Pengertian
Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik merupakan
penyakit inflamasi kronik yang mengenai daerah kepala dan badan di mana
terdapat glandula sebasea1. Prevalensi dermatitis seboroik sebanyak 1% - 5%
populasi2. Lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita1. Penyakit ini
dapat mengenai bayi sampai dengan orang dewasa. Umumnya pada bayi terjadi pada
usia 3 bulan sedangkan pada dewasa pada usia 30-60 tahun.
Dermatitis seboroik dan Pityriasis capitis (cradle cap) sering terjadi pada masa kanak-kanak.
Berdasarkan hasil suatu survey
terhadap 1116 anak-anak yang mencakup semua umur didapatkan prevalensi
dermatitis seboroik adalah 10% pada anak laki-laki dan 9,5% pada anak
perempuan. Prevalensi tertinggi pada anak usia tiga bulan, semakin bertambah
umur anaknya prevalensinya semakin berkurang. Sebagian besar anak-anak ini
menderita dermatitis seboroik ringan.
Secara internasional frekuensinya sebanyak 3-5%. Ketombe yang merupakan bentuk ringan dari dermatitis ini lebih umum dan mengenai 15 - 20% populasi
Dermatitis
seboroik bukanlah penyakit menular, namun bisa memengaruhi rasa percaya diri
penderita. Selain ketombe, dermatitis seboroik juga sering disebut dengan
psoriasis seboroik dan eksim seboroik. Sedangkan dermatitis seboroik yang
menjangkiti bayi disebut dengan cradle cap.
Klasifikasi Dematitis Seboroik
Dermatitis
seboroik umumnya berpengaruh pada daerah kulit yang mengandung kelenjar sebasea
dalam frekuensi tinggi dan aktif. Distribusinya simetris dan biasanya
melibatkan daerah berambut pada kepala meliputi kulit kepala, alis mata, kumis
dan jenggot. Adapun lokasi lainnya bisa terdapat pada dahi, lipatan nasolabial,
kanalis auditoris external dan daerah belakang telinga.
Sedangkan
pada tubuh dermatitis seboroik dapat mengenai daerah presternal dan
lipatan-lipatan kulit seperti aksila, pusar, inguinal, infra mamae, dan
anogenital.
Menurut usia dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Pada
remaja dan dewasa.
Dermatitis
seboroik pada remaja dan dewasa dimulai sebagai skuama berminyak ringan pada
kulit kepala dengan eritema dan skuama pada lipatan nasolabial atau pada
belakang telinga. Skuama muncul pada kulit yang berminyak di daerah dengan
peningkatan kelenjar sebasea (misalnya aurikula, jenggot, alis mata, tubuh
(lipatan dan daerah infra mamae), kadang-kadang bagian sentral wajah dapat
terlibat.
Dua
tipe dermatitis seboroik dapat ditemukan di dada yaitu tipe petaloid (lebih
umum ) dan tipe pityriasiform (jarang). Bentuknya awalnya kecil, papul-papul
follikular dan perifollikular coklat kemerah-merahan dengan skuama berminyak.
Papul tersebut menjadi patch yang menyerupai bentuk daun bunga atau seperti
medali (medallion seborrheic dermatitis). Tipe pityriasiform umumnya berbentuk
makula dan patch yang menyerupai pityriasis rosea. Patch-patch tersebut jarang
menjadi erupsi.
Pada
masa remaja dan dewasa manifestasi kliniknya biasanya sebagai scalp scaling
(ketombe) atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada saat stres atau
kekurangan tidur.
2.
Pada
bayi.
Pada
bayi, dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak pada verteks
kulit kepala (cradle cap). Kondisi ini tidak menyebabkan gatal pada bayi
sebagaimana pada anak-anak atau dewasa. Pada umumnya tidak terdapat dermatitis
akut (dengan dicirikan oleh oozing dan weeping). Skuama dapat bervariasi
warnanya, putih atau kuning. Gejala klinik pada bayi dan berkembang pada minggu
ke tiga atau ke empat setelah kelahiran. Dermatitis dapat menjadi general.
Lipatan-lipatan dapat sering terlibat disertai dengan eksudat seperti keju yang
bermanifestasi sebagai diaper dermatitis yang dapat menjadi general.
Dermatitis
seboroik general pada bayi dan anak-anak tidak umum terjadi, dan biasanya
berhubungan dengan defisiensi sistem imun. Anak dengan defisiensi sistem imun
yang menderita dermatitis seboroik general sering disertai dengan diare dan
failure to thrive (Leiner’s disese). Sehingga apabila bayi menunjukkan gejala
tersebut harus dievaluasi sistem imunnya.
Menurut daerah lesinya, dermatitis seboroik dibagi
tiga:
1. Seboroik
kepala.
Pada
daerah berambut, dijumpai skuama yang berminyak dengan warna kekuning-kuningan
sehingga rambut saling melengket; kadang-kadang dijumpai krusta yang disebut
Pitriasis Oleosa (Pityriasis steatoides). Kadang-kadang skuamanya kering dan
berlapis-lapis dan sering lepas sendiri disebut Pitiriasis sika (ketombe).
Pasien mengeluhkan gatal di kulit kepala disertai dengan ketombe.
Pasien
berpikir bahwa gejala-gejala itu timbul dari kulit kepala yang kering kemudian
pasien menurunkan frekuensi pemakaian shampo, sehingga menyebabkan akumulasi
lebih lanjut. Inflamasi akhirnya terjadi dan kemudian gejala makin memburuk.
Bisa pula jenis seboroik ini menyebabkan rambut rontok, sehingga terjadi alopesia dan rasa gatal. Perluasan bisa sampai ke belakang telinga. Bila meluas, lesinya dapat sampai ke dahi, disebut Korona seboroik. Dermatitis seboroik yang terjadi pada kepala bayi disebut Cradle cap .
Selain kulit kepala terasa gatal, pasien dapat mengeluhkan juga sensasi terbakar pada wajah yang terkena. Dermatitis seboroik bisa menjadi nyata pada orang dengan kumis atau jenggot, dan menghilang ketika kumis dan jenggotnya dihilangkan. Jika dibiarkan tidak diterapi akan menjadi tebal, kuning dan berminyak, kadang-kadang dapat terjadi infeksi bakterial.
2. Seboroik
muka.
Pada
daerah mulut, palpebra, sulkus nasolabialis, dagu, dan lain-lain terdapat
makula eritem, yang diatasnya dijumpai skuama berminyak berwarna
kekuning-kuningan. Bila sampai palpebra, bisa terjadi blefaritis. Sering dijumpai
pada wanita. Bisa didapati di daerah berambut, seperti dagu dan di atas bibir,
dapat terjadi folikulitis. Hal ini sering dijumpai pada laki-laki yang sering
mencukur janggut dan kumisnya. Seboroik muka di daerah jenggot disebut sikosis
barbe.
3. Seboroik
badan dan sela-sela.
Jenis
ini mengenai daerah presternal, interskapula, ketiak, inframama, umbilicus,
krural (lipatan paha, perineum). Dijumpai ruam berbentuk makula eritema yang
pada permukaannya ada skuama berminyak berwarna kekuning-kuningan. Pada daerah
badan, lesinya bisa berbentuk seperti lingkaran dengan penyembuhan sentral. Di
daerah intertrigo, kadang-kadang bisa timbul fisura sehingga menyebabkan
infeksi sekunder.
Gejala
Dermatitis Seboroik
Pada umumnya dermatitis seboroik memiliki gejala
seperti berikut ini:
1. Kulit
terasa gatal atau seperti terbakar.
2. Kulit
kepala berwarna merah dan berketombe.
3. Kelupasan
kulit atau ketombe juga terjadi di kumis, jenggot, atau alis.
4. Kelopak
mata akan berkerak atau berwarna kemerahan, atau disebut dengan blefaritis.
5. Kulit
bersisik berwarna putih atau kuning terjadi di area kulit yang berminyak selain
kulit kepala, seperti wajah, ketiak, telinga, dan dada.
Dermatitis seboroik tidak memengaruhi kesehatan
tubuh secara keseluruhan, namun jika pengobatan yang dilakukan tidak efektif
atau kondisi mengganggu rutinitas harian Anda.
Penyebab
Dermatitis Seboroik
Penyebab pasti terjadinya dermatitis
seboroik masih belum diketahui, namun kemungkinan berkaitan dengan jamur malassezia
yang terdapat pada pelepasan minyak di permukaan kulit. Selain itu, peradangan
yang terkait dengan psoriasis juga disebut sebagai salah satu kemungkinan
penyebab terjadinya dermatitis seboroik.
Selain dua kemungkinan penyebab
dermatitis seboroik seperti yang disebutkan di atas, ada sejumlah faktor risiko
yang bisa meningkatkan risiko terkena penyakit ini, yaitu:
1. Gagal
jantung.
2. Pengobatan
tertentu.
3. Penyakit
gangguan saraf (Parkinson), dan kejiwaan (depresi).
4. Kebiasaan
menggaruk kulit wajah.
5. Penyakit
yang menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh, seperti HIV/AIDS, kanker,
penerima transplantasi organ tubuh, dan pankreatitis alkoholik.
6. Penyakit
endokrin yang bisa menyebabkan obesitas, seperti diabetes.
7. Cuaca
yang dingin dan kering.
8. Stres.
Orang-orang yang memiliki kulit berminyak, bayi yang
baru lahir dan orang dewasa yang berusia antara 30-60 tahun, terutama wanita,
lebih rentan terkena dermatitis seboroik.
Diaknosis
Dermatitis Seboroik
Selain pemeriksaan fisik, dermatitis seboroik juga
bisa didiagnosis dengan cara biopsi atau pemeriksaan kelupasan sel kulit. Hal
ini bertujuan untuk memastikan apakah penyakit yang diderita adalah dermatitis
seboroik atau penyakit lain yang serupa. Penyakit-penyakit lain yang dimaksud
seperti eksim, rosacea, atau psoriasis.
Diagnosis dermatitis seboroik dapat dilakukan dengan
tiga cara yaitu:
1. Anamnesis.
Bentuk
yang banyak dikenal dan dikeluhkan pasien adalah ketombe/ dandruft. Walaupun
demikian, masih terdapat kontroversi para ahli. Sebagian mengganggap dandruft
adalah bentuk dermatitis seboroik ringan tetapi sebagian berpendapat lain.
2. Pemeriksaan
fisik.
Secara
klinis kelainan ditandai dengan eritema dan skuama yang berbatas relatif tegas.
Skuama dapat kering, halus berwarna putih sampai berminyak kekuningan, umumnya
tidak disertai rasa gatal.
Kulit kepala tampak skuama patch ringan sampai dengan menyebar, tebal, krusta keras. Bentuk plak jarang. Dari kulit kepala dermatitis seboroik dapat menyebar ke kulit dahi, belakang leher dan belakang telinga.
Distribusi mengikuti daerah berambut pada kulit dan kepala seperti kulit kepala, dahi, alis lipatan nasolabial, jenggot dan belakang telinga. Perluasan ke daerah submental dapat terjadi.
3. Histologis.
Pemeriksaan
histologis pada dermatitis seboroik tidak spesifik. Dapat ditemukan
hiperkeratosis, akantosis, spongiosis fokal dan paraketatosis.
Biopsi kulit dapat efektif membedakan dermatitis seboroik dengan penyakit sejenis. Pada dermatitis seboroik terdapat neutrofil dalam skuama krusta pada sisi ostia follicular. AIDS berkaitan dengan dermatitis seboroik tampak sebagai parakeratosis, nekrotik keratinosites dalam epidermis dan sel plasma dalam dermis. Ragi kadang tampak dalam keratinosites dengan pengecatan khusus.
Diaknosis
dermatitis seboroik banding adalah:
1. Dermatitis
atopik.
Dermatitis
atopik pada dewasa tampak pada fossa antecutabital dan poplitae.
Bayi dapat menderita dermatitis atopi predileksi terutama pada bagian tubuh tertentu (misalnya kulit kepala, wajah, daerah sekitar popok, permukaan otot ekstensor) menyerupai dermatitis seboroik. Akan tetapi dermatitis seboroik pada bayi memiliki ciri-ciri axillary patches, kurang oozing dan weeping dan kurang gatal. Membedakannnya berdasarkan gejala klinis karena kenaikan kadar immunoglobulin E pada dermatitis atopik tidak spesifik.
2. Kandidiasis.
Pada
pemeriksaan histologis kandidiasis menghasilkan pseudohipa.
3. Langenhan
cell histiocytosis.
Bayi
jarang menderita Langenhan cell histiocytosis. Langenhan cell histiocytosis
cirinya seborrheic dermatitis-like eruptions pada kulit kepala disertai demam.
4. Psoriasis.
Pada
psoriasis dijumpai skuama yang lebih tebal, kasar, berlapis-lapis, putih
seperti mutiara dan tak berminyak. Selain itu ada gejala yang khusus untuk
psoriasis. Tanda lain dari psoriasi seperti pitting nail atau onycholysis
distal dapat untuk membantu membedakan.
5. Pitiriasis
rosasea.
Pitiriaris
rosasea dapat terjadi eritem pada wajah menyerupai dermatitis seboroik.
Meskipun rosasea cenderung melibatkan daerah sentral wajah tetapi dapat juga
hanya pada dahi. Pada pitiriasis rosea, skuamanya halus dan tak berminyak.
Sumbu panjang lesi sejajar dengan garis kulit.
6. Tinea.
Pada
tinea kapitis, dijumpai alopesia, kadang-kadang dijumpai kerion. Pada tinia
kapitis dan tine kruris eritem lebih menonjuo di pinggir dan pinggirnya lebih
aktif dibandingkan tengahnya (Hrahap, 2000). Tinea capitis, facei dan korporis
dapat ditemukan hipa pada pemeriksaan sitologik dengan potassium hydroksida.
Perawatan
Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik dapat diatasi dengan menggunakan
krim, losion, atau sampo khusus. Pada umumnya produk-produk semacam ini dijual
bebas. Namun jika langkah ini tetap tidak membantu dan gejala dermatitis
seboroik tidak kunjung mereda atau sembuh, konsultasikan kepada dokter untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut seperti di bawah ini:
1. Jangan
menggaruk bagian tubuh yang terkena dermatitis seboroik karena bisa
meningkatkan risiko terkena infeksi dan memperparah iritasi.
2. Gunakan
sisir yang lembut untuk melepaskan kelupasan kulit kepala pada bayi yang
terkena dermatitis seboroik, sebelum membersihkannya dengan sampo bayi. Anda
juga bisa gunakan minyak zaitun untuk melembutkan permukaan kulit.
3. Mandi
dan keramas secara teratur, serta basuh dengan bersih sabun atau sampo yang digunakan.
Gunakan pelembap jika diperlukan.
4. Gunakan
sampo bayi untuk membersihkan kelopak mata Anda jika berwarna kemerahan dan
terjadi kelupasan kulit. Selain itu, Anda bisa mengompresnya dengan air hangat
untuk membantu meredakannya.
5. Oleskan
krim yang mengandung kortikosteroid atau unsur antijamur seperti ketoconazole.
6. Cukurlah
kumis atau jenggot untuk membantu meredakan gejalanya.
7. Hindari
produk yang mengandung alkohol agar penyakit tidak bertambah parah.
8. Gunakan
pakaian yang bertekstur halus dan berbahan katun agar kulit mendapatkan
sirkulasi udara dan dapat mengurangi iritasi.
Terkadang, dermatitis seboroik bisa menghilang
dengan sendirinya, namun ada juga yang bertahan selama bertahun-tahun.
Perawatan kulit yang baik dan menjaga kebersihan kulit bisa membantu
mengendalikan dermatitis seboroik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar