trakhoma melalui metode SAFE, yaitu:

·         Pembedahan sebagai upaya mengobati trakhoma pada tahap lanjut (Surgery).

·         Pemberian antibiotik untuk mengobati dan mencegah infeksi (Antibiotics).

·         Menjaga kebersihan wajah (Facial cleanliness).

·         Peningkatan kelayakan sanitasi, air, dan pengendalian lalat di lingkungan tempat tinggal (Environmental improvements).





Selasa, 27 Juni 2017

TOKSOPLASMOSIS



Pengertian Toksoplasmosis

Toksoplasmosis adalah infeksi pada manusia yang ditimbulkan oleh parasit Toxoplasma gondii (T. gondii), yang keberadaannya cukup umum di seluruh dunia. Orang dewasa dengan tingkat kesehatan baik mungkin tidak memerlukan perawatan medis apa pun untuk sembuh dari serangan toksoplasmosis.

Jika parasit tersebut menyerang orang dewasa, maka biasanya sistem kekebalan tubuhnya bisa mengatasi infeksi. Kebanyakan orang yang terjangkit toksoplasmosis tidak menunjukkan gejala-gejala tertentu, dan penyakit ini umumnya tidak menular dari satu orang ke orang lainnya. Sekali terinfeksi maka penderita akan memiliki kekebalan terhadap toksoplasmosis seumur hidup.

Ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko toksoplasmosis menjadi gangguan kesehatan serius, yaitu:

·         Sedang hamil.

·         Mengonsumsi obat steroid atau imunosupresan.

·         Mengidap HIV/AIDS.

·         Sedang menjalani kemoterapi.

Gejala Toksoplasmosis

Gejala adalah sesuatu yang dirasakan dan diceritakan oleh penderita. Toksoplasmosis memiliki beberapa gejala umum, yaitu:

·         Pada manusia sehat.

Yaitu demam tinggi, nyeri otot, kelelahan, radang tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening.

·         Pada ibu hamil.

Menyebabkan gangguan kehamilan seperti keguguran, kelahiran mati, atau toksoplasmosis kongenital yang menimbulkan kerusakan otak, hilang pendengaran, dan gangguan penglihatan pada bayi pada saat atau beberapa bulan atau tahun  setelah dilahirkan.

·         Pada penderita gangguan sistem kekebalan tubuh.

Gejala infeksi toksoplasmosis adalah sakit kepala, kebingungan, kurangnya koordinasi tubuh, kejang, kesulitan bernapas, dan gangguan penglihatan.

Penyebab Toksoplasmosis

Infeksi toksoplasmosis disebabkan oleh parasit bernama Toxoplasma gondii (T. gondii). Parasit ini bisa menginfeksi mayoritas hewan dan burung. T. gondii bisa ditemukan pada kotoran kucing yang terinfeksi, serta daging binatang yang terinfeksi.

Karena parasit T.gondii hanya bisa berkembang biak pada kucing liar dan peliharaan, maka hewan tersebut menjadi inang utama darinya. Namun, kucing-kucing yang terinfeksi parasit T. gondii biasanya tidak menunjukkan gejala-gejala tertentu.

Parasit ini mampu bertahan sampai beberapa bulan hidup di tanah atau air. Ada beberapa cara parasit T. gondii masuk ke tubuh manusia, yaitu: 

·         Mengonsumsi buah-buahan dan sayuran yang tidak dicuci atau minum air yang terkontaminasi kotoran kucing.

·         Memasukkan tangan yang terkontaminasi tanah atau kotoran kucing ke mulut.

·         Mengonsumsi daging mentah atau setengah matang.

·         Menggunakan peralatan yang telah terkontaminasi dengan daging yang terinfeksi, seperti pisau, gunting, dan  talenan bekas daging mentah terinfeksi.

·         Meminum susu kambing mentah yang terinfeksi  atau produk yang terbuat darinya.

Akan tetapi parasit T. gondii tidak bisa menular antar manusia, sehingga seseorang tidak bisa menularkan infeksi T. gondii pada anaknya, tertular T. gondii karena bersentuhan dengan penderita, serta menularkan parasit T. gondii melalui ASI. Kecuali dalam beberapa kasus seperti melalui prosedur transplantasi organ yang terinfeksi atau ibu hamil yang sedang terinfeksi fase akut dapat menularkan janinnya.

Diagnosis Toksoplasmosis

Diagnosis merupakan langkah dokter untuk mengidentifikasi penyakit atau kondisi yang menjelaskan gejala dan tanda-tanda yang dialami oleh pasien.

Untuk mendiagnosis toksoplasmosis, hal yang biasanya dilakukan dokter adalah:

·         Tes darah.

Meskipun terinfeksi, tes darah penderita bisa saja menunjukkan hasil negatif. Ini berarti tubuh penderita belum mulai memproduksi antibodi untuk parasit T. gondii. Tes perlu diulang beberapa minggu kemudian karena antibodi baru terbentuk 3 minggu setelah terinfeksi.  Tapi pada kebanyakan kasus, hasil negatif pada tes darah juga bisa berarti seseorang belum pernah terinfeksi sehingga belum kebal terhadap toksoplasmosis.

Hasil tes darah positif berarti seseorang dalam keadaan terinfeksi toksoplasmosis aktif, atau pernah terinfeksi sebelumnya, dan kebal terhadap toksoplasmosis. Tes tambahan diperlukan untuk menentukan sejak kapan infeksi berlangsung.

·         Tes pada ibu hamil.

Jika seseorang sedang mengandung dan hasil tes darah menunjukkan dirinya terkena infeksi toksoplasmosis positif, maka ada beberapa tes untuk memeriksa apakah infeksi juga menular pada janin. Beberapa tes tersebut adalah:

1.      Amniosintesis.

Pada prosedur ini, dokter akan mengambil sampel air ketuban penderita saat usia kehamilan di atas 15 minggu. Dengan tes ini bisa segera diketahui apakah janin terinfeksi atau tidak.

2.      Uji ultrasound.

Pada pengujian ini, dokter akan melihat akibat  infeksi pada janin seperti adanya kumpulan cairan pada otak (hidrosefalus). Bila ternyata janin tampak normal, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan pada bayi setelah lahir.

Setelah proses melahirkan, bayi akan menjalani pemeriksaan untuk melihat adanya kerusakan dari infeksi, serta tes darah untuk memastikan apakah bayi masih mengidap infeksi.

3.      Tes pencitraan.

Jika infeksi toksoplasmosis menyebabkan penderita terkena komplikasi  yang cukup serius, maka dibutuhkan pemeriksaan tambahan untuk mengidentifikasi adanya kerusakan jaringan atau kista pada otak. Pemeriksaan tambahan yang diperlukan antara lain tes pencitraan MRI dan biopsi otak.

Pengobatan Toksoplasmosis

Kebanyakan kasus toksoplasmosis hanya digolongkan sebagai sakit ringan dan tidak memerlukan adanya perawatan medis. Penderita umumnya bisa pulih total tanpa komplikasi.

Untuk mengobati toksoplasmosis akut pada penderita yang mempunyai gangguan kekebalan tubuh, dokter akan meresepkan beberapa jenis obat yaitu pyrimethamine dan sulfadiazine. Perawatan medis dibutuhkan hanya pada kondisi seperti berikut: 

·         Terkena komplikasi toksoplasmosis.

·         Sedang dalam masa kehamilan.

·         Bayi terbukti terinfeksi toksoplasmosis sebelum atau sesudah lahir.

·         Mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh.

Pada ibu hamil yang terinfeksi toksoplasmosis, jika janin belum terkena infeksi, maka dokter akan memberikan antibiotik spiramycin. Jika janin sudah tertular toksoplasmosis, maka dokter biasanya akan meresepkan pyrimethamine dan sulfadiazine.

Pyrimethamine dan sulfadiazine biasanya juga digunakan untuk menangani bayi dengan toksoplasmosis kongenital, sebab bisa mengurangi risiko gangguan kesehatan jangka panjang. Akan tetapi, pengobatan ini tidak bisa memperbaiki kerusakan akibat toksoplasmosis yang sudah terjadi. Jadi biasanya tetap akan ada gangguan yang bersifat jangka panjang dan kambuhan.

Untuk menangani infeksi toksoplasmosis pada penderita gangguan sistem kekebalan tubuh, umumnya dokter memberikan obat trimethoprim and sulfamethoxazole untuk mencegah berkembangnya gejala-gejala toksoplasmosis. Hal ini karena pada penderita yang bersifat karier, parasit tetap berada di dalam tubuh penderita dalam keadaan tidak aktif. Ketika kekebalan tubuh menurun, parasit akan aktif kembali dan menyebabkan gangguan kesehatan yang serius.
Jika sistem kekebalan tubuh sudah kembali normal, maka pengobatan bisa dihentikan. 

Komplikasi Toksoplasmosis

Beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada penderita toksoplasmosis adalah:

·         Toksoplasmosis okular.

Peradangan dan luka pada mata yang diakibatkan oleh parasit. Penyakit ini bisa menyebabkan gangguan penglihatan, muncul floater (seperti ada benda kecil yang melayang-layang menghalangi pandangan) pada mata, hingga kebutaan.

·         Toksoplasmosis kongenital.

Terjadi ketika janin yang dikandung ikut terinfeksi toksoplasmosis. Hal ini bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada janin. Misalnya hidrosefalus, epilepsi, kehilangan pendengaran, kerusakan otak, gangguan kemampuan belajar, penyakit kuning,  toksoplasmosis okular, dan cerebral palsy.

·         Toksoplasmosis serebral.

Jika penderita gangguan sistem kekebalan tubuh terinfeksi oleh toksoplasmosis, maka infeksi tersebut bisa menyebar ke otak dan bisa mengancam nyawa penderita. Beberapa gejalanya adalah sakit kepala, kebingungan, gangguan koordinasi, kejang-kejang, demam tinggi, bicara tidak jelas, toksoplasmosis okuler.

Pencegahan Toksoplasmosis

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena infeksi toksoplasmosis, yaitu:

·         Gunakan sarung tangan saat berkebun atau memegang tanah.

·         Hindari mengonsumsi daging mentah atau setengah matang.

·         Cucilah tangan sebelum dan sesudah memegang makanan.

·         Cucilah semua peralatan dapur dengan bersih setelah memasak daging mentah.

·         Selalu cuci buah dan sayuran sebelum dikonsumsi.

·         Hindari meminum susu kambing non-pasteurisasi atau produk-produk yang terbuat darinya.

·         Hindari kotoran kucing pada wadah kotoran kucing atau tanah, terutama bagi Anda yang memelihara kucing.

·         Berikan kucing makanan kering atau kalengan daripada daging mentah.

·         Tutuplah bak pasir tempat bermain anak-anak.

Bagi orang yang memelihara kucing, beberapa hal di bawah ini bisa mengurangi risiko terkena toksoplasmosis yaitu:

·         Jagalah kesehatan kucing peliharaan.

·         Hindari untuk memungut serta memelihara kucing liar.