Pengertian Splenomegali
Splenomegali adalah
kondisi pembesaran pada organ limpa. Limpa terletak di bawah dada, di balik
susunan tulang rusuk sebelah kiri. Pada kondisi splenomegali, limpa yang
sewajarnya berukuran sebesar kepalan tangan, dapat menjadi berukuran antara 11
cm hingga lebih dari 20 cm dengan berat yang mencapai atau lebih dari 1 kg.
Dengan begitu, splenomegali dapat berujung kepada kondisi lain yang mengancam kesehatan penderita, seperti mudah terkena infeksi dan pendarahan.
Penyebab Splenomegali
Berikut penyakit atau
infeksi yang berperan dalam berkembangnya kondisi splenomegali, antara lain:
·
Infeksi virus.
Misalnya infeksi mononukleosis. Pada
negara-negara berkembang, infeksi mononukleosis adalah penyebab splenomegali
yang paling sering.
·
Infeksi parasit.
Seperti malaria.
·
Infeksi bakteri.
Misalnya penyakit sifilis atau
endokarditis.
·
Infiltrasi sel-sel kanker ke limfa pada
kanker darah (seperti leukemia) dan limfoma (seperti penyakit Hodgkin).
·
Sirosis dan kondisi lain yang berkaitan
dengan organ hati.
·
Berbagai jenis hemolitik anemia.
Yaitu kondisi yang menyebabkan hancurnya
sel darah merah.
·
Gangguan metabolisme,
Misalnya penyakit Gaucher dan
Niemann-Pick.
·
Tekanan atau pembekuan yang terjadi pada
pembuluh darah limpa, atau hati.
Selain akibat penyakit dan infeksi, beberapa faktor
risiko tambahan juga dihadapi oleh kelompok tertentu yang menjadikan mereka
rentan terkena splenomegali. Faktor-faktor risiko ini, antara lain:
·
Orang-orang yang tinggal di kawasan atau
bepergian ke area yang memiliki riwayat penyebaran epidemi malaria.
·
Penderita penyakit Gaucher,
Niemann-Pick, atau gangguan metabolisme turunan lainnya yang dapat berdampak
kepada kondisi organ limpa dan hati.
·
Anak-anak dan remaja yang mengalami
gangguan sistem kekebalan tubuh, neoplasia, hemolisis, atau terkena infeksi
mononukleosis.
Gejala Splenomegali
Splenomegali dapat tidak disertai dengan kemunculan
gejala pada diri penderita. Namun, pada sebagian penderita, dapat teraba sebuah
benjolan pada area kiri atas perut dan mungkin menimbulkan rasa sakit.
Benjolan
ini berisiko melebar ke arah perut, dada, hingga bahu kiri pasien. Gejala lain
yang mungkin dirasakan, antara lain:
·
Merasa kenyang tanpa sebab atau setelah
mengonsumsi makanan dalam porsi kecil. Hal ini disebabkan oleh pembesaran limpa
yang menekan area perut.
·
Kelelahan.
·
Anemia.
·
Lebih sering mengalami infeksi akibat
terganggunya fungsi organ limpa.
·
Lebih mudah mengalami pendarahan.
·
Rasa sakit bertambah buruk ketika
bernapas.
Diagnosis Splenomegali
Biasanya
dokter dapat merasakan limpa yang membesar pada saat pemeriksaan fisik. Untuk
memastikan penyebab splenomagali, pasien mungkin akan melakukan tes darah,
ultrasound, dan pencitraan organ tubuh untuk mendapatkan dan memastikan
diagnosis splenomegali.
Tes darah
dilakukan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis sel darah di tubuh, termasuk
sel darah merah, sel darah putih, dan platelet. Tes pencitraan tubuh CT scan
atau tes ultrasound mungkin turut dilakukan untuk mengetahui ukuran limpa dan
melihat keadaan organ lain yang tertekan akibat ukuran limpa yang membesar.
Sementara itu, tes MRI scan dapat dilakukan untuk mengetahui seberapa baik
aliran darah dalam limpa.
Tes
penunjang lain juga mungkin dilakukan untuk mencari tahu penyebab splenomegali,
seperti tes fungsi organ hati dan uji tulang sumsum untuk mendapatkan informasi
lebih banyak tentang kondisi yang mendasari splenomegali. Uji tulang sumsum
dapat dilakukan dengan prosedur bedah biopsi atau menyedot (aspirasi) cairan
sumsum. Kedua prosedur juga bisa dilakukan secara bersamaan.
Pada
kasus tertentu, dokter dapat mengangkat limpa untuk diperiksa di bawah
mikroskop. Tindakan ini bertujuan mencari tahu kemungkinan adanya limfoma atau
penyebab splenomegali lainnya yang tidak terdeteksi oleh
pemeriksaan-pemeriksaan lain yang telah disebutkan sebelumnya.
Pengobatan Splenomegali
Mengingat
splenomegali dapat dipicu oleh beberapa penyakit yang diderita pasien, maka
fokus utama dari pengobatan splenomegali akan dimulai dengan upaya penyembuhan
penyakit-penyakit yang mendasari tersebut terlebih dahulu. Misalnya, untuk
splenomegali yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter akan meresepkan
antibiotik sebagai tindakan pengobatan.
Splenomegali
yang tidak disertai gejala dan tidak ditemukan penyebabnya dapat membutuhkan
waktu evaluasi yang lebih lama. Dokter akan menyarankan untuk menunggu sambil
mengawasi perkembangan kondisi Anda.
Sebuah
tindakan pembedahan juga mungkin diambil ketika splenomegali telah menyebabkan
komplikasi serius, tidak diketahui penyebabnya, ataupun saat penyebabnya
diketahui namun tidak dapat disembuhkan. Alternatif lain dari prosedur
pembedahan ini adalah terapi radiasi untuk mengecilkan limpa.
Penderita
splenomegali sebaiknya membatasi kegiatan fisik yang dapat menyebabkan pecah
atau bocornya limpa, seperti sepak bola, hoki, dan kegiatan fisik lain. Gunakan
sabuk pengaman saat berkendara untuk menjaga keselamatan dan mencegah cedera
pada organ limpa. Pastikan Anda telah mendapatkan atau memperbarui vaksinasi
tahunan, seperti vaksinasi flu, tetanus, difteri, dan batuk rejan (pertusis).
Vaksinasi diperlukan karena penderita splenomegali rentan terkena infeksi.
Pasien dapat menanyakan kepada dokter mengenai vaksinasi tambahan lain yang
diperlukan.
Pasien yang
organ limpanya telah diangkat tetap dapat hidup aktif dan beraktivitas dengan
normal, namun akan memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena infeksi dan dapat
membahayakan nyawanya. Beberapa langkah berikut dapat membantu mengurangi
risiko infeksi pada pasien yang telah mengalami pengangkatan organ limpa,
yaitu:
·
Mengonsumsi penisilin atau antibiotik
lainnya setelah operasi atau ketika ada kemungkinan terjadi infeksi. Selain
itu, segera hubungi dokter jika merasa mengalami demam karena kondisi ini juga bisa
dianggap sebagai indikasi infeksi.
·
Mendapatkan vaksinasi sebelum dan
sesudah pengangkatan limfa. Beberapa jenis vaksin yang tersedia, antara lain pneumococcal
(yang diberikan tiap lima tahun semenjak operasi dilakukan), meningococcal,
dan haemophilus influenzae. Vaksin-vaksin ini akan melindungi pasien
dari pneumonia, meningitis, dan infeksi pada tulang, sendi, serta darah.
·
Menghindari kunjungan ke daerah-daerah
yang memiliki riwayat penyebaran suatu penyakit, seperti malaria.
Komplikasi Splenomegali
Jika tidak segera diobati, splenomegali dapat memicu
infeksi atau kondisi anemia yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah sel darah
merah, platelet, dan sel darah putih di dalam aliran darah. Selain itu, limpa
berisiko untuk pecah atau bocor sehingga memicu pendarahan pada rongga perut
yang dapat mengancam nyawa.
Pencegahan Splenomegali
Pencegahan
splenomegali dapat dimulai dengan menghindari melakukan hal-hal yang dapat
memicu terjadinya penyakit penyebab munculnya kondisi ini. Misalnya, menjalani
vaksinasi secara terjadwal dapat menjadi tindakan yang diwajibkan sebagai
pencegah infeksi. Konsultasikan kepada dokter mengenai vaksin apa saja yang
dibutuhkan sesuai dengan kondisi Anda.
Mengurangi
konsumsi alkohol untuk menghindari terkena sirosis hati juga dapat dilakukan.
Selain itu, bila ingin melakukan perjalanan ke daerah yang endemik malaria,
pergilah ke dokter untuk mendapatkan terapi profilaksis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar