Pengertian Sindrom Tourette
Sindrom Tourette adalah gangguan neuropsikiatri di
mana penderita melakukan serangkaian gerakan berulang yang tidak disengaja, di
luar kendali, dan bersifat tiba-tiba. Perilaku-perilaku ini disebut tic.
Sindrom Tourette biasanya bermula pada usia 2-15 tahun dan lebih umum diderita
oleh anak laki-laki daripada anak perempuan.
Seorang anak dapat mengalami tic pada usia
tertentu dan umumnya tidak terlalu terlihat. Tic terjadi secara hilang
timbul dan biasanya menghilang dalam satu tahun. Pada penderita sindrom
Tourette, terjadi berbagai jenis tic selama beberapa kali dalam satu
hari dan berlangsung selama lebih dari satu tahun.
Penyebab Sindrom Tourette
Penyebab
pasti sindrom Tourette belum diketahui hingga saat ini. Diperkirakan gangguan
ini terjadi dari kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Jenis kelamin
laki-laki dan adanya anggota keluarga yang mengalami sindrom Tourette atau
gangguan tic lainnya akan meningkatkan risiko seseorang mengalami
sindrom Tourette.
Beberapa
teori yang menerangkan sindrom Tourette antara lain:
·
Neurologikal. Beberapa studi menunjukkan
bahwa anak dengan sindrom Tourette memiliki cacat pada struktur, fungsi, atau
zat kimia pada otak. Meski begitu, keterangan yang lebih mendetail tentang
penemuan ini juga belum banyak ditemukan sehingga masih belum bisa dipastikan.
·
Genetik. Gen abnormal yang diwarisi
orang tua kepada anak diduga sebagai faktor penyebab kebanyakan sindrom
Tourette.
·
Lingkungan. Gangguan yang dialami ibu
selama masa kehamilan dan kelahiran diduga menjadi faktor risiko sindrom
Tourette pada anak. Gangguan ini dapat berupa tingkat stres yang dialami ibu
selama proses kehamilan atau proses kelahiran yang berlangsung lebih lama.
Kondisi fisik bayi saat lahir juga diduga turut berdampak kepada kemunculan
sindrom ini, misalnya berat badan di bawah kisaran normal. Selain itu, infeksi
kuman streptococcal pada anak diperkirakan memiliki kaitan dengan
berkembangnya sindrom ini, walaupun informasi ini juga masih belum dapat
dipastikan.
Sindrom Tourette juga dikaitkan dengan kondisi-kondisi
lain, seperti gangguan perilaku hiperaktif atau disebut juga ADHD (attention
deficit hyperactivity disorder). Kondisi ini diketahui dapat dialami oleh
6 dari 10 anak dengan sindrom Tourette. Keterkaitan ini belum diketahui juga
penyebabnya. Penyakit lain yang ditemui pada anak dengan kasus sindrom
Tourette, antara lain:
·
OCD (obsessive-compulsive disorder)
atau OCB (obsessive-compulsive behavior) yang dialami juga oleh 5 dari
10 anak penderita sindrom Tourette.
·
Gangguan tingkah laku (conduct disoder),
seperti suka melawan dan perilaku kasar, yang dialami oleh 1-2 anak dari 10
anak penderita sindrom Tourette.
·
Gangguan perubahan suasana hati, seperti
kecemasan berlebihan dan depresi yang dialami oleh 2 dari 10 anak penderita
sindrom Tourette.
·
Perilaku melukai diri, seperti
membenturkan kepalanya. Kondisi ini dialami juga oleh 3 dari 10 anak dengan
sindrom Tourette.
·
Gangguan perilaku dialami hingga 8 dari
10 anak penderita sindrom Tourette.
·
Kesulitan belajar juga dialami oleh 3
dari 10 anak dengan sindrom Tourette.
Gejala Sindrom Tourette
Tic adalah gejala utama dari sindrom
Tourette yang dilakukan tanpa sengaja. Perilaku Tic juga tidak memiliki
maksud atau tujuan apa pun karena penderita sendiri tidak dapat mengendalikan
kemunculannya.
Beberapa
klasifikasi tic yang umumnya dilakukan oleh anak-anak, antara lain:
·
Mottor tics
Melakukan
gerakan secara berulang dan dapat melibatkan kelompok otot dalam jumlah yang
terbatas (simple tics) maupun beberapa otot sekaligus (complex
tics). Beberapa gerakan yang termasuk ke dalam simple motor tics
adalah mengerdipkan mata, membuka mulut, mencibir, mengedutkan mulut,
menganggukkan kepala, atau menggelengkan kepala. Beberapa gerakan yang
termasuk ke dalam complex motor tics adalah menyentuh, mengulang
pergerakan suatu benda, menekuk atau memutar badan, dan meloncat-loncat.
·
Vocal tics.
Membuat
suara-suara yang turut melibatkan otot dalam jumlah terbatas (simple tics)
maupun beberapa kelompok otot sekaligus (complex tics). Beberapa
contoh dari simple vocal tics adalah batuk, membuat suara menyerupai
binatang, misalnya menggonggong. Perilaku anak dengan simple vocal tics
juga sering menggerutu tanpa alasan. Beberapa contoh dari complex
vocal tics adalah mengulang perkataan sendiri (palilalia) dan mengulang
perkataan orang lain (echophenomena).
Tic
merupakan gejala yang pada level tertentu dapat menyebabkan kesulitan bagi anak
dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Gejala lain yang juga
mengikuti sindrom Tourette dan terkadang bisa cukup mengganggu, antara lain:
·
Koprolalia, yaitu menggunakan kata-kata
atau umpatan yang vulgar, kotor, dan tidak sopan secara sengaja. Penting
diingat hal ini tidak merefleksikan kepada karakter moral penderita atau cara
asuh anak.
·
Perilaku noncabul namun tidak pantas
dilakukan di tengah kehidupan sosial, seperti mengeluarkan komentar yang kasar
dan tidak pantas.
Tic dapat
bertambah parah jika penderita mengalami stres, cemas, kelelahan, atau
sebaliknya terlalu bersemangat.
Diagnosis Sindrom Tourette
Diagnosis
sindrom Tourette dilakukan berdasarkan melihat gejala yang dialami dan pemeriksaan
fisik yang terkait.
Beberapa
kriteria yang digunakan untuk mendapatkan diagnosis sindrom ini, adalah:
·
Tics dimulai sebelum usia 18 tahun.
·
Tics tidak disebabkan oleh obat-obatan, zat,
atau kondisi medis lainnya.
·
Tics dialami beberapa kali dalam sehari,
hampir tiap hari atau berselang-seling, dan terjadi selama lebih dari satu
tahun.
·
Mengalami baik motor maupun vocal
tics walaupun tidak selalu di saat yang bersamaan.
Beberapa tes lain mungkin dilakukan oleh seorang
neurologis untuk memastikan diagnosis sindrom Tourette, misalnya melakukan
dengan tes darah dan MRI scan untuk mengenyampingkan penyebab tic
oleh penyakit lain.
Pengobatan Sindrom Tourette
Tidak ada
obat yang dapat menyembuhkan sindrom Tourette. Penanganan terhadap sindrom ini
ditujukan untuk mengendalikan gejala yang mengganggu kehidupan sehari-hari
penderita.
Tindakan
perawatan sindrom Tourette sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pengobatan
kondisi lain yang muncul bersama sindrom ini. Hal ini dilakukan agar dapat
mempercepat perkembangan kondisi anak menjadi lebih baik. Beberapa prosedur
penanganan sindrom Tourette, antara lain:
·
Terapi wicara/penanganan psikologis.
Beberapa
terapi psikologis dapat membantu meredakan gejala dan permasalahan yang dipicu
oleh sindrom ini, seperti mengendalikan tic saat di sekolah dan
menyalurkannya kembali di rumah. Beberapa terapi yang mungkin dilakukan adalah
CBT (cognitive behavioural therapy), latihan pembalikan kebiasaan, dan
terapi pencegahan eksposur dan respons.
·
Edukasi dan dukungan.
Membekali
informasi mengenai sindrom Tourette dapat membantu meningkatkan hasil dari
perawatan yang dilakukan. Orang tua dan anak juga disarankan untuk mencari tahu
dan bergabung dengan kelompok konsultasi agar dapat saling berbagi informasi
dan pengalaman dengan sesama penderita sindrom Tourette lainnya. Edukasi juga
sebaiknya dilebarkan kepada lingkungan yang sering berinteraksi dengan anak
agar turut mendukung terciptanya lingkungan yang positif bagi perkembangan
anak, misalnya guru di sekolah. Beberapa anak mungkin membutuhkan terapi pendekatan
berbeda dalam berinteraksi atau berkembang, misalnya lewat menari atau seni
drama.
·
Obat-obatan.
Selain
clonazepam-a benzodiazepine, obat-obatan golongan antipsikotik umumnya
digunakan untuk mengurangi terjadinya tic pada kasus sindrom Tourette
yang lebih parah. Pengobatan ini bertujuan agar anak dapat melakukan aktivitas
harian dengan baik sekaligus meminimalkan efek samping dari obat-obatan yang
digunakan. Obat-obatan yang digunakan, antara lain aripiprazole, haloperidol,
sulpiride, dan risperidone.
·
Bedah
Prosedur
ini menggunakan elektroda yang ditanam ke dalam otak untuk merangsang reaksi
otak dalam. Prosedur bedah pada penderita Tourette hanya direkomendasikan bagi
penderita sindrom yang parah dan pada keadaan setelah terapi lain sudah tidak
membuahkan hasil. Prosedur ini masih dilakukan secara terbatas sehingga tingkat
keamanan dan hasilnya masih perlu dikaji lebih lanjut.
Di luar kontroversi yang ada mengenai prosedur
penanganan sindrom Tourette, kondisi anak-anak dengan sindrom ini cenderung membaik
seiring berjalannya waktu. Pada beberapa kasus, gejala yang muncul dapat
berkurang atau menghilang ketika anak makin dewasa. Namun pada sebagian kasus
lainnya, gejala dapat terus ada hingga anak beranjak dewasa.
Dukungan untuk Penderita Sindrom Tourette
Penderita sindrom Tourette umumnya memiliki
tantangan atau masalah ketika berada di ruangan terbuka atau ketika harus
berinteraksi dengan orang lain. Kepercayaan diri mereka dapat berkurang dan
menjadi malu dengan kondisi yang mereka miliki sehingga turut meningkatkan
stres dan depresi yang dapat berujung kepada penyalahgunaan obat atau zat
tertentu. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membantu penderita
sindrom Tourette melalui kondisi mereka, antara lain:
·
Usahakan untuk selalu mendapatkan
informasi yang akurat dan terkini mengenai sindrom ini, baik bagi penderita,
dan keluarga. Upaya menyebarkan informasi kepada orang lain di sekitar Anda
juga bisa dilakukan.
·
Ingatlah bahwa tic akan
mencapai puncaknya pada saat penderita mencapai usia remaja, namun kondisi ini
akan membaik seiring bertambahnya usia.
·
Pupuklah kepercayaan diri penderita
sindrom Tourette, salah satunya dengan cara mendukung olahraga pilihannya atau
kegiatan lain yang menarik perhatiannya serta menjaga hubungan baik dengan
teman bermainnya.
·
Jadilah pendukung yang baik dan setia
bagi penderita sindrom Tourette dengan membantu mengedukasi guru, teman
sekolah, hingga pengemudi mobil jemputan sekolah atau orang lain di sekitar
anak secara rutin. Anak dengan sindrom Tourette dapat berkembang lebih baik
dalam lingkungan belajar yang lebih kecil atau melalui pelajaran tambahan yang
dilakukan secara individual. Anda dapat mendukungnya dengan mengajukan kedua
ide ini kepada manajemen sekolah atau perwakilan orang tua murid.
·
Temukan atau dirikan kelompok dukungan
yang sesuai dan cocok dengan kebutuhan penderita atau Anda dan seluruh anggota
keluarga.
Sindrom Tourette tidak mengurangi kepintaran atau
jangka waktu hidup penderitanya. Gejala sindrom
Tourette dapat membaik seiring
bertambahnya usia, namun dapat juga bertambah parah sehingga membutuhkan
perawatan lanjutan. Dukungan bagi penderita sindrom dapat membantu meredakan
gejala yang mereka alami yang mana dapat terpicu oleh serangan kecemasan,
depresi, serangan panik yang berasal dari lingkungan di sekitar mereka. Inilah
sebabnya edukasi, terapi, dan dukungan kelompok memegang peranan penting bagi
perkembangan kondisi penderita sindrom Tourette.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar