Pengertian
Epidermolisis Bulosa
Meskipun beberapa orang dengan bentuk ringan dari kondisi tersebut tidak mengembangkan tanda dan gejala hingga masa remaja atau awal masa dewasa. Bentuk ringan epidermolysis bullosa dapat membaik seiring bertambahnya usia. Tetapi untuk bentuk yang parah dapat menyebabkan komplikasi serius dan dapat berakibat fatal.
Kulit yang melepuh di bagian luar maupun dalam tubuh merupakan reaksi dari gesekan ketika menggosok, garukan, terpapar hawa panas, atau cedera kecil. Kondisi ini umumnya berkembang pada bayi dan anak-anak, dan bisa juga muncul pada masa remaja atau remaja dewasa.
Epidermolisis bulosa yang ditemukan pertama kali oleh Koebner pada tahun 1886, merupakan suatu penyakit genetik yang diturunkan dan ditandai dengan terbentuknya lepuh jika terkena trauma fisik (seperti luka lecet, gesekan terus menerus, dll). Namun, pada beberapa kasus, dapat pula ditemukan epidermolisis bulosa yang didapat (tidak diturunkan).
Para medis mengungkapkan banyak bayi yang yang meninggal setelah mengalami infeksi atau masalah pernapasan lain setelah lepuhan ini berkembang mempengaruhi saluran pernapasannya.
Penyebab
Epidermolisis Bulosa
Variasi tersebut kemudian mengklasifikasikan epidermolisis bulosa menjadi beberapa jenis seperti:
1.
Epidermolisis bulosa simplek.
Disebabkan oleh cacat pada gen yang memproduksi
keratin, menyebabkan lepuh muncul di epidermis, biasanya di telapak kaki dan
telapak tangan. Kondisi ini umumnya berkembang ketika dilahirkan atau beberapa
tahun pertama usia bayi dan diduga berasal dari ayah atau ibu. Epidermolisis
bulosa simpleks lebih banyak ditemui dibandingkan jenis lainnya.
2.
Epidermolisis bulosa distropik.
Disebabkan oleh cacat pada gen yang memproduksi
kolagen, yaitu gen yang menyatukan kulit dengan semestinya. Gejala yang muncul
bisa bervariasi dari ringan hingga parah. Kondisi ini umumnya diketahui ketika
lahir atau di masa kanak-kanak.
3.
Epidermolisis bulosa junctional.
Disebabkan oleh cacat pada gen yang memproduksi
serat seperti benang yang mengikat epidermis dengan membran basal, menyebabkan
pemisahan jaringan dan lepuh yang muncul di lapisan kulit bagian dalam. Kondisi
ini biasanya parah dan langsung disadari ketika bayi lahir, memicu
gejala-gejala berupa tangisan serak akibat lepuh dan terbentuknya jaringan
parut di pita suara. Kedua orang tua diduga mewarisi gen ini kepada anak, walau
keduanya tidak menampakkan gejala dari Epidermolisis bulosa.
4.
Sindrom kindler.
Pada kondisi ini, lepuh berkembang di seluruh
lapisan kulit, menyebabkan perubahan warna pada kulit yang terpapar sinar
matahari dan umumnya muncul ketika lahir atau tidak lama sesudah dilahirkan.
Kondisi ini tergolong jarang dan biasanya akan membaik atau menghilang seiring
waktu. Sindrom Kindler adalah jenis epidermolisis bulosa yang sifatnya resesif.
5.
Epidermolisis bulosa acquisita.
Kondisi langka ini berbeda dengan epidermolisis
bulosa lainnya karena bukan merupakan penyakit turunan melainkan akibat adanya
kelainan atau gangguan pada sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan
tubuh sendiri yang masih sehat. Kulit melepuh biasanya muncul di tangan, kaki,
dan membran mukosa, atau lapisan kulit dalam.
Gejala
Epidermolisis Bulosa
Pada beberapa kasus epidermolisis bulosa, lepuh
tidak muncul dan terlihat di permukaan namun di dalam rongga mulut atau usus.
Gejala kemungkinan baru muncul setelah bayi mulai berjalan atau bisa melakukan
aktivitas fisik yang memicu pergesekan kaki.
Beberapa gejala yang mungkin ada pada penderita
epidermolisis, antara lain:
1. Penebalan
kulit telapak tangan dan kaki.
2. Ada
benjolan kecil berwarna putih yang menyerupai jerawat, bernama milia.
3. Kulit
yang tampak tipis atau kondisi pembentukan jaringan parut atropik.
4. Kulit
mudah melepuh dan berisi cairan akibat gesekan, khususnya di lengan dan kaki.
5. Kelainan
bentuk atau kehilangan kuku jari tangan dan kaki.
6. Lepuh
serta jaringan parut di kulit kepala dan kerontokan rambut.
7. Lepuh
yang muncul di pita suara, esofagus, dan saluran udara atas.
8. Kesulitan
menelan.
9. Terganggunya
kesehatan gigi, seperti berlubang akibat terbentuknya enamel buruk.
10. Kesulitan
menelan.
11. Menunjukkan
gejala infeksi, seperti badan hangat, memerah, demam atau panas dingin, kulit
yang bengkak atau sakit, serta memiliki aroma tidak sedap yang berasal dari
luka.
Diagnosis Epidermolisis
Bulosa
Dermatologis mungkin akan langsung mengenali kondisi kulit penderita sebagai gejala epidermolisis bulosa, namun tes penunjang tetap diperlukan untuk memastikan diagnosis. Tes laboratorium yang mungkin dilakukan, yaitu:
1.
Tes genetik.
Tes ini dilakukan mengingat sebagian besar jenis epidermolisis
bulosa diturunkan dari orang tua kepada anak. Sejumlah kecil darah akan diambil
untuk dites dan memastikan diagnosis epidermolisis bulosa.
2.
Biopsi kulit.
Untuk pemetaan imunofluoresens dengan cara
mengambil sebagian kecil kulit untuk diperiksa lapisan dan kandungan
proteinnya. Tes prenatal dan konseling genetik sangat disarankan untuk
dilakukan orang-orang yang memiliki riwayat keluarga penderita epidermolisis
bulosa.
Pengobatan
Epidermolisis Bulosa
Sebuah tim yang beranggotakan dokter, perawat, dan tenaga medis profesional dari beragam spesialisasi akan terlibat di dalam proses pengobatan epidermolisis bulosa.
Pengobatan epidermolisis bulosa sendiri memiliki beberapa langkah penanganan yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Pemberian
obat-obatan.
Untuk
mengendalikan rasa gatal dan sakit serta mencegah komplikasi. Tablet minum
antibiotik adalah salah satu jenis obat yang akan diberikan jika penderita
menunjukkan gejala infeksi, seperti demam dan kelenjar getah bening yang
membengkak. Tablet minum lain yang mungkin diberikan adalah obat antiradang
golongan kortikosteroid untuk mengurangi sakit akibat kesulitan menelan.
2.
Prosedur operasi.
Mungkin dilakukan untuk memperbaiki fungsi organ
yang terganggu akibat kondisi ini atau meningkatkan kemampuan tubuh mengonsumsi
makanan yang sehat dan berimbang. Prosedur operasi terdiri dari:
a.
Melebarkan esofagus.
Penyempitan esofagus yang disebabkan oleh munculnya
lepuh dan jaringan parut dapat membuat penderita merasa kesulitan makan.
Pengobatan melalui jalan operasi dilakukan untuk memudahkan makanan masuk ke
perut dan bisa dicerna tubuh. Operasi dilakukan dengan cara memasukkan sebuah
balon ke dalam esofagus, lalu dikembangkan/ditiup untuk melebarkan area itu.
b.
Memulihkan kemampuan gerak (mobilitas) organ tubuh.
Lepuh dan jaringan parut yang terus-menerus muncul
akan memicu perubahan bentuk pada sendi organ, misalnya jari yang menyatu atau
bengkok sehingga mengganggu pergerakan normal.
c.
Pemasangan gastrostomi.
Tabung gastronomi adalah tabung yang dimasukkan
dari dinding luar perut langsung ke dalam lambung. Tabung ini bertujuan
membantu tubuh tetap mendapatkan asupan nutrisi yang dibutuhkannya bila pasien sulit
menelan dan membantu penambahan berat badan yang direkomendasikan dokter.
Penderita yang masih dapat melanjutkan makan dengan menggunakan mulutnya jika
sudah memungkinkan.
d.
Transplantasi kulit.
Sebagian penderita membutuhkan prosedur ini untuk
mengobati luka akibat epidermolisis bulosa.
3.
Terapi rehabilitasi.
Dapat membantu penderita memulihkan pergerakan
tubuhnya yang terbatas atau terganggu akibat munculnya jaringan parut atau
memendeknya kulit karena epidermolisis bulosa. Salah satu terapi yang digunakan
adalah berenang untuk mempertahankan mobilitas tubuh. Terapi ini juga akan
membantu penderita melakukan aktivitasnya sehari-hari dengan aman dan nyaman.
Terdapat juga prosedur-prosedur
pengobatan epidermolisis
bulosa lain yang hingga kini masih diteliti
oleh para ahli, antara lain terapi gen, transplantasi sumsum tulang,
penggantian protein, dan terapi berbasis sel. Tanyakan kepada dokter Anda
mengenai perkembangan prosedur pengobatan terkini yang bisa digunakan untuk
mengobati epidermolisis bulosa.
Merawat seorang penderita epidermolisis
bulosa di rumah membutuhkan pengetahuan
yang memadai akan penyakit ini dan cara menangani kulit melepuh atau luka yang
muncul. Lepuh yang dibiarkan dapat melebar dan menciptakan luka yang lebih
besar ketika pecah.
Konsultasikan kepada dokter dalam
mencari tahu cara memecahkan dan mengeringkan lepuh agar tidak melebar serta
produk-produk yang bisa digunakan untuk menyembuhkan, melembapkan, dan mencegah
infeksi.
Berikut adalah beberapa langkah
merawat dan membalut luka atau kulit yang terkena epidermolisis
bulosa:
1. Anak
yang besar atau dewasa dapat mengonsumsi obat pereda sakit yang diresepkan
dokter kira-kira 30 menit sebelum penggantian perban dilakukan. Penderita yang
tidak merespons terhadap obat pereda sakit dapat menggunakan obat antikejang.
Konsultasikan kepada dokter sebelum menggunakan obat-obatan ini.
2. Cucilah
tangan sebelum menyentuh lepuh atau mengganti perban pembalut luka.
3. Rendamlah
area perban yang terlalu menempel pada luka ke dalam air hangat dan tunggu hingga
terlepas dengan sendirinya atau melonggar. Jangan menarik perban dengan paksa
karena dapat memecahkan lepuh.
4. Bersihkan
luka dengan cara merendamnya ke dalam larutan air dan garam selama 5-10 menit,
setelah itu bilas dengan air hangat atau suam-suam kuku. Larutan lain yang bisa
digunakan adalah larutan cuka yang dicampur dengan pemutih. Cara ini membantu
mengurangi sakit yang mungkin muncul ketika penggantian perban.
5. Sebagai
langkah pengaman, bungkuslah tangan dan kaki yang melepuh tiap hari untuk
mencegah terjadi perubahan bentuk pada organ atau jari tangan yang menempel.
6. Gunakan
jarum yang steril untuk memecahkan lepuh yang baru terbentuk untuk mencegahnya
menyebar. Jangan mengelupas kulit yang tersisa, biarkan mengering yang akan
sekaligus melindungi lapisan kulit di bawahnya.
7. Gunakan
krim atau losion sebelum membalut luka dengan perban. Beberapa jenis krim yang
bisa digunakan adalah krim antibiotik, petroleum jelly, atau bahan pelembap
lainnya. Gantilah jenis krim antibiotik yang digunakan terlalu lama dengan
jenis lainnya setiap bulan. Pilihlah perban yang sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan, dan kondisi luka.
Menangani lepuh yang muncul di dalam rongga mulut
atau tenggorokan pada penderita anak di rumah akan membutuhkan kesabaran dan
ketekunan karena anak tetap membutuhkan asupan gizi yang berasal dari makanan.
Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan:
1. Oleskan
gel pereda sakit pada mulut bayi yang melepuh akibat menyusu atau botol susu.
Anda bisa mencoba menggunakan dot yang khusus dibuat untuk bayi prematur,
sebuah alat suntik, atau pipet obat yang ujungnya berbahan karet untuk menyusui
anak.
2. Sajikan
makanan bernutrisi yang lunak dan mudah ditelan, seperti sup sayuran, jus buah,
dan olahan makanan padat yang dicampur dengan susu atau kaldu (puree).
3. Sajikan
makanan dan minuman di dalam temperatur yang hangat, sama dengan temperatur
ruangan, atau dingin.
Disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum
memutuskan apakah perlu memberikan suplemen kepada anak atau apakah anak
membutuhkan langkah pengobatan yang lain.
Komplikasi
Epidermolisis Bulosa
Jika tidak diobati, gejala epidermolisis bulosa
dapat menyebabkan komplikasi berupa:
1. Sepsis.
Masuknya
bakteri ke dalam aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh, menyebabkan shock
dan gagal fungsi organ yang bisa membahayakan nyawa.
2. Infeksi.
Kulit
yang melepuh rentan dengan infeksi bakteri.
3. Cacat.
Epidermolisis
bulosa dapat
menyebabkan gangguan pada sendi, seperti jari yang bengkok.
4. Dehidrasi.
Lepuh
yang berukuran besar dan terbuka memicu tubuh kehilangan banyak cairan, serta
berujung pada dehidrasi yang parah.
5. Konstipasi.
Kulit
melepuh yang muncul di area dubur. Selain itu terdapat kondisi dehidrasi dan
kekurangan asupan makanan berserat dapat menyebabkan kotoran sulit keluar dari
tubuh.
6. Malanutrisi
dan anemia.
Kulit
melepuh di area mulut membuat penderita mengalami kesulitan makan, berujung
kepada malanutrisi dan rendahnya kadar zat besi di dalam darah (anemia), dan
mencegah proses penyembuhan luka serta pertumbuhan.
7. Gangguan
mata.
Radang
mata dapat membahayakan kornea mata dan bisa menyebabkan kebutaan.
8. Kanker
kulit.
Epidermolisis
bulosa jenis tertentu memiliki risiko tinggi terhadap berkembangnya kanker
kulit jenis karsinoma sel skuamus.
Pada kasus yang parah, nyawa pasien bisa terancam.
Risiko ini tinggi pada bayi yang mengalami epidermolisis bulosa junctional
yang parah akibat infeksi, dehidrasi, dan kulit melepuh yang telah menyebar
dengan luas dan menghambat kemampuan bayi untuk makan maupun bernapas.
Pencegahan Epidermolisis
Bulosa
Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan untuk
penyakit epidermolisis bulosa adalah dengan mencegah munculnya kulit melepuh
dan infeksi. Ini adalah beberapa langkah yang bisa Anda lakukan:
1. Bayi
atau anak membutuhkan perhatian orang tuanya untuk mendapatkan kenyamanan
ketika sedang sakit. Gendonglah anak dengan selembut mungkin dan pastikan untuk
menempatkannya di atas benda yang dilapisi bahan yang lembut. Jangan mengangkat
anak dari bawah lengannya. Gendong anak dengan menggunakan tangan Anda untuk
menyangga bagian bokong dan lehernya.
2. Aturlah
suhu di dalam rumah agar tetap sejuk. Selain itu, pertahankan kelembapan
kulitnya dengan mengoleskan pelembap, seperti petroleum jelly.
3. Kenakan
anak pakaian yang berbahan lembut dan mudah untuk dilepas dan dikenakan
kembali. Anda bisa menggunakan sepatu berbahan khusus yang lembut atau menjahit
bantalan empuk pada pakaian anak di area siku, lutut, dan area lain yang
memiliki titik tekanan tubuh.
4. Lepaskan
karet elastis yang menempel pada popok sekali pakai, lalu lapisi bagian
dalamnya dengan perban yang tidak lengket, atau taburi dengan pasta yang berisi
seng oksida (zinc oxide) sebelum digunakan.
5. Hindari
menggaruk lepuh dengan memastikan kuku tetap pendek atau mengenakan sarung
tangan pada bayi sebelum dia tidur untuk mencegah infeksi akibat luka garukan.
6. Hindari
permukaan dan benda yang keras dengan melapisi kursi menggunakan bahan yang
lembut. Gunakan kasur udara, seprai, dan selimut yang lembut untuk tempat tidur
anak penderita epidermolisis bulosa.
7. Batasi
anak dari kegiatan fisik yang mungkin menyebabkan kulit mudah tergesek,
tergores, atau terluka. Anda bisa mulai dengan mengenakan celana atau baju
panjang pada anak yang hendak beraktivitas di luar ruangan.
8. Pastikan
Anda atau tenaga medis tidak menggunakan perban berperekat kuat pada kulit
untuk mencegah kulit melepuh pecah dan bisa mengakibatkan hilangnya cairan dan
terjadinya infeksi.
Sebagai langkah pendukung, berikan makanan
bernutrisi untuk menunjang perkembangan dan pertumbuhan anak, serta membantu
penyembuhan lukanya. Mengonsumsi vitamin dan suplemen juga dapat membantu
mencegah berkembangnya komplikasi. Utamakan pemberian nutrisi kalsium, zat
besi, dan vitamin D.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar