Pengertian
Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul
akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga
penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya
pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang.
Gambaran diagnosis etiologis dapat ditegakkan
dari petunjuk patofisiologi, patogenesis, gejala klinis, pemeriksaan
laboratorium, diagnosis banding, penatalaksanaan dan terapi. Beberapa zat gizi
diperlukan dalam pembentukan sel darah merah. Yang paling penting adalah zat
besi, vitamin B12 dan asam folat, tetapi tubuh juga memerlukan sejumlah kecil
vitamin C, riboflavin dan tembaga serta keseimbangan hormone, terutama
eritroprotein. Tanpa zat gizi dan hormone tersebut, pembentukan sel darah merah
akan berjalan lambat dan tidak mencukupi, dan selnya bisa memiliki kelainan
bentuk dan tidak mampu mengangkut oksigen sebagaimana mestinya.
Anemia jenis ini umum terjadi pada orang di segala usia, termasuk anak-anak, dengan penderita wanita lebih banyak dibanding pria. Sebagian besar kasus anemia terjadi di negara yang masih berkembang termasuk Indonesia. Anemia defisiensi besi adalah salah satu jenis anemia yang paling umum.
Anemia di Indonesia
Indonesia adalah negara dengan
tingkat kasus anemia cukup tinggi. Kekurangan zat besi menjadi salah satu
masalah nutrisi terbesar di Indonesia. Anak-anak, ibu hamil dan wanita yang
berada pada masa subur memiliki risiko tertinggi menderita anemia.
Berikut ini adalah beberapa penyebab
anemia di Indonesia:
·
Malanutrisi
atau gizi buruk adalah penyebab anemia nomor satu di Indonesia. Asupan zat besi
orang Indonesia masih kurang karena kurangnya asupan yang bersumber dari
nutrisi hewani. Nasi dan bahan nabati menjadi bahan makanan utama sehari-hari
orang Indonesia, padahal daging juga diperlukan karena memiliki kandungan zat
besi yang tinggi. Keragaman menu makanan memiliki peran penting dalam asupan
zat besi yang cukup.
·
Kebiasaan
minum teh dan kopi di kalangan orang Indonesia juga berpengaruh kuat dalam
tingginya tingkat anemia di Indonesia. Teh dan kopi mengandung zat yang bisa
menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh manusia.
·
Indonesia
juga termasuk dalam kelompok negara-negara dengan penderita talasemia yang
tinggi. Talasemia adalah penyakit genetik atau keturunan yang mengakibatkan penderitanya
mengalami kekurangan hemoglobin dan sel darah merah. Hal ini yang sering
menyebabkan terjadinya kondisi anemia.
·
Di
Indonesia, banyak orang yang mengonsumsi obat-obatan antasida akibat sakit
maag atau masalah dengan asam lambung. Antasida yang dikonsumsi
sebelum makan akan mengurangi produksi asam lambung, tapi hal ini justru
berdampak pada turunnya penyerapan zat besi.
Wanita yang mengalami haid
berlebihan cenderung menderita anemia. Hal ini terjadi karena banyaknya darah
yang terbuang, inilah yang menjadi penyebab anemia pada wanita di masa subur.
Anemia juga umum terjadi pada wanita
hamil. Pada masa hamil, kebutuhan zat besi wanita meningkat karena janin dalam
kandungannya turut menyerap zat besi dan vitamin agar dapat tumbuh secara
normal.
Penyebab Anemia Defiensi Besi
Terdapat
banyak faktor yang bisa menyebabkan anemia defisiensi besi. Berikut ini adalah
faktor-faktor yang menyebabkan beserta penjelasannya.
·
Sel
sabit.
Anemia sel sabit
ini disebabkan faktor genetik. Kondisi di mana terdapat banyak sel darah merah
yang cacat, sehingga tidak bisa membawa cukup banyak oksigen ke seluruh
tubuh. Hemoglobin yang cacat akan membuat sel darah merah berubah bentuk
ketika oksigen dilepaskan ke jaringan tubuh. Normalnya bentuk sel darah merah
adalah bentuk koin dengan lapisan tengah lebih tipis daripada pinggirnya. Pada
anemia ini sel darah merah akan berubah menyerupai sabit, lebih mudah pecah,
dan menggumpal. Anemia jenis ini tidak memiliki obat, penanganan yang
dilakukan untuk meredakan gejala dan juga mencegah gangguan lain yang menyertai
kondisi ini.
·
Malanutrisi.
Kurangnya asupan
zat besi dalam makanan menjadi penyebab anemia nomor satu di Indonesia.
Jarangnya memvariasikan menu makanan menjadi faktor utama yang menyebabkan
anemia. Penderita anemia perlu meningkatkan jumlah konsumsi makanan yang kaya
akan zat besi dan membuat menu makanan yang memenuhi konsep ‘pedoman gizi
seimbang’. Makanan seperti bayam, tahu, brokoli, ikan, dan daging merah
memiliki kandungan zat besi yang tinggi.
·
Talasemia.
Talasemia adalah
penyakit genetik yang menyebabkan penderitanya memproduksi hemoglobin yang
cacat dan mudah rusak. Tingkat penderita talasemia di Indonesia cukup tinggi
dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Jika tidak ditangani atau
dikendalikan dengan baik, penderita talasemia berisiko tinggi untuk mengalami
anemia.
·
Masa
kehamilan dan kebutuhan zat besi yang meningkat.
Masa kehamilan adalah waktu yang
paling riskan bagi wanita untuk terkena anemia defisiensi besi. Ada beberapa
wanita hamil membutuhkan suplemen penambah zat besi. Ada juga wanita yang hanya
perlu meningkatkan jumlah zat besi dalam menu makanannya. Pada saat hamil,
kebutuhan zat besi wanita meningkat karena pertumbuhan janin membutuhkan zat
besi yang diserapnya dari darah sang ibu.
Perdarahan yang berlebihan pada saat melahirkan juga bisa
memicu munculnya anemia defisiensi besi pada wanita.
·
Pendarahan
berlebihan saat menstruasi.
Menstruasi atau
haid adalah penyebab yang umum dari anemia defisiensi besi pada wanita yang
berada dalam masa produktif atau subur. Anemia akan muncul ketika terjadi
perdarahan secara berlebihan pada beberapa siklus menstruasi. Kondisi ini lebih
dikenal dengan istilah menorrhaqia.
·
Makanan
dan obat-obatan yang menghambat penyerapan zat besi.
Kebiasaan
orang Indonesia yang suka mengonsumsi teh dan kopi bisa menghambat penyerapan
zat besi ke dalam tubuh. Cokelat memiliki dampak yang sama dalam menghambat
penyerapan zat besi. Jenis-jenis makanan ini mengandung zat tanin, oxalate dan phytate yang
menghalangi proses penyerapan zat besi di sistem pencernaan tubuh.
Obat sakit maag yang dikenal sebagai antasida
juga memiliki efek yang sama. Antasida dapat mengurangi produksi asam lambung,
padahal agar dapat diserap oleh usus, kandungan zat besi di dalam makanan perlu
dipaparkan asam lambung terlebih dahulu.
·
Efek
samping obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS).
Selain itu,
pemakaian ibuprofen dan aspirin dalam jangka panjang juga bisa
menyebabkan pendarahan pada sistem pencernaan. Kedua obat ini digolongkan dalam
obat anti inflamasi non steroid (OAINS). OAINS memiliki efek samping yang bisa
menyebabkan tukak atau luka pada dinding lambung. Jika dibiarkan, luka pada
lapisan dinding lambung bisa mengalami pendarahan terus-menerus dan secara
perlahan-lahan, sehingga akhirnya menyebabkan anemia.
·
Malabsorpsi.
Malabsorpsi
adalah kondisi ketika tubuh tidak bisa menyerap nutrisi termasuk zat besi dari
makanan yang dicerna tubuh. Kondisi malabsorpsi juga bisa menyebabkan anemia
defisiensi besi. Malabsorpsi contohnya bisa terjadi dalam kondisi berikut ini:
a.
Penderita
penyakit celiac atau intoleransi terhadap gluten.
b.
Intoleransi
usus terhadap bahan makanan tertentu seperti laktosa dalam susu.
c.
Penderita
penyakit Crohn.
d.
Penderita
kolitis ulseratif.
e.
Pascaoperasi
pengangkatan bagian lambung yang dikenal sebagai gastrektomi.
·
Infeksi
cacing tambang.
Cacing tambang
adalah parasit yang hidup di dalam usus halus manusia. Banyak orang yang
terinfeksi cacing tambang dan tidak menyadarinya, karena kondisi ini tidak
memiliki gejala yang signifikan. Cacing tambang menyerap dan mencerna sel darah
merah dari dinding usus halus. Infeksi yang parah bisa menyebabkan kehilangan
selera makan, penurunan berat badan, kelelahan, dan anemia defisiensi besi.
Jika dibiarkan, infeksi cacing tambang pada akhirnya bisa mengganggu
perkembangan mental, intelektual dan kognitif anak.
Selain penyebab yang sudah disebutkan di atas,
terdapat beberapa faktor yang membuat orang terkena anemia defisiensi besi:
·
Kecelakaan motor atau mobil bisa membuat
seseorang kehilangan banyak darah. Diperlukan beberapa waktu agar tingkat sel
darah merah dan persediaan zat besi tubuh korban kecelakaan dapat pulih
kembali.
·
Mendonorkan darah terlalu sering dan
dalam jumlah yang besar bisa menyebabkan anemia.
·
Latihan ketahanan fisik.
·
Orang yang tidak mengonsumsi daging atau
vegetarian juga lebih berisiko mengalami anemia defisiensi besi.
Anemia juga bisa terjadi pada orang yang
mimisan secara berlebihan atau sering. Terutama pada orang lanjut
usia, anemia bisa terjadi akibat gagal ginjal kronis , kanker perut, dan kanker
usus besar.
Gejala Anemia Defisiensi Besi
Tingkat
gejala anemia tergantung kepada seberapa cepat cadangan zat besi tubuh menurun.
Ada penderita yang mengalami hampir semua gejala, sedangkan ada beberapa yang
hanya merasa lelah.
Berikut adalah gejala-gejala anemia yang umum terjadi:
·
Mudah
atau lebih cepat lelah.
·
Mudah
tersinggung.
·
Kurang
berenergi.
·
Muka
pucat.
·
Sesak
napas.
·
Sulit
berkonsentrasi atau berpikir.
·
Pusing
dan sakit kepala.
·
Kaki
dan tangan terasa dingin.
·
Sensasi
kesemutan pada kaki.
·
Lidah
membengkak atau terasa sakit.
·
Sistem
kekebalan tubuh menurun sehingga rentan terkena infeksi.
·
Sakit
pada dada.
·
Jantung
terasa berdetak dengan cepat.
Tanda-tanda lain yang bisa muncul
akibat anemia adalah kuku menjadi mudah patah, rambut rontok, dan nafsu
makan yang menurun.
Tes
darah bisa dilakukan untuk memastikan diagnosis anemia. Tes darah juga bisa
menunjukkan jika ada kekurangan zat besi atau zat lain yang diperlukan
dalam memproduksi sel darah merah yang sehat. Segera temuilah dokter jika
mengalami gejala-gejala seperti di atas.
Diagnosis Anemia
Defiensi Besi
Tes darah seseorang yang menderita anemia akibat kekurangan zat besi akan menunjukkan hasil seperti berikut ini:
·
Tingkat sel darah merah di bawah normal.
·
Volume sel darah merah yang lebih kecil.
·
Tingkat hemoglobin di bawah normal.
·
Tingkat feritin di bawah normal.
Feritin adalah protein yang menyimpan zat besi dalam
tubuh. Jika tingkat feritin di bawah normal, berarti persediaan zat besi telah
digunakan dan tidak ada banyak zat besi yang tersedia lagi.
Bagi penderita wanita yang mengalami menstruasi berlebihan atau menorrhagia, disarankan untuk melakukan pemeriksaan daerah panggul untuk melihat apakah ada tanda infeksi atau penyebab perdarahan. Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan prosedur ultrasound.
Jika sudah dipastikan Anda menderita anemia defisiensi besi, Anda mungkin akan diminta jalani pemeriksaan endoskopik dan kolonoskopi. Endoskopi dilakukan untuk melihat sumber perdarahan di dalam kerongkongan dan juga bagian dalam lambung. Sedangkan kolonoskopi dilakukan untuk memeriksa sumber perdarahan di sekitar dinding dalam usus besar.
Pemeriksaan Laboratarium Anemia Defiensi Besi
Kelainan
laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai adalah:
·
Kadar
hemoglobin dan indeks eritrosit.
Didapatkan
anemia hipokrom mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan
sampai berat. MCV, MCHC dan MCH menurun. MCH < 70 fl hanya didapatkan pada
anemia difisiensi besi dan thalassemia mayor. RDW (red cell distribution
width) meningkat yang menandakan adanya anisositosis.Indeks eritrosit
sudah dapa mengalami perubahan sebelum kadar hemoglobin menurun.
Kadar hemoglobin
sering turun sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala anemia yang mencolok
karena anemia timbul perlahan-perlahan. Apusan darah menunjukkan anemia hipokromik
mikrositer, anisositosis, poikilositosis, anulosit, sel pensil,
kadang-kadang sel target. Derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus
dengan derajat anemia, berbeda dengan thalassemia. Leukosit dan trombosit
normal. Retikulosit rendah dibandingkan derajat anemia. Pada kasus ankilostomiasis
sering dijumpai eosinofilia.
·
Apus
sumsum tulang.
Hiperplasia eritropoesis, dengan
kelompok-kelompok normo-blast basofil. Bentuk pronormoblast-normoblast
kecil-kecil, sideroblast.
·
Kadar
besi serum menurun <50 mg/dl, total iron binding capacity (TIBC) meningkat
>350 mg/dl, dan saturasi transferin < 15%.
·
Feritin
serum.
Sebagian kecil
feritin tubuh bersirkulasi dalam serum, konsentrasinya sebanding dengan
cadangan besi jaringan, khususnya retikuloendotel. Pada anemia defisensi besi,
kadar feritin serum sangat rendah, sedangkan feritin serum yang meningkat
menunjukkan adanya kelebihan besi atau pelepasan feritin berlebihan dari
jaringan yang rusak atau suatu respons fase akut, misalnya pada inflamasi.
Kadar feritin serum normal atau meningkat pada anemia penyakit kronik.
·
TIBC (Total Iron Banding Capacity)
meningkat.
·
Feses.
Telur
cacing Ankilostoma duodenale / Necator
americanus.
·
Pemeriksaan lain.
Endoskopi,
kolonoskopi, gastroduodenografi, colon in loop, pemeriksaan ginekologi.
Pengobatan Anemia Defiensi Besi
Bagi penderita anemia defisiensi besi yang disebabkan kurangnya asupan nutrisi, Anda bisa menemui dokter spesialis gizi. Mereka bisa membantu dalam menentukan menu makanan yang kaya akan asupan zat besi.
·
Meningkatkan asupan zat besi dari menu makanan.
Perubahan menu makanan, baik jenis dan jumlahnya,
sangat penting dalam penanganan untuk anemia. Walaupun nasi termasuk dalam
makanan pokok kita, kita perlu mengonsumsi nutrisi dari jenis makanan lainnya.
Kita bisa mengurangi takaran nasi dan menambahkan makanan yang lebih kaya akan
zat besi seperti bayam, daging sapi, dan hati ayam.
Wanita hamil disarankan untuk meningkatkan asupan
zat besinya. Bayi di dalam kandungan membutuhkan pasokan darah dan zat besi
yang cukup. Penambahan zat besi bisa berasal dari makanan atau pun suplemen
penambah zat besi.Tanyakan kepada dokter kandungan tentang dosis dan aturan
pakai obat suplemen yang bisa Anda konsumsi.
Makanan yang kaya akan vitamin C juga
membantu penyerapan zat besi. Makanan yang kaya akan vitamin C adalah brokoli,
jeruk, kiwi, tomat dan paprika merah.
Berikut ini daftar makanan dengan sumber zat besi
yang baik:
1.
Hati ayam dan hati sapi.
2.
Kacang-kacangan seperti kacang hitam, kacang hijau,
kacang merah.
3.
Tahu dan tempe.
4.
Makanan laut atau boga bahari seperti tiram, kerang dan
ikan.
5.
Sayuran hijau seperti bayam dan brokoli.
6.
Daging merah tanpa lemak.
7.
Buah kering seperti kismis dan aprikot.
Carilah bahan makanan yang sudah difortifikasi atau
dilengkapi dengan zat besi.
Dalam langkah membasmi kekurangan zat besi,
pemerintah telah mendorong persediaan beras dan terigu yang kandungan zat
besinya lebih tinggi.
·
Mengonsumsi suplemen penambahan zat besi.
Suplemen
penambah zat besi yang paling sering dianjurkan adalah zat besi sulfat.
Suplemen ini berbentuk tablet dan biasanya diminum dua hingga tiga kali sehari.
Untuk penderita sakit maag, suplemen penambah zat
besi ini harus dikonsumsi dua jam sebelum atau empat jam sesudah mengonsumsi
obat antasida. Ini karena obat antasida dapat menghambat penyerapan zat besi.
Jika tidak mampu mengonsumsi melalui mulut, maka penderita bisa memasukkan
suplemen penambah zat besi melalui infus.
Di beberapa wilayah di Indonesia, suplemen
penambah zat besi disediakan oleh pemerintah secara gratis untuk para ibu
hamil.
·
Transfusi sel darah merah (RBC).
Pasien yang mengalami gejala parah anemia
defisiensi besi dan terancam keselamatan jiwanya, harus segera mendapatkan
penanganan transfusi sel darah merah (RBC). Sebab, jika ditangani dengan
suplemen penambah zat besi tubuh penderita membutuhkan waktu lebih banyak untuk
menyerap zat besi. Transfusi sel darah merah bisa menyelamatkan nyawa penderita
anemia defisiensi besi parah. Perawatan dengan suplemen zat besi baru
akan dilakukan begitu kondisi penderita sudah stabil.
·
Mengurangi makanan dan obat-obatan penghambat
penyerapan zat besi.
Kebiasaan orang Indonesia yang suka mengonsumsi
minuman berbahan dasar teh juga menjadi salah satu faktor banyaknya kasus
anemia di Indonesia. Teh mengandung zat yang bisa menghambat penyerapan zat
besi pada tubuh manusia. Berikut ini adalah daftar makanan dan minuman lain
yang bisa menghambat penyerapan zat besi:
1.
Makanan dengan kandungan kalsium yang tinggi seperti
susu dan yogurt.
2.
Daun kemangi.
3.
Daun seledri.
4.
Daun mint.
5.
Cokelat.
6.
Kopi.
7.
Buah-buah beri seperti stroberi dan bluberi.
8.
Kacang kenari.
Terdapat beberapa obat-obatan yang bisa mengganggu
penyerapan zat besi oleh tubuh seperti antasida dan proton pump
inhibitor (PPI) yang mengobati sakit maag dan melancarkan sistem
pencernaan.
·
Mencegah tukak lambung akibat obat
Anti-inflamasi Non-steroid (OAINS).
Mereka yang mengonsumsi OAINS secara teratur dalam
jangka panjang perlu mewaspadai terjadinya efek samping tukak lambung. Tukak
lambung muncul ketika terjadi erosi atau luka pada lapisan dinding lambung.
Luka ini bisa berdarah secara perlahan-lahan sehingga akhirnya tubuh kekurangan
sel darah merah dan persediaan zat besi. Setelah beberapa waktu, jika tukak
dibiarkan, anemia pun terjadi. Oleh karena itu, mereka yang mengonsumsi OAINS
dianjurkan untuk mengonsumsinya bersamaan dengan makanan, mengurangi konsumsi
minuman keras dan merokok, serta mengonsumsi obat antasida. Semua ini bertujuan
untuk mencegah terbentuknya tukak lambung.
·
Mengobati infeksi cacing tambang.
Anemia
akibat infeksi cacing tambang terjadi karena cacing parasit ini mengonsumsi
darah Anda. Selain anemia, cacing tambang juga bisa menyebabkan komplikasi
seperti malanutrisi, sehingga menghambat pertumbuhan pada anak. Pada wanita
hamil, cacing tambang bisa mengakibatkan kelahiran prematur dan berat bayi
rendah saat lahir.
Pengobatan cacing tambang bertujuan menghilangkan
infeksi yang ada, meningkatkan nutrisi, dan mengobati komplikasi dari anemia.
Dokter akan memberikan resep obat cacing yang menghancurkan parasit, seperti
albendazole dan mebendazole. Kedua obat itu digunakan untuk mengatasi infeksi
cacing. Pengobatan biasanya diberikan sekitar satu sampai tiga
hari. Penderita anemia akan diberi tambahan resep suplemen penambah zat
besi.
·
Mengobati talasemia.
Talasemia adalah penyakit genetik
atau keturunan yang mengakibatkan penderitanya mengalami kekurangan hemoglobin
dan sel darah merah. Indonesia juga termasuk dalam kelompok negara-negara
dengan penderita talasemia yang tinggi.
Penderita talasemia perlu mengontrol tingkat darah dan
hemoglobinnya untuk menjaga agar tidak terjadi anemia yang berkelanjutan.
Penambahan suplemen dan obat-obatan akan dianjurkan jika memang terjadi anemia.
Komplikasi Anemia Defiensi Besi
Jika anemia defisiensi besi tidak ditangani dengan
tepat, pada akhirnya bisa menyebabkan komplikasi penyakit lain.
Kekurangan zat besi berdampak buruk kepada sistem kekebalan tubuh manusia.
Inilah yang membuat Anda lebih mudah terserang penyakit lainnya.
Bagi ibu hamil, anemia meningkatkan risiko komplikasi pada ibu dan janinnya. Komplikasi yang bisa terjadi contohnya adalah keguguran, pertumbuhan janin yang lambat atau tidak normal, dan lahir prematur.
Di
Indonesia, anemia merupakan penyakit kronis atau jangka panjang. Gizi yang
kurang lengkap menjadi penyebab terjadinya anemia kronis, dan akibatnya, komplikasi
yang terjadi cukup mengkhawatirkan.
·
Pada
anak kecil.
Anemia berkelanjutan pada anak-anak
akan sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka di masa mendatang. Komplikasi
yang paling ditakutkan adalah proses pertumbuhan dan perkembangan mereka yang
terhambat. Tanpa nutrisi dan oksigen yang cukup, perkembangan mental,
intelektual dan kemampuan kognitif anak bisa terhambat. Energi dan kemampuan
anak untuk beraktivitas fisik juga berkurang jika sedang mengalami anemia. Pada
akhirnya, semua ini bisa berdampak buruk pada fungsi emosi dan sosial mereka.
Perilaku dan performa akademik anak pun lebih tertinggal dibanding anak-anak
seusia yang tidak mengalami anemia.
Selain itu, anemia juga menyebabkan turunnya pertahanan
kekebalan tubuh. Anak yang menderita anemia pun menjadi rentan terserang
berbagai macam infeksi.
Untuk mencegah terjadinya anemia pada anak, khususnya bayi,
berikan mereka ASI atau susu formula yang sudah difortifikasi zat besi selama
satu tahun pertama. Setelah satu tahun pertama, jangan memberikan susu melebihi
700 mililiter per hari. Karena konsumsi susu yang terlalu banyak akan
menggantikan makanan lain yang mungkin kaya akan kandungan zat besi. Susu sapi
murni bukanlah sumber zat besi yang bagus bagi bayi, jika mereka masih di bawah
satu tahun, pemberian susu sapi tidak dianjurkan.
·
Pada
wanita hamil.
Anemia
defisiensi besi pada wanita hamil sangat berkaitan dengan angka kematian ibu.
Anemia pada wanita hamil patut diwaspadai. Komplikasi yang dialami wanita yang
sedang hamil bisa berakibat fatal, baik pada ibu maupun janinnya. Anemia pada
wanita hamil bisa mengakibatkan:
1.
Pertumbuhan
bayi yang terhambat.
2.
Kelahiran
bayi secara prematur.
3.
Bayi
terlahir dengan berat badan rendah.
4.
Bayi
menjadi lebih rentan terserang infeksi ketika lahir.
5.
Kematian
bayi dalam kandungan bisa terjadi pada kondisi anemia yang parah.
·
Pada
orang dewasa.
Anemia
defisiensi besi juga memiliki efek yang berbahaya pada orang dewasa jika
dibiarkan berlarut-larut. Orang yang menderita anemia mudah merasa lelah dan
kurang berenergi. Ini berarti tingkat produktivitasnya akan berkurang. Orang
tersebut juga akan lebih mudah terserang penyakit akibat kekebalan tubuh yang
lemah.
Anemia yang berlarut-larut bisa mengakibatkan
kerusakan pada berbagai organ seperti ginjal, jantung dan paru-paru. Penyakit
jantung juga diperburuk jika anemia tidak diobati. Pada kasus yang
parah, gagal jantung bisa terjadi.
Periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami
gejala-gejala anemia defisiensi besi. Pengobatan dan penanganan secara dini
dapat membantu pemulihan dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar