Senin, 19 Juni 2017

TENDINITIS



Pengertian Tendinitis

Tendinitis atau tendonitis adalah gangguan berupa peradangan atau iritasi pada tendon, yaitu suatu kumpulan jaringan ikat berserat yang merekatkan otot dengan tulang. Tendinitis paling sering terjadi di area bahu, pergelangan, lutut, tumit, dan siku. Gangguan ini menyebabkan nyeri dan sakit pada persendian.

Tendinitis memiliki nama yang berbeda-beda untuk tiap area, seperti patellar tendinitis atau jumper’s knee. Gangguan ini terjadi pada tendon patellar atau area tempurung lutut dan merupakan penyebab umum cedera yang dialami oleh atlet olahraga basket dan voli. Beberapa istilah lain untuk tendinitis yang umum didengar adalah swimmer’s shoulder, tennis elbow, pitcher’s shoulder, dan golfer’s elbow.

Penyebab Tendinitis

Tendinitis umumnya terjadi akibat adanya beban pada tendon yang berasal dari gerakan yang dilakukan secara berulang kali. Teknik gerakan yang dilakukan saat sedang berolahraga, bekerja, atau melakukan hobi kesukaan dapat menimbulkan stres dan cedera pada tendon, terutama jika teknik yang dilakukan tidak sepenuhnya benar. Selain itu, tendinitis juga bisa disebabkan oleh kecelakaan atau cedera yang terjadi secara tiba-tiba. Tendinitis biasanya bermula dari kesalahan teknik dalam melakukan gerakan sehingga membebani tendon.

Jenis pekerjaan atau kegiatan yang memerlukan kegiatan fisik atau dilakukannya gerakan berulang dalam posisi yang tidak biasa atau dengan tenaga besar dapat memicu tendinitis. Kegiatan yang melibatkan getaran serta menjangkau area yang tinggi secara terus-menerus juga menjadi faktor risiko lain yang perlu diwaspadai. Beberapa jenis olahraga yang memiliki gerakan atau teknik di atas, antara lain basket, lari, renang, tenis, bisbol, golf, dan boling.

Faktor usia juga dapat memicu munculnya tendinitis karena seiring bertambahnya usia, tendon juga menjadi lebih fleksibel dan lebih rentan terhadap terjadinya cedera. 

Gejala Tendinitis

Gejala tendinitis muncul dalam bentuk rasa nyeri terutama saat menggerakkan sendi yang terkena. Dapat pula timbul pembengkakan ringan dan rasa nyeri bila ditekan. Warna kemerahan dan rasa panas juga dapat menyertai. Pada kebanyakan kasus, kondisi ini masih dapat ditangani sendiri. 

Namun jika gejala ini berlanjut dan diikuti kekakuan pada sendi dan tendon, atau mulai mengganggu aktivitas hingga berhari-hari, Anda disarankan untuk segera berkonsultasi kepada dokter. Selanjutnya dokter dapat merekomendasikan Anda kepada spesialis kedokteran olahraga, ortopedi, atau ahli reumatologi.

Dianoksis Tendinitis

Untuk mendapatkan diagnosis tendinitis, dokter biasanya menanyakan kronologis cedera, lokasi cedera, dan jenis kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti X-ray atau tes pencitraan lain (seperti MRI dan ultrasonografi Doppler) untuk membantu diagnosis ataupun mengeliminasi kondisi-kondisi lain yang mungkin menjadi penyebab munculnya gejala yang dialami pasien.

Pengobatan Tendinitis

Penanganan tendinitis dapat dilakukan melalui beberapa metode, yaitu melalui pemberian obat-obatan, terapi fisik, operasi, atau prosedur lain berdasarkan jenis cedera dan kondisi fisik pasien. Penanganan ini bertujuan meredakan peradangan dan mengurangi rasa sakit.

Obat-Obatan Tendinitis

Obat pereda rasa sakit (aspirin atau ibuprofen) dan suntikan kortikosteroid adalah sebagian jenis obat-obatan yang dapat direkomendasikan oleh dokter. Selain obat minum, obat pereda rasa sakit dalam bentuk krim mungkin efektif dan memiliki risiko efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat minum.

Suntikan kortikosteroid berulang tidak direkomendasikan pada tendonitis kronis yang berlangsung lebih dari tiga bulan karena dapat meningkatkan risiko robeknya tendon akibat mendapatkan terlalu banyak suntikan.

Selain itu, plasma darah kaya trombosit atau PRP juga dapat menjadi pilihan pengobatan. Prosedur pemberian PRP meliputi pemisahan platelet dan faktor-faktor penyembuh dari darah penderita untuk kemudian disuntikkan kembali ke area tendon yang mengalami iritasi kronis. Metode yang masih dalam penelitian ini diduga dapat membantu menangani kasus tendonitis kronis. Disarankan untuk berkonsultasi kepada dokter terlebih dahulu dalam mempertimbangkan prosedur pengobatan yang belum umum digunakan.

Latihan Fisik

Salah satu latihan fisik yang dapat dilakukan untuk tendinitis kronik adalah latihan eksentrik. Latihan ini menitikberatkan kepada terjadinya kontraksi pada otot dalam keadaan memanjang. Gerakan seperti ini berfungsi merenggangkan dan menguatkan bagian otot tendon yang terkena peradangan atau iritasi.

Operasi dan Prosedur Lain

Tendinitis yang parah dapat menyebabkan robeknya tendon, terutama jika tendon telah terpisah dari tulang. Pengobatan kondisi ini membutuhkan prosedur operasi. Sebuah pengobatan invasif yang menggunakan panduan gelombang ultrasound (USG) dan peralatan operasi yang sangat kecil bernama FAST (focused aspiration of scar tissue) dapat dilakukan. Prosedur ini dilakukan setelah proses pembiusan lokal untuk mengambil jaringan parut pada tendon tanpa memengaruhi jaringan tendon yang sehat. Pasien yang melalui prosedur FAST pada umumnya dapat langsung beraktivitas dengan normal dalam waktu 1-2 bulan. Prosedur ini mulai banyak digunakan dibanding prosedur operasi tradisional (operasi terbuka).

Pada tendinitis ringan, selain dengan penggunaan obat pereda rasa sakit yang bisa didapatkan tanpa resep dokter, beberapa hal dapat membantu mempercepat penyembuhan dan menghambat perburukan. Penggunaan es (ice) untuk mengompres bagian yang sakit dapat dilakukan beberapa kali dalam sehari, masing-masing selama 20 menit. Istirahat cukup (rest) serta menghindari penggunaan berlebihan tendon yang cedera. Tindakan perawatan lain yang bisa dilakukan di rumah adalah mengompres area yang mengalami pembengkakan dengan perban elastis untuk mengurangi bengkak (compression). Pada tendinitis yang menyerang area lutut, mengangkat kaki yang sedang cedera melebihi level ketinggian jantung juga bisa mengurangi pembengkakan (elevation). Akronim RICE (Rest Ice Compression Elevation) sering digunakan untuk mempermudah pasien mengingat dan melakukan perawatan ini di rumah.

Namun perlu diperhatikan juga bahwa tubuh yang terlalu lama beristirahat dan tidak bergerak dapat menyebabkan sendi menjadi kaku sehingga melakukan aktivitas fisik kecil dan ringan secara perlahan-lahan tetap disarankan. Anda biasanya dapat mulai menggerakan area yang mengalami cedera setelah 2-3 hari beristirahat, sesuai dengan batas kemampuan agar fleksibilitas sendi tetap terjaga. Tanyakan kepada dokter Anda kapan sebaiknya mulai beraktivitas. Pemulihan tendinitis dapat berlangsung 3-6 bulan dengan fase akut penyembuhan selama 6-8 minggu.

Pencegahan Tendinitis

Untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya cedera pada tendon, ada baiknya Anda memperhatikan aktivitas dan gerakan tubuh yang dilakukan. Mengurangi tekanan penyebab stres berlebih pada tendon adalah salah satunya. Berhenti dan beristirahatlah jika mulai timbul rasa sakit saat sedang melakukan kegiatan fisik tertentu.

Beberapa gerakan fisik dapat memberikan beban yang berat pada area tubuh tertentu dan menyebabkan sakit. Cobalah mengombinasikan gerakan fisik berbeban berat dengan yang lebih ringan, seperti lari dan berenang atau bersepeda. Mendapatkan bantuan dari seorang profesional untuk mendapatkan informasi teknik gerakan atau peralatan olahraga seperti apa yang cocok bagi kemampuan fisik Anda sangat disarankan. Lakukanlah ini sebelum Anda memulai olahraga atau rutinitas yang melibatkan gerakan fisik tertentu.

Melakukan perenggangan dan menguatkan otot sebelum melakukan kegiatan fisik dapat membantu otot tendon mengatasi tekanan dari gerakan yang berat dan membantu memaksimalkan gerakan sendi. Waktu perenggangan yang baik adalah setelah Anda melakukan kegiatan fisik, setelah otot-otot memanas. Dengan begini, risiko munculnya trauma berulang pada jaringan yang tegang dapat dikurangi.

Selain menambah efisiensi, pengaturan area kerja berdasarkan pertimbangan ergonomis dapat menjaga tendon dan persendian Anda dari stres yang berlebihan. Mulailah menata ulang area kerja dengan memilih dan meletakkan kursi, komputer, serta keyboard yang disesuaikan dengan ukuran dan bentuk tubuh atau jenis pekerjaan yang biasa dilakukan di area cedera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar