Sabtu, 31 Desember 2016

GANGGUAN TIDUR




Gangguan tidur adalah kelainan yang bisa menyebabkan masalah pada pola tidur Anda, baik karena tidak bisa tertidur, sering terbangun pada malam hari, atau ketidakmampuan untuk kembali tidur setelah terbangun. Beberapa dampak yang diakibatkan oleh gangguan tidur adalah:

1.      Kelelahan.
2.      Merasa lemas.
3.      Mudah marah.
4.      Sulit untuk konsentrasi di siang hari.

Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak hal. Untuk mengetahui lebih lanjut, perhatikan penjelasan di bawah ini:

1.      Gangguan tidur pada anak-anak.

Kebutuhan tidur anak-anak dan remaja, setidaknya sembilan jam tidur tiap harinya. Terganggunya jam tidur bagi anak-anak dapat mempengaruhi performa mereka di sekolah, hubungan sosial, dan kegiatan ekstrakurikuler mereka. Untuk meningkatkan waktu tidur anak Anda, beberapa hal ini bisa dilakukan:

a.       Berikan rutinitas waktu tidur yang menenangkan untuk anak, misalnya membacakan dongeng atau mandikan dengan air hangat sebelum tidur.

b.      Tentukan waktu tidur yang pasti, baik pada hari sekolah maupun akhir pekan, dan jangan melakukan banyak perubahan.

c.       Matikan semua peralatan elektronik, seperti TV, komputer, ponsel, dan radio, satu jam sebelum jam tidur.

d.      Jangan beri makan porsi besar jika sudah mendekati jam tidur.

e.       Makanan atau minuman yang mengandung kafein sebaiknya tidak diberikan kurang dari enam jam sebelum jam tidur.

f.       Tidurkan bayi dan anak-anak saat mereka kelelahan, tapi masih terjaga. Hindari mereka tertidur di pangkuan orang tua atau di kamar lain.

g.      Pastikan suhu kamar tidur terasa sejuk dan gelap.

h.      Hindari kebisingan di sekitar rumah.

2.      Mendengkur.

Kondisi ini muncul ketika aliran udara melalui hidung dan mulut terganggu. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai alasan, seperti:

a.       Saluran hidung yang terganggu.
b.      Massa otot yang buruk di bagian tenggorokan dan lidah.
c.       Langit-langit mulut terlalu lunak.
d.      Jaringan tenggorokan terlalu tebal.

Akibat kondisi ini, Anda berisiko mengalami berbagai gangguan medis yang serius, seperti gangguan pernapasan, sering terbangun dari tidur, kurang tidur, dan muncul tekanan pada jantung.

3.      Sleep apnea atau apnea tidur.

Yaitu kondisi terganggunya pernapasan karena dinding tenggorokan yang mengalami relaksasi dan menyempit ketika kita sedang tertidur. Apnea tidur sendiri terbagi menjadi dua, apnea tidur obstruksi yang muncul akibat otot tenggorokan yang mengalami relaksasi berlebihan dan apnea tidur central yang muncul karena otak tidak mengirimkan sinyal pada otot untuk mengatur pernapasan.

Berikut ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan sendiri di rumah untuk mengatasi apnea tidur: 

a.       Berhenti merokok bagi yang memiliki kebiasaan merokok.
b.      Menurunkan berat badan jika berlebihan.
c.       Menghindari obat-obatan penenang dan obat tidur.
d.      Membatasi konsumsi minuman keras, terutama pada waktu sebelum tidur.
e.       Hindari tidur dengan posisi terlentang, usahakan untuk tidur dengan posisi miring.

4.      Insomnia.

Yaitu kondisi saat seseorang mengalami kesulitan untuk tidur atau tidak bisa tidur cukup lama sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tubuh, meski dia memiliki kesempatan untuk melakukannya.

Gejala yang dirasakan dari insomnia yang paling umum meliputi kesulitan tidur atau sering terbangun di malam hari atau dini hari. Selain itu ada beberapa gejala umum lainnya, seperti suasana hati yang mudah berubah, sulit berkonsentrasi di siang hari, dan kerap merasa kelelahan.

Insomnia bisa disebabkan karena faktor gaya hidup, kurangnya kenyamanan kamar tidur, gangguan psikologi, gangguan kesehatan fisik, atau karena efek samping obat-obatan. Pengobatan yang dilakukan pada kondisi ini disesuaikan dengan kondisi dasar yang menyebabkannya.

5.      Narkolepsi.

Kondisi ini melibatkan kelainan pada saraf yang mempengaruhi kendali seseorang tentang waktu tidur dan bangun. Orang yang mengalami narkolepsi akan mengalami gejala-gejala:

a.       Merasa mengantuk pada siang hari.
b.      Halusinasi. Kondisi ketika seseorang mengalami khayalan yang terasa jelas dan bisa menakutkan.
c.       Kelumpuhan tidur. Kondisi ketika terjadi ketidakmampuan untuk bergerak atau bicara saat hampir tertidur atau sedang bangun dari tidur. Kelumpuhan ini berlangsung selama beberapa menit.
d.      Kelemahan otot secara tiba-tiba dan ketidakmampuan mengendalikan otot tubuh.

Tidak ada penyembuhan untuk kondisi ini, obat-obatan bisa diberikan untuk meredakan gejala yang muncul. Perubahan gaya hidup, seperti menghindari minuman keras, nikotin, kafein, dan makanan berat, serta mengatur jadwal tidur dan jadwal makan, melakukan olahraga, dan membuat jadwal tidur siang selama 10-15 menit.

6.      Kelainan ritme sirkadian.

Yaitu kondisi ketika terjadi gangguan pada ritme sirkadian seseorang. Ritme sirkadian atau jam internal tubuh adalah jam biologis yang mengatur siklus di dalam tubuh manusia selama 24 jam. Ritme sirkadian inilah yang menentukan kapan kita terbangun dan kapan kita tertidur.

Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kelainan pada ritme sirkadian tubuh adalah: 

a.       Sistem kerja sif.
b.      Melintasi daerah antar zona waktu.
c.       Pengaruh obat-obatan.
d.      Kehamilan.
e.       Gangguan mental.

Kelainan ritme sirkadian ditangani sesuai dengan penyebab dasar yang mengakibatkan munculnya kondisi ini. Tujuan pengobatan yang dilakukan adalah menetapkan jadwal tidur seseorang agar dia bisa menyesuaikan diri dengan aktivitas kesehariannya.

7.      Hipersomnia.

Ini adalah kondisi ketika seseorang tidur secara berlebihan atau mengalami kesulitan untuk tetap terjaga pada siang hari. Orang yang mengalami kondisi ini bisa tertidur kapan saja, baik saat bekerja, atau saat mengemudi. Selain itu, mereka akan mengalami kekurangan energi dan kesulitan untuk berkonsentrasi.

Hipersomnia disebabkan oleh: 

a.       Obesitas atau kelebihan berat badan.
b.      Narkolepsi.
c.       Penyalahgunaan minuman keras atau narkoba.
d.      Kurang tidur di malam hari.
e.       Obat-obatan.

Untuk mengatasi kondisi ini, biasanya dokter akan memberikan resep obat-. Anda juga akan disarankan untuk tidur lebih cepat dan menghindari minuman keras dan kafein sebelum tidur.

8.      Sindrom kaki gelisah.

Kondisi ini ditandai dengan munculnya keinginan yang tidak bisa dijelaskan untuk menggerakkan kaki, terkadang disertai dengan sensasi kesemutan. Pada kebanyakan kasus, dokter tidak mengetahui apa yang menyebabkan munculnya kondisi ini, tapi mereka mencurigai faktor keturunan memiliki peran dalam terjadinya sindrom kaki gelisah.

Beberapa faktor lain yang bisa menyebabkan kondisi ini adalah: 

a.       Kehamilan.
Wanita yang hamil biasanya mengalami sindrom kaki gelisah pada tiga bulan terakhir.
b.      Penyakit kronis.
Beberapa contoh penyakit kronis yang bisa menyebabkan sindrom kaki gelisah adalah defisiensi besi, gagal ginjal, penyakit Parkinson, diabetes, neuropati perifer.
c.       Obat-obatan.
Beberapa contoh obat-obatan yang bisa menyebabkan sindrom kaki gelisah adalah obat kelompok antimual, antidepresan, antipsikotik, dan antihistamin.

9.      Sistem kerja sif.

Gangguan tidur juga bisa disebabkan oleh pekerjaan, terutama bagi Anda yang harus bekerja di malam hari atau melakukan sistem kerja sif yang berotasi. Kondisi ini akan menyebabkan Anda merasa tidak istirahat cukup meski sudah tidur cukup lama.

Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menangani gangguan tidur akibat sistem kerja sif:

a.       Tidur di ruangan yang gelap.
b.      Gunakan penutup mata dan penutup telinga untuk membuat tidur Anda makin nyaman.
c.       Gunakan kacamata gelap jika Anda pulang kerja di pagi hari setelah menjalani kerja sif malam hari.
d.      Pertahankan suhu kamar pada 18 derajat Celcius.
e.       Konsumsi makanan yang sehat.
f.       Lakukan olahraga secara teratur.
g.      Hindari mengonsumsi minuman keras atau yang mengandung kafein sebelum memasuki waktu tidur Anda.

10.  Tidur dengan gerak mata cepat atau tidur REM.

Gangguan tidur jenis ini ditandai dengan terjadinya gerakan-gerakan fisik yang jelas, mimpi buruk disertai dengan suara vokal dan terjadi secara tiba-tiba, dan disertai gerakan kaki dan tangan ketika tertidur. Kondisi ini bisa digambarkan sebagai seseorang yang bergerak sesuai dengan mimpinya.

11.  Parasomnia.

Gangguan tidur jenis ini adalah kondisi yang muncul akibat seseorang mengalami tidur gerak mata cepat atau tidur REM. Berikut beberapa bentuk dari parasomnia:

a.       Mimpi buruk.

Ini adalah kejadian pada malam hari yang bisa menimbulkan perasaan takut, kengerian, dan kecemasan. Mimpi buruk bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya sakit, rasa cemas, efek negatif dari obat-obatan, kehilangan orang yang disayangi, dan lain-lainnya.

b.      Tidur berjalan.

Ini adalah kondisi ketika seseorang akan berdiri dan berjalan selagi mereka tertidur. Pada kebanyakan kasus, tidur berjalan terjadi pada anak-anak di usia 4-8 tahun, tapi bisa juga terjadi pada orang dewasa. Mata seseorang yang tidur berjalan biasa terlihat terbuka. Jika ditanya, dia mungkin akan merespons dengan lambat atau tidak merespons sama sekali. Kondisi ini bisa disebabkan oleh jam tidur yang kacau, stres, mabuk, atau karena mengonsumsi obat-obatan penenang.

c.       Lumpuh tidur atau ketindihan.

Ini adalah kondisi seseorang yang terbangun atau sadar, tapi tidak bisa bergerak, biasanya muncul ketika seseorang sedang berada pada fase terbangun dan tidur. Anda tidak akan bisa bergerak atau bicara ketika mengalami kondisi ini selama beberapa detik atau beberapa menit.

d.      Menggeretakkan gigi.

Yaitu kondisi seseorang yang suka menggeretakkan gigi atau menggenggamkan gigi ketika tertidur. Hal ini umum terjadi. Penyebab orang menggeretakkan gigi tidak diketahui, tapi risiko kondisi ini meningkat jika orang mengalami situasi yang melelahkan, hilang atau copotnya gigi, dan karena gigitan yang aneh. Pelindung gigi bisa digunakan untuk mencegah kondisi ini.

e.       Mengompol.

Kondisi seseorang, terutama anak-anak, yang tidak bisa menahan kencing pada malam hari.Mengompol yang terjadi pada orang dewasa umumnya disebabkan oleh infeksi saluran kencing, diabetes, gangguan saraf, gangguan emosi, kelainan struktur tubuh.


GANGGUAN KEPRIBADIAN



Pengertian Gangguan Kepribadian

Gangguan kepribadian adalah suatu kondisi yang menyebabkan penderitanya memiliki pola pikir dan perilaku yang tidak sehat dan berbeda dari rata-rata orang biasanya.

Selain pola pikir yang tidak sehat, kondisi yang juga dikategorikan sebagai penyakit mental ini bisa membuat penderitanya sulit untuk merasakan, memahami, atau berinteraksi dengan orang lain. Tentu saja bisa menyebabkan masalah dalam situasi sosial. Tidak jarang hubungan penderita gangguan kepribadian dengan orang lain di lingkungan rumah, sekolah, bisnis, atau pekerjaan menjadi terbatas.

Gejala Gangguan Kepribadian Berdasarkan Jenisnya

Gangguan kepribadian dibagi menjadi tiga kelompok, pertama adalah gangguan kepribadian kelompok A. Gangguan kepribadian kelompok ini biasanya ditandai dengan gejala pemikiran dan perilaku yang aneh. Jenis-jenis gangguan kepribadian kelompok A adalah:

1.      Gangguan kepribadian skizotipal.

Selain tingkah laku yang aneh dan cara bicara mereka yang tidak wajar, penderita gangguan kepribadian jenis ini kerap terlihat cemas atau tidak nyaman dalam situasi sosial. Penderita juga kerap berkhayal, misalnya percaya bahwa dirinya memiliki kekuatan telepati yang mampu memengaruhi emosi dan tingkah laku orang lain atau percaya bahwa suatu tulisan di koran adalah sebuah pesan tersembunyi bagi mereka.

2.      Gangguan kepribadian schizoid.

Ciri utama penderita gangguan kepribadian jenis ini adalah sifat yang dingin. Mereka seperti sukar menikmati momen apa pun, tidak bergeming saat dikritik atau dipuji, dan tidak tertarik menjalin hubungan pertemanan dengan siapa pun, bahkan dengan lawan jenis. Mereka cenderung penyendiri dan menghindari interaksi sosial dengan orang lain.

3.      Gangguan kepribadian paranoid.

Ciri-ciri utama gangguan kepribadian jenis ini adalah kecurigaan dan ketidakpercayaan terhadap orang lain secara berlebihan, bahkan pada pasangan mereka juga. Mereka selalu takut bahwa orang lain akan memanipulasi atau merugikan mereka, dan mereka takut pasangan mereka akan berkhianat.

Kelompok gangguan kepribadian yang kedua adalah kelompok B. Ciri-cirinya adalah pola pikir dan perilaku yang tidak bisa diprediksi, serta emosi yang berlebihan dan dramatis. Jenis-jenis gangguan kepribadian kelompok B di antaranya adalah:

1.      Gangguan kepribadian ambang (borderline).

Orang yang menderita kondisi ini biasanya memiliki dorongan untuk menyakiti diri sendiri dan tidak stabil secara emosi.

2.      Gangguan kepribadian antisosial.

Orang yang menderita kondisi ini kerap mengabaikan norma sosial yang berlaku dan tidak memiliki rasa simpati apabila orang lain mengalami kesusahan. Penderita malah cenderung menyalahkan orang lain atas masalah yang terjadi dalam hidup mereka. Mereka gemar mengintimidasi orang lain dan tidak menyesali akibat dari perbuatan mereka tersebut. Ciri lainnya adalah ketidakmampuan mengendalikan amarah dan mempertahankan hubungan dalam jangka panjang.

3.      Gangguan kepribadian narsistik.

Orang yang menderita kondisi ini merasa yakin sekali bahwa dirinya lebih istimewa dibandingkan orang lain. Mereka cenderung arogan dan terus-menerus mengharapkan pujian dari orang lain. Mereka akan membanggakan dan melebih-lebihkan prestasi yang dicapai. Ketika merasa ada orang lain yang lebih unggul daripada mereka, penderita gangguan kepribadian narsistik akan merasa sangat iri.

4.      Gangguan kepribadian histrionik.

Orang yang menderita kondisi ini biasanya terlalu mencemaskan penampilan, cenderung dramatis dalam berbicara, dan selalu mencari perhatian. Apabila menjalin hubungan pertemanan, penderita gangguan ini akan menganggap hubungan mereka dengan temannya tersebut sangat erat, meskipun orang lain menganggapnya tidak.

Kelompok gangguan kepribadian ketiga adalah kelompok C. Meski ciri-ciri tiap gangguan yang masuk dalam kelompok ini berbeda-beda, ada satu komponen yang sama, yaitu rasa cemas dan ketakutan. Gangguan kepribadian kelompok C terdiri dari:

1.      Gangguan kepribadian dependen.

Penderita kondisi ini akan merasa sangat tergantung pada orang lain dalam hal apa pun. Mereka tidak bisa hidup mandiri dan selalu diliputi rasa takut akan ditinggalkan orang lain. Saat mereka sedang sendiri, mereka akan merasa tidak nyaman dan tidak berdaya. Akibat ketergantungan yang berlebihan ini, penderita gangguan kepribadian dependen tidak akan bisa membuat keputusan dan mengemban tanggung jawab sendiri tanpa petunjuk dan bantuan orang lain.

2.      Gangguan kepribadian menghindar.

Ciri utama pada penderita kondisi ini adalah penghindaran terhadap kontak sosial, terutama dalam kegiatan baru yang melibatkan orang asing. Tidak sama seperti gangguan kepribadian skizoid, penghindaran ini dilakukan penderita lantaran mereka malu dan tidak percaya diri. Sebenarnya mereka ingin sekali menjalin hubungan dekat, namun mereka merasa diri mereka tidak pantas untuk berbaur dan sangat khawatir mengalami penolakan.

3.      Gangguan kepribadian obsesif komplusif.

Orang yang mengalami kondisi ini bisa dikatakan ‘gila kendali’. Mereka sulit untuk bisa bekerja sama dengan orang lain dan lebih memilih untuk mengatur atau menyelesaikan tugasnya sendiri. Diakibatkan kepribadian mereka yang perfeksionis, sering kali mereka stres apabila hasil pekerjaan tidak sesuai dengan standar mereka yang tinggi. Apabila penderita gangguan ini adalah seorang atasan di kantor, maka dia tidak akan bisa mendelegasikan tugas pada bawahannya dan hasratnya untuk mengatur situasi dan pegawainya akan makin menjadi-jadi. Kepribadian penderita cenderung kaku dan gila kerja. Sering kali mereka mengabaikan teman dan jarang terlibat dalam kegiatan bersama. Mereka lebih asyik mengurus aturan-aturan, perincian, jadwal, dan mengawasi ketertiban. Gangguan kepribadian obsesif kompulsif (OCPD) berbeda dengan gangguan obsesif kompulsif (OCD). Penderita OCPD bisa menerima perilaku mereka tersebut dan tidak memandangnya sebagai penyimpangan yang perlu diubah. Sedangkan penderita OCD menyadari bahwa perilaku mereka tersebut tidak normal dan cemas akan hal itu, meski sulit bagi mereka untuk mengubahnya.

Penyebab gangguan kepribadian.

Kasus gangguan kepribadian umumnya dimulai pada usia remaja dan saat memasuki usia dewasa. Ada beberapa faktor yang diduga dapat memicu atau meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, di antaranya:

1.      Adanya kelainan pada struktur atau komposisi kimia di dalam otak.
2.      Adanya riwayat gangguan kepribadian atau penyakit mental lainnya di dalam keluarga.
3.      Menghabiskan masa kecil di dalam kehidupan keluarga yang kacau.
4.      Perasaan diabaikan sejak kanak-kanak.
5.      Mengalami pelecehan sejak kanak-kanak, baik dalam bentuk verbal maupun fisik.
6.      Tingkat pendidikan yang rendah.
7.      Hidup di tengah-tengah keluarga berekonomi sulit.

Sebagian besar para ahli berpendapat bahwa gangguan kepribadian disebabkan oleh kombinasi dari situasi-situasi atau latar belakang kehidupan yang tidak menyenangkan dengan gen yang membentuk emosi seseorang yang diwariskan dari orang tuanya.

Diagnosis Gangguan Kepribadian

Untuk mendiagnosis gangguan kepribadian, dokter mungkin akan menyarankan diadakannya evaluasi psikologis mengenai cara pasien berpikir dan bertindak, serta perasaan yang mereka rasakan. Keterangan mengenai hal ini bisa didapat dokter dengan cara bertanya langsung pada pasien atau melalui kuesioner.

Selain evaluasi psikologis, pemeriksaan fisik juga diperlukan untuk mengetahui apakah gangguan kepribadian pasien disebabkan oleh buruknya kesehatan fisik mereka. Dalam hal ini dokter mungkin akan menanyakan gejala-gejala apa saja yang dirasakan pasien atau melakukan pemeriksaan darah di laboratorium. Misalnya tes fungsi kelenjar tiroid untuk mengetahui apakah kelainan yang diderita disebabkan oleh hal tersebut.

Dan satu hal yang tidak kalah penting adalah pemeriksaan kadar alkohol atau obat-obatan terlarang di dalam tubuh pasien, sebab mungkin saja itulah yang memicu munculnya gejala-gejala gangguan kepribadian. 

Pengobatan Gangguan Kepribadian

Cara utama dalam menangani gangguan kepribadian adalah melalui terapi psikologis atau kejiwaan di bawah bimbingan psikiater dengan tujuan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengendalikan emosi serta pikirannya secara lebih baik. Penggunaan obat hanya disarankan apabila gejala-gejala yang terkait dengan gangguan kepribadian, seperti gejala psikotik, kecemasan, dan depresi, sudah memasuki level menengah atau parah. Sejumlah obat yang mungkin dipakai adalah obat-obatan penstabil suasana hati dan obat penghambat pelepasan serotonin (antidepresan).

Untuk terapi psikologis sendiri ada ragam jenisnya. Beberapa metode terapi yang mungkin dipakai untuk menangani gangguan kepribadian adalah: 

1.      Terapi perilaku kognitif.

Terapi ini bertujuan mengubah cara berpikir dan bertindak pasien ke arah yang positif. Terapi ini didasarkan kepada teori bahwa perilaku seseorang merupakan wujud dari cara berpikirnya. Artinya, jika pikiran orang tersebut negatif, maka perilakunya akan negatif, dan begitu pula sebaliknya.

2.      Terapi psikodinamik.

Terapi ini bertujuan mengeksplorasi dan membenahi segala bentuk penyimpangan pasien yang telah ada sejak masa kanak-kanak. Kondisi semacam ini terbentuk akibat pengalaman-pengalaman yang negatif.

3.      Terapi interpersonal.

Terapi ini didasarkan kepada teori bahwa kesehatan mental seseorang sangat dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan orang lain. Artinya jika interaksi tersebut bermasalah, maka gejala-gejala yang merupakan bagian dari gangguan kepribadian, seperti rasa cemas, ragu, dan tidak percaya diri, bisa terbentuk. Karena itulah tujuan utama terapi ini adalah membenahi segala macam masalah yang terjadi di dalam interaksi sosial pasien.