Kamis, 22 Februari 2018

SEPSIS



Pengertian Sepsis

Sepsis adalah komplikasi yang jarang terjadi namun sangat berbahaya dari suatu penyakit. Pada saat terjadi infeksi, tubuh kita akan menghasilkan berbagai senyawa kimia untuk melawan  infeksi tersebut. Senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan ini akan mencetuskan suatu respon peradangan yang mengakibatkan serangkaian perubahan pada fungsi tubuh, sehingga terjadilah kerusakan berbagai sistem organ.

Pada tahap awal, sepsis biasanya ditangani dengan pemberian antibiotik dan cairan infus dalam jumlah banyak. Pada kondisi yang parah, suplai darah ke organ-organ vital seperti jantung dan ginjal akan terhenti, sehingga mengakibatkan kerusakan permanen atau bahkan kematian.

Gejala Sepsis

Gejala sepsis muncul setelah ada bagian tubuh yang mengalami infeksi atau luka. Seseorang dikatakan menderita sepsis apabila mengalami setidaknya dua dari gejala-gejala ini:
·         Suhu tubuh di atas 38.3°C atau di bawah 36°C.

·         Detak jantung/nadi lebih dari 90 kali per menit.

·         Laju pernafasan lebih dari 20 kali per menit.

Sepsis pada bayi serta balita sering sulit dikenali karena mereka belum lancar berbicara. Di samping gejala umum sepsis, beberapa indikasi yang sebaiknya diwaspadai meliputi:

·         Uring-uringan.

·         Tidak nasfu makan.

·         Muntah disertai darah atau berwarna hijau serta hitam.

·         Tidak buang air selama 12 jam.

Jika tidak segera ditangani, sepsis dapat berkembang dengan cepat dan bertambah parah serta berisiko menjadi syok septik dengan gejala-gejala yang mengindikasikan adanya kegagalan fungsi organ tubuh seperti:

·         Tekanan darah yang menurun drastis.

·         Kulit menjadi dingin dan pucat.

·         Nyeri otot yang parah.

·         Penurunan jumlah produksi urine dan frekuensi buang air kecil.

·         Linglung atau bingung.

·         Detak jantung yang abnormal.

·         Sakit perut.

·         Mual dan muntah.

·         Pingsan.

Penyebab Sepsis

Sepsis merupakan kondisi mengancam jiwa yang dipicu oleh infeksi. Jenis infeksi yang biasanya menyebabkan  adalah pneumonia, infeksi pada lapisan perut sebelah dalam atau peritonitis, penyakit usus buntu, infeksi saluran kemih, infeksi setelah operasi, meningitis, infeksi pada tulang, dan infeksi pada jantung.

Saat mengatasi infeksi, sistem kekebalan tubuh kita akan membatasi lokasi penyebaran infeksi dan memproduksi sel darah putih untuk memberantas mikroorganisme penyebab penyakit. Proses ini biasanya akan menyebabkan inflamasi pada bagian yang terinfeksi untuk mencegah penyebaran dan mengatasi infeksi.

Infeksi yang sangat parah atau sistem kekebalan tubuh yang lemah akan menyebabkan infeksi menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Penyebaran itu akan mengakibatkan sistem kekebalan tubuh lepas kendali dan memicu peradangan di seluruh tubuh. Inilah yang terjadi saat seseorang mengalami sepsis.

Inflamasi yang berlebihan akan menghambat aliran darah dan merusak jaringan sel-sel organ. Dengan aliran darah yang terhambat, tekanan darah pun menurun secara drastis.
Proses-proses tersebut akan mengurangi suplai oksigen ke organ-organ vital seperti ginjal dan otak sehingga dapat mengakibatkan kerusakan permanen. Apabila terjadi penggumpalan darah pada organ atau bagian tubuh (misalnya jari tangan atau kakidan bahkan kematian.

Faktor-faktor Risiko Sepsis

Sepsis dapat terjadi pada semua orang dan segala usia yang mengalami infeksi. Tetapi ada beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi, yaitu:

·         Bayi, anak-anak, dan manula.

·         Pengidap penyakit jangka panjang, misalnya gagal ginjal dan diabetes.

·         Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pengidap kanker yang menjalani kemoterapi atau pengidap HIV.

·         Ibu hamil.

·         Pengidap penyakit parah yang sering dirawat di rumah sakit.

·         Orang yang memiliki luka, misalnya atau luka bekas operasi.

·         Orang yang menggunakan alat-alat medis, misalnya kateter atau alat bantu pernapasan.

Komplikasi Sepsis

Sepsis dapat bertambah parah dan berkembang menjadi syok septik ketika tekanan darah pengidap turun drastis. Apabila penderita sepsis lanjut mengalami syok septik, gejala-gejala yang muncul umumnya meliputi:

·         Kulit yang pucat dan dingin.

·         Mual dan muntah.

·         Diare.

·         Nyeri otot yang parah.

·         Pingsan.

Tiap kasus sepsis membutuhkan penanganan medis secepatnya dan sebaiknya segera ditangani di rumah sakit. Jika dibiarkan, sepsis dapat berkembang dengan cepat dan bahkan berujung pada kematian.

Diagnosis dan Pengobatan Sepsis

Sepsis termasuk kondisi yang sulit dideteksi karena gejala-gejalanya cenderung mirip dengan penyakit lain. Namun, diagnosa sepsis biasanya bisa ditegakkan apabila pasien mengalami setidaknya 2 dari 3  gejala utama sepsis.

Untuk mencari infeksi penyebab sepsis dan memonitor organ tubuh, serangkaian pemeriksaan perlu dilakukan. Jenis-jenis pemeriksaan tersebut meliputi:

·         Tes darah, misalnya untuk mengonfirmasi infeksi dalam darah, mengevaluasi fungsi hati.

·         Pemeriksaan tekanan darah.

·         Pemeriksaan sampel urin dan tinja.

·         Pemeriksaan cairan dari sistem pernapasan, misalnya dahak atau air liur.

·         Biopsi luka jika ada, yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dari luka.

·         Rontgen, USG, CT scan, atau MRI scan.

Setelah terbukti mengidap sepsis, pengobatan akan dimulai secepatnya. Langkah pengobatan sepsis tergantung pada:

·         Lokasi dan penyebab infeksi.

·         Organ yang mengalami infeksi.

·         Tingkat kerusakan yang terjadi.

Makin cepat ditangani, kemungkinan pengidap untuk selamat dan sembuh juga makin tinggi. Kasus sepsis yang parah dan syok septik harus menjalani penanganan darurat di rumah sakit. Perawatan ini dibutuhkan guna mendukung organ-organ vital pasien selama infeksi berlangsung, misalnya untuk menstabilkan pernapasan dan fungsi jantung pengidap.

Langkah utama dalam menangani sepsis adalah antibiotik. Durasi penggunaan antibiotik yang dibutuhkan pun berbeda-beda dan tergantung pada kondisi pengidap dan tingkat keparahan sepsis.
Sepsis yang terdeteksi cukup awal dan belum menyebar umumnya bisa ditangani dengan tablet antibiotik tanpa harus mengidap di rumah sakit. Sedangkan infus antibiotik perlu diberikan secepatnya untuk menurunkan risiko komplikasi dan kematian pada pengidap sepsis yang parah serta syok septik.

Pengidap sepsis juga akan membutuhkan beberapa penanganan suportif untuk menangani gejala-gejala sepsis. Langkah-langkah tersebut meliputi:

·         Obat untuk meningkatkan tekanan darah.

Obat ini akan mendorong otot-otot yang terkait untuk memompa darah ke seluruh tubuh dan mengencangkan pembuluh darah.

·         Pemberian oksigen.

Jika kadar oksigen dalam darah pengidap terhitung rendah, dokter akan memberikan suplai oksigen melalui selang atau bahkan alat bantu pernapasan.

·         Infus untuk menggantikan cairan tubuh.

Infus biasanya akan diberikan selama 1-2 hari pertama guna mencegah terjadinya dan menjaga fungsi ginjal. Dokter juga akan terus memantau kondisi ginjal dehigrasi dengan memeriksa volume urine.

·         Penanganan sumber infeksi.

Minsalnya menguras nanah dari abses atau mengobati luka yang mengalami infeksi.

Pendeteksian dini untuk sepsis sangatlah penting agar pengidap dapat segera menjalani penanganan yang cepat dan tepat. Pengobatan yang dilakukan sejak dini dapat menurunkan risiko kerusakan jangka panjang pada organ-organ tubuh serta kematian. Jangan menunda untuk ke rumah sakit jika Anda atau keluarga Anda mengalami infeksi yang tidak membaik.

RADANG GUSI






Pengertian Radang Gusi

Radang gusi atau gingivitis adalah inflamasi atau peradangan yang terjadi pada gusi. Gejala-gejala dari kondisi ini meliputi:

·         Gusi yang bengkak.

·         Perubahan warna gusi menjadi merah tua.

·         Gusi yang rentan mengalami perdarahan, misalnya saat menyikat gigi.

·         Bau mulut.

·         Gusi yang mengerut.

Radang gusi jarang menyebabkan rasa sakit sehingga sering kali tidak disadari oleh penderitanya. Karena itu, kita sebaiknya waspada jika mengalami gejala-gejala di atas.

Sebagian besar kasus radang gusi, termasuk yang tingkat keparahannya ringan atau sedang, sebaiknya diobati sesegera mungkin. Radang gusi yang dibiarkan begitu saja berpotensi berkembang menjadi periodontitis, yaitu inflamasi pada jaringan pengikat di dalam gusi dan pada tulang di sekitar gigi, yang umumnya berujung pada gigi tanggal.

Segera periksakan kondisi kesehatan gigi dan gusi jika terdapat gejala-gejala radang gusi. Penanganan yang cepat dan tepat akan menghindarkan penderita dari risiko komplikasi.

Penyebab Radang Gusi

Penyebab utama radang gusi atau gingivitis adalah penumpukan plak. Plak terbentuk dari kumpulan bakteri dan sisa-sisa makanan yang menempel pada permukaan gigi.

Lapisan tidak kasat mata tersebut biasanya akan hilang dengan menyikat gigi. Tetapi jika dibiarkan menempel di gigi, plak dapat mengeras dan membentuk karang gigi yang hanya bisa dibersihkan oleh dokter gigi.

Karang gigi ini memiliki lapisan luar yang lebih tebal, sehingga kuman di dalamnya akan terlindungi dan semakin berkembang biak. Kuman inilah yang akan mengiritasi lapisan gusi dan menyebabkan radang gusi.

Faktor Resiko Radang Gusi

Radang gusi bisa dialami oleh siapa saja. Berikut adalah sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena penyakit ini:

·         Kesehatan mulut yang tidak terjaga, contohnya malas menyikat gigi.

·         Merokok atau menggunakan tembakau dalam bentuk lain, misalnya tembakau kunyah. Kebiasaan ini akan menyebabkan jaringan gusi sulit untuk beregenerasi.

·         Gigi palsu dengan ukuran yang tidak pas.

·         Kekurangan nutrisi.

·         Mengidap diabetes. Penyakit ini dapat meningkatkan risiko infeksi.

·         Pengaruh usia. Risiko radang gusi makin meningkat seiring bertambahnya usia seseorang.

·         Infeksi akibat jamur dan virus tertentu.

·         Memiliki sistem kekebalan tubuh yang menurun, misalnya karena HIV atau kemoterapi.

·         Perubahan hormon, misalnya pada masa pubertas atau kehamilan.

·         Pengaruh obat-obatan tertentu.

·         Penggunaan obat-obatan terlarang.

Diagnosis Radang Gusi

Dalam mendiagnosis radang gusi, dokter terlebih dahulu akan menanyakan gejala-gejala yang dialami oleh pasien dan meninjau riwayat kesehatannya. Dokter kemudian akan memeriksa kondisi gigi serta gusi pasien untuk melihat keberadaan plak atau karang gigi, serta tanda-tanda inflamasi.

Pemeriksaan kedalaman kantong yang terbentuk di antara gigi dan gusi juga penting dalam proses diagnosis. Pada pemeriksaan ini, dokter akan memasukkan suatu alat ke dalam kantong tersebut. Normalnya, kedalaman kantong ini berkisar antara 1-3 mm. Kedalaman yang melebihi 4 mm akan menandakan adanya penyakit gusi.

Dissrankan juga Anda untuk melakukan X-ray gigi untuk melihat ada tidaknya patahan atau keropos gigi di dalam kantong gusi.

Pengobatan Radang Gusi

Apabila penyebab radang gusi adalah plak atau karang gigi, dokter akan menanganinya sesegera mungkin untuk mencegah komplikasi. Langkah ini umumnya dilakukan dengan membersihkan plak dan karang gigi secara seksama.

Jika ada gigi pasien yang berlubang atau gigi palsu yang rusak, dokter akan melakukan penambalan serta perbaikan agar kesehatan mulut bisa tetap terjaga. Proses pemeriksaan kesehatan mulut dan pembersihan gigi secara rutin juga dianjurkan.

Di samping penanganan medis, pasien dapat melakukan beberapa langkah sederhana untuk membantu proses pemulihan. Beberapa di antaranya meliputi:

·         Menyikat gigi setidaknya 2 kali sehari, terutama pagi hari setelah bangun tidur dan malam hari sebelum tidur.

·         Menggunakan sikat gigi yang lembut dan menggantinya dengan yang baru tiap 12-16 minggu.

·         Menggunakan obat kumur yang mengandung antibakteri jika dianjurkan dokter.

·         Membersihkan sela-sela gigi dengan benang gigi atau tusuk gigi. setidaknya satu kali sehari.

·         Tidak merokok atau menggunakan tembakau dalam bentuk apa pun.

Langkah-langkah tersebut juga dapat membantu mencegah kambuhnya radang gusi, sekaligus menurunkan risiko terkena penyakit ini. Selain itu, perawatan gigi atau membersihkan karang gigi oleh dokter gigi secara berkala (setidaknya 2 kali dalam setahun) juga merupakan langkah pencegahan radang gusi yang efektif.

Rabu, 07 Februari 2018

PROSTATITIS



Pengertian Prostatitis

Prostatitis adalah peradangan (inflamasi) yang terjadi pada kelenjar prostat, yaitu kelenjar yang memproduksi cairan mani yang berfungsi untuk memberi makan dan membawa sperma. Prostatitis bisa terjadi pada semua laki-laki dari segala usia, namun umumnya terjadi di bawah usia 50 tahun, berbeda dengan kanker prostat atau pembesaran kelenjar prostat yang cenderung dialami oleh pria lanjut usia.

Prostatitis dibagi menjadi empat jenis, yaitu prostatitis bakteri akut, prostatitis bakteri kronis, chronic prostatitis/chronic pelvic pain syndrome (CP/CPPS), dan asymptomatic inflammatory prostatitis. Penting untuk mengetahui jenis-jenis prostatitis ini karena penyebab dan gejalanya berbeda-beda, sehingga pengobatannya pun akan berbeda.

Penyebab Prostatitis

Berikut ini adalah sejumlah penyebab prostatitis yang dikelompokkan berdasarkan jenis-jenisnya:

·         Prostatitis bakteri akut.

Kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebar naik. Beberapa jenis bakteri yang dapat memicu terjadinya prostatitis akut antara lain E.coli dan Pseudomonas. Bakteri penyebab infeksi menular seksual seperti Neisseria gonorrhoeae yang menjadi penyebab penyakit gonore, dan Chlamydia trachomatis juga dapat menjadi penyebab infeksi. Prostatitis bakteri akut biasanya terjadi pada usia di bawah 35 tahun.

·         Prostatitis bakteri kronis.

Berbeda dengan prostatitis bakteri akut, prostatitis bakteri kronis Penyebabnya juga merupakan penyebaran infeksi dari saluran kemih, sehingga jenis bakterinya sama dengan penyebab prostatitis bakteri akut. Prostatitis bakteri kronis juga dapat dipicu oleh penyakit lain seperti tuberkulosis ginjal, HIV, dan sarkoidosis.

·         Chronic prostatitis/chronic pelvic pain syndrome (CP/CPPS).

Merupakan jenis prostatitis yang paling sering terjadi dan belum diketahui secara pasti penyebabnya. Gejala yang muncul mirip dengan prostatitis bakteri kronis, namun yang berbeda adalah pada saat pemeriksaan tidak ditemukan bakteri yang tumbuh.

·         Asymptomatic inflammatory prostatitis.

Merupakan kondisi ketika prostat meradang, namun tidak menimbulkan gejala. Asymptomatic inflammatory prostatitis dapat diketahui ketika dokter melakukan pemeriksaan kesehatan kelenjar prostat. Penyebab dari jenis prostatitis ini sama dengan prostatitis bakteri kronis.

Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami prostatitis. Di antaranya adalah:

·         Mengalami infeksi saluran kemih.

·         Memiliki riwayat prostatitis sebelumnya.

·         Mengalami cedera daerah panggul dan lipat paha.

·         Menggunakan kateter urine.

·         Menderita HIV/AIDS.

·         Pernah melakukan biopsi prostat, yaitu pengambilan sampel jaringan prostat untuk diperiksa di bawah mikroskop.

Gejala-gejala Prostatitis

Terdapat beragam gejala yang mungkin dialami oleh penderita prostatitis. Perbedaan tersebut tergantung pada jenis prostatitis yang terjadi. Di antaranya adalah:

·         Prostatitis bakteri akut

Gejala prostatitis bakteri akut biasanya muncul dengan cepat, seperti:  

a.       Demam, menggigil, nyeri sendi, dan pegal-pegal.

b.      Aliran urine lemah dan nyeri saat berkemih.

c.       Nyeri punggung bawah dan nyeri di pangkal penis atau di bagian belakang skrotum.

d.      Selalu terasa ingin buang air besar.

·         Prostatitis bakteri kronis.

Pasien dengan prostatitis bakteri kronis tidak memiliki gejala sistemik seperti demam, menggigil, pegal-pegal, dan nyeri sendi. Gejalanya yang dialami antara lain adalah:

a.       Selalu ingin buang air kecil (terutama pada malam hari) atau tidak dapat buang air kecil.

b.      Nyeri punggung bawah, daerah dubur, dan nyeri pada saat berkemih.

c.       Rasa berat di belakang skrotum.

d.      Nyeri setelah ejakulasi dan terdapat darah pada cairan semen.

·         Chronic prostatitis/chronic pelvic pain syndrome (CP/CPPS).

Gejala utama dari CP/CPPS adalah nyeri yang dirasakan lebih dari tiga bulan pada salah satu bagian tubuh, seperti penis (terutama di daerah kepala penis), bagian perut bawah atau punggung bawah, serta skrotum atau di antara skrotum dan dubur. Sedangkan untuk Gejala lainnya sama dengan gejala pada prostatitis bakteri kronis.

·         Asymptomatic inflammatory prostatitis.

Tidak ada gejala yang dirasakan, seringkali ditemukan saat pemeriksaan kesehatan pada prostat.

Diagnosis Prostatitis

Dokter akan menanyakan gejala, riwayat penyakit, dan pemeriksaan fisik sebelum menentukan diagnosis yang tepat termasuk jenis dari prostatitis. Pemeriksaan fisik yang dilakukan termasuk pemeriksaan colok dubur karena kelenjar prostat dapat diraba melalui pemeriksaan colok dubur.
Setelah itu, dokter akan melanjutkan pemeriksaan dengan metode-metode berikut ini:

·         Tes darah.

Tes ini bertujuan untuk mendeteksi tanda infeksi seperti hitung darah lengkap atau kultur kuman dari darah. Terkadang karena prostat meradang, prostate-specific antigen (PSA)yang biasa mendeteksi kanker prostat, juga dapat meningkat.

·         Tes urine.

Dokter akan mengambil sampel urine pasien untuk memeriksa tanda-tanda infeksi. Deteksi bakteri dapat dilakukan melalui kultur urine dengan meletakkan sampel urine pada medium khusus untuk melihat adanya pertumbuhan kuman dan jenis kuman yang tumbuh.

·         Prostatic massage.

Prostatic massage atau pijat prostat dilakukan saat pemeriksaan colok dubur dan bertujuan untuk memperoleh cairan sekresi dari prostat sebagai sampel untuk dianalisis. Pemeriksaan ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita prostatitis bakteri akut.

·         Pemindaian.

Pemindaian dapat dilakukan dengan USG atau CT Scan untuk memperoleh gambaran visual prostat, sehingga memudahkan diagnosis.

Pengobatan Prostatitis

Prostatitis dapat diobati dengan banyak cara dan bisa berbeda-beda, tergantung dari bakteri penyebab, gejala yang ditimbulkan, dan tingkat keparahannya. Karena itu, diagnosis yang tepat sangatlah penting sebelum menjalani pengobatan.

·         Prostatitis bakteri akut.

Pengobatan prostatitis bakteri akut biasanya membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk medapatkan antibiotik yang diberikan lewat pembuluh darah atau infus. Namun bila gejala yang dialami ringan dan tidak menimbulkan sepsis, pasien tidak perlu dirawat dan hanya diberikan antibiotik minum. Obat lain yang digunakan sebagi pendukung adalah obat penurun demam dan pereda rasa sakit. Penambahan cairan melalui infus dan pencahar juga terkadang dibutuhkan. Pemasangan kateter langsung dari dinding perut bawah yang dihubungkan dengan kandung kemih (kateter suprapubik) lebih dipilih dibandingkan dengan kateter urine yang biasa dipasang melalui penis, bila terdapat sumbatan pada saluran kemih, misalnya akibat pembengkakan prostat yang menekan saluran kemih.

·         Chronic prostatitis/chronic pelvic pain syndrome (CP/CPPS).

Pengobatan pendukung seperti anjuran untuk banyak minum, pemberian obat pencahar, obat antiinflamasi nonsteroid, atau obat alpha blockers (seperti tamsulosin) dapat diberikan. Pemberian alpha blockers bertujuan untuk mengurangi penyumbatan dan gangguan saat buang air kecil akibat pembengkakan kelenjar prostat dengan. Untuk prostatitis kronis, antibiotik diberikan selama 4 hingga 6 minggu. Bila terdapat batu pada prostat, dapat dilakukan pemotongan dan pengangkatan prostat melalui prosedur transurethral resection of prostate (TURP) atau total prostatectomy.

·         Asymptomatic inflammatory prostatitis.

Asymptomatic prostatitis tidak memerlukan pengobatan, namun perlu hati-hati dengan kemungkinan gangguan kesuburan. Tetap ikuti anjuran dokter untuk kasus ini.

Selain obat-obatan, pasien dapat dianjurkan untuk melakukan hal-hal berikut agar dapat membantu meredakan gejala prostatitis:

·         Mengurangi konsumsi makanan pedas atau asam serta minuman berkafein atau beralkohol.

·         Banyak minum air putih untuk membantu membuang bakteri dalam prostat melalui urine.

·         Menghindari aktivitas yang dapat menyebabkan iritasi pada prostat, seperti duduk dalam waktu lama atau bersepeda.

Komplikasi Prostatitis

Jika tidak segera ditangani, prostatitis dapat menyebabkan komplikasi berupa:

·         Epididimitis, yaitu radang pada saluran yang menyalurkan sperma dari testis.

·         Infeksi bakteri yang menyebar ke dalam darah (bakteremia).

·         Abses prostat.

·        Gangguan pada produksi cairan mani, serta kemandulan akibat prostatitis kronis.