Selasa, 31 Oktober 2017

SINDROM METABOLIK



Pengertian Sindrom Metabolik

Sindrom metabolik adalah istilah kedokteran untuk menggambarkan kombinasi dari sejumlah kondisi, yaitu hipertensi (tekanan darah tinggi), hiperglikemia (kadar gula darah tinggi), hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi), dan obesitas, yang dialami secara bersamaan. Karena itu, seseorang tidak dianggap mengalami sindrom ini apabila hanya menderita salah satu kondisi tersebut.

Kondisi-kondisi yang terdapat di dalam sindrom metabolik merupakan faktor risiko untuk mengalami penyakit yang serius. Contohnya, serangan jantung dan stroke. 

Gejala Sindrome Metabolik

Meski sebagian besar sindrom metabolik tidak menunjukkan gejala spesifik, ada sejumlah tanda klinis yang patut diwaspadai. 

Di antaranya adalah:

·         Lingkar pinggang yang melebihi batas normal, yaitu di atas 80 cm untuk wanita dan 90 cm untuk pria.

·         Tekanan darah yang senantiasa berkisar di 140/90 mmHg atau lebih.

·         Kadar kolesterol baik (HDL) yang rendah (kurang dari 40 mg/dL untuk pria dan 50 mg/dL untuk wanita).

·         Kadar trigliserida yang tinggi dalam darah, yaitu 150 mg/dL atau lebih.

·         Kadar gula darah puasa yang tinggi, yaitu 100 mg/dL ke atas.

·         Rentan mengalami peradangan, seperti pembengkakan dan iritasi.

·         Peningkatan risiko penggumpalan darah, contohnya deep vein thrombosis atau DVT .

Penyebab dan Faktor Resiko Sindrom Metabolik

Penyebab utama sindrom metabolik adalah berat badan yang berlebihan dan pola hidup yang kurang aktif. Kondisi ini juga berhubungan dengan kecenderungan munculnya resistensi insulin pada beberapa orang.

Ada sejumlah faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:

·         Usia.

Risiko terjadinya sindrom metabolik akan meningkat seiring bertambahnya usia.

·         Komplikasi diabetes.

Jika pernah mengalami  diabetes gestasional (diabetes pada kehamilan) atau memiliki riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2, risiko seseorang untuk terkena sindrom metabolik juga akan meningkat.

·         Penyakit lain.

Contohnya sindrom ovarium polikistik.

Diagnosis Sindrom Metabolik

Sindrom metabolik sangat jarang menyebabkan gejala yang mengganggu. Satu-satunya indikasi fisik yang dapat terlihat adalah ukuran lingkar pinggang yang melebihi batas normal.

Dalam mendiagnosis sindrom ini, dibutuhkan serangkaian pemeriksaan yang umumnya meliputi pengukuran tekanan darah, berat badan, serta pemeriksaan darah guna mendeteksi kadar gula darah sekaligus kolesterol pasien.

Penanganan dan Pencegahan Sindrom Metabolik

Terdapat beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk menangani sekaligus mencegah sindrom metabolik. Langkah-langkah tersebut meliputi:

·         Rutin berolahraga.

·         Menurunkan berat badan hingga batas ideal.

·         Berhenti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.

·         Menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang.

Apabila kondisi penderita belum mengalami perubahan meski sudah memperbaiki pola hidup dengan langkah-langkah tersebut, dokter umumnya akan memberikan obat-obatan untuk mengendalikan kadar gula darah, kolesterol, serta tekanan darah.

Senin, 30 Oktober 2017

SINDROM HORNER



Pengertian Sindrom Horner

Sindrom Horner adalah gabungan gejala dan tanda klinis yang disebabkan oleh gangguan di jalur saraf dari otak menuju ke wajah dan mata pada salah satu sisi tubuh seseorang. Selain Sindrom Horner, kondisi ini juga dikenal dengan nama Oculosympathetic Palsy atau Sindrom Horner-Bernard.

Umumnya sindrom Horner adalah hasil dari gangguan medis lain seperti stroke, tumor, atau cedera saraf tulang belakang. Gangguan pada penderita sindrom Horner terjadi di sekumpulan serabut saraf yang berpangkal dari bagian otak bernama hipotalamus, dan kemudian menjalar ke wajah dan mata. 

Meskipun jarang, sindrom Horner juga bisa menjangkiti pada bayi yang baru lahir (congenital).

Gejala Sindrom Horner

Gejala adalah sesuatu yang dirasakan dan diceritakan oleh penderita. Biasanya sindrom Horner hanya memengaruhi satu sisi wajah penderita saja. Beberapa gejala dan tanda klinis sindrom Horner adalah:

·         Kelopak mata bagian bawah yang sedikit naik (upside-down ptosis).

·         Sebagian wajah hanya sedikit mengeluarkan keringat atau tidak sama sekali.

·         Ukuran kedua pupil mata yang terlihat berbeda secara jelas.

·         Pupil mata mengecil terus menerus.

·         Keterlambatan pupil untuk melebar (dilatasi) ketika dalam kondisi rendah cahaya.

·         Kelopak mata bagian atas yang tampak menurun (ptosis).

Gejala yang ada pada penderita sindrom Horner dewasa dan anak sama. Namun, pada anak ada beberapa gejala tambahan yaitu:

·         Warna iris lebih pucat pada mata anak di bawah satu tahun.

·         Bagian wajah yang terkena sindrom Horner tidak tampak kemerahan (flushing) bila terkena panas terik matahari, sedang latihan fisik atau saat reaksi emosional.

Penyebab Sindrom Horner

Kondisi yang menyebabkan munculnya sindrom Horner adalah kerusakan beberapa jalur di sistem saraf simpatetik. Sistem saraf inilah yang mengatur detak jantung, ukuran pupil mata, keluarnya keringat, tekanan darah, dan fungsi lain yang membuat tubuh mampu merespons perubahan lingkungan dengan cepat.

Sel saraf (neuron) yang terpengaruh pada sindrom Horner dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

·         Neuron tingkat pertama.

Terdapat pada hipotalamus, batang otak, dan saraf tulang belakang bagian atas. Kondisi medis penyebab sindrom Horner yang terjadi pada sel saraf jenis ini biasanya stroke, tumor, penyakit yang menyebabkan hilangnya myelin (lapisan pelindung sel saraf), cedera leher, serta adanya kista atau rongga (cavity) di tulang belakang (spinal column).

·         Neuron tingkat kedua.

Terdapat pada tulang belakang, dada bagian atas, dan leher bagian samping. Kondisi medis yang bisa menyebabkan kerusakan saraf pada bagian ini adalah kanker paru-paru, tumor pada lapisan myelin, kerusakan pada pembuluh darah utama dari jantung (aorta), pembedahan di rongga dada, dan cedera traumatik.

·         Neuron tingkat ketiga.

Terdapat pada bagian samping leher yang menuju ke kulit wajah dan otot-otot dari kelopak mata dan iris. Kerusakan pada sel saraf jenis ini bisa berhubungan dengan kerusakan arteri di sepanjang leher, kerusakan pembuluh darah di sepanjang leher, tumor atau infeksi di bagian dasar tengkorak, migrain, sakit kepala berat sebelah mata (cluster headaches).

Pada anak-anak, penyebab umum terjadinya sindrom Horner adalah cedera pada leher dan bahu saat persalinan, kelainan aorta saat lahir, atau tumor yang terjadi pada sistem saraf dan hormon.

Ada beberapa kasus sindrom Horner yang tidak bisa diidentifikasi penyebabnya, disebut sebagai idiopatik sindrom Horner.

Diagnosis dan Pengobatan Sindrom Horner

Diagnosis merupakan langkah dokter untuk mengidentifikasi penyebab, penyakit atau kondisi berdasarkan gejala dan tanda klinis yang dialami oleh pasien. Diagnosis sindrom Horner dilakukan dengan meneteskan obat ke kedua mata pasien.

Obat tetes ini akan menyebabkan pupil mata mengecil atau melebar. Kemudian, dokter akan membandingkan reaksi pupil mata yang normal milik pasien dengan pupil mata pasien yang dicurigai mengalami sindrom Horner. Dokter akan menilai apakah kerusakan saraf menjadi penyebab gangguan pada mata.

Jika sindrom Horner disebabkan oleh kerusakan neuron tingkat ketiga, maka kemungkinan besar gangguan berada di leher atau bagian tubuh di atasnya. Untuk mengetahui lokasi gangguan secara tepat, maka dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani uji pencitraan seperti MRI, CT scan, atau Sinar X. Untuk pasien anak-anak, dokter mungkin juga akan meminta pasien menjalani tes darah dan urine.

Tidak ada pengobatan khusus untuk menangani sindrom Horner. Pada banyak kasus, jika penyebabnya telah ditangani, maka kondisi ini akan hilang dengan sendirinya.

SEPTIC ARTHRITIS



Pengertian Septic Arthritis

Septic arthritis adalah radang sendi yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau jamur. Penyakit ini umumnya menyerang sendi. Septic arthritis biasanya diderita oleh anak-anak dan lansia.

Septic arthritis dapat terjadi karena selaput sendi (synovium) tidak bisa melindungi sendi dari infeksi sehingga tubuh bereaksi dengan menimbulkan peradangan pada sendi. Infeksi berlangsung dengan cepat dan dapat merusak tulang muda serta tulang lain dalam sendi. Oleh karena itu, penanganan segera sangat diperlukan guna mengatasi gejala yang menimbulkan rasa tidak nyaman pada penderitanya.

Gejala Septic Arthritis

Gejala septic arthritis cenderung berkembang dengan sangat cepat selama beberapa jam atau hari. Beberapa gejala yang dapat dirasakan adalah:

·         Sendi yang terinfeksi bengkak, merah dan terasa hangat.

·         Demam.

·         Nyeri sendi, terutama saat sendi digerakkan.

·         Lelah dan lemah.

·         Kesulitan menggerakkan tungkai pada sendi yang terinfeksi.

Penyebab Septic Arthritis

Septic arthritis dapat disebabkan bakteri, jamur, atau virus. Bakteri yang umumnya menyebabkan septic arthritis pada orang dewasa dan anak-anak adalah Staphylococcus, Haemophilus influenza, dan Streptococcus. Bakteri ini dapat menyebar melalui peredaran darah hingga mencapai sendi. 

Umumnya, infeksi bakteri berasal dari luka terbuka, suntikan obat, atau operasi di daerah dekat sendi. Sedangkan septic arthritis yang disebabkan oleh jamur (misalnya Histoplasma, Coccidiomuces, atau Blastomyces) biasanya berkembang lebih lambat dibanding infeksi bakteri. Sementara  itu, jenis-jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit septic arthritis di antaranya adalah virus herpes, adenovirus, virus mumps, hepatitis A, B, C, serta HIV.

Beberapa faktor risiko yang dapat memicu septic arthritis adalah:

·         Sistem kekebalan tubuh yang lemah sehingga memudahkan terjadinya infeksi.

·         Mengalami cedera sendi dan masalah pada sendi, seperti osteoarthritis, lupus, atau rheumatoid arthritis.

·         Kondisi kulit yang mudah pecah dan sulit sembuh. Kondisi ini memudahkan bakteri masuk ke dalam tubuh sehingga meningkatkan risiko septic arthritis.

·         Menggunakan obat-obatan suntik.

·         Baru menjalani operasi sendi.

·         Baru pulih dari cedera sendi.

·         Mengonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh.

Diagnosis Septic Arthritis

Guna menetapkan diagnosis septic arthritis, perlu dilakukan prosedur arthrocentesis, pemeriksaan darah, dan foto Rontgen.

Arthrocentesis merupakan prosedur pengambilan sampel cairan sendi dengan menggunakan jarum khusus guna diperiksa di laboratorium. Dari pemeriksaan laboratorium tersebut, dokter dapat mengetahui tanda-tanda infeksi dari jumlah sel darah putih pada cairan sendi yang tinggi, serta dapat menentukan jenis mikroorganisme penyebab infeksi.

Berbeda dari arthrocentesis, pemeriksaan darah dipakai untuk memonitor tanda-tanda peradangan akibat infeksi. Sedangkan pemindaian dengan foto Rontgen dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang seberapa parah kerusakan sendi yang terjadi.

Pengobatan Septic Arthritis

Dalam mengobati septic arthritis, dokter akan mengombinasikan obat-obatan antibiotik dengan pengeringan cairan sendi.

Pemberian antibiotik bertujuan untuk mengobati infeksi, serta mencegah penyebaran infeksi secara lebih luas. Pemilihan antibiotik ini tergantung dari jenis mikroba penyebab infeksi. Pada tahap awal, antibiotik akan diberikan  dalam bentuk suntikan ke dalam pembuluh vena.  Setelah itu, pengobatan dilanjutkan dengan antibiotik oral. Lama terapi antibiotik bisa mencapai waktu 2 hingga 6 minggu. Efek samping yang mungkin terjadi adalah mual, muntah, diare, atau reaksi alergi.

Pemberian antibiotik harus diikuti dengan pengeringan cairan dari dalam sendi yang terinfeksi. Tindakan ini bertujuan untuk membersihkan infeksi hingga tuntas. Pengeringan cairan dapat dilakukan dengan menggunakan jarum yang dimasukkan ke dalam rongga sendi atau dengan menggunakan artroskopi. Artroskopi merupakan alat berbentuk selang yang dilengkapi kamera pada ujungnya. Alat ini dimasukkan ke sendi melalui sayatan kecil untuk menyedot dan mengeringkan cairan infeksi.

Keberhasilan pengeringan cairan tergantung dari lokasi sendi yang terinfeksi. Prosedur ini kadang-kadang sulit dilakukan pada sendi tertentu, misalnya sendi panggul. Sebagai  solusi, biasanya dokter akan menganjurkan bedah terbuka untuk mengeringkan cairan sendi yang terinfeksi.

Minggu, 29 Oktober 2017

RUAM KULIT



Pengertian Ruam Kulit

Ruam adalah peradangan dan perubahan warna yang terjadi pada kulit. Timbulnya gatal-gatal, benjol, mengelupas, bersisik, atau iritasi adalah bentuk-bentuk reaksi pada kulit yang mengalami ruam. Ruam kulit bisa disebabkan oleh alergi, efek samping penggunaan obat atau kosmetik, dan berbagai macam penyakit. 

Berikut ini adalah beberapa kondisi penyebab ruam kulit beserta penjelasannya.

·         Dermatitis seboroik.

Dermatitis seboroik adalah kelainan kulit yang mengenai kulit kepala dan kulit bagian tubuh lain di mana banyak terdapat kelenjar minyak. Area tubuh yang biasanya terkena adalah punggung, wajah, serta dada bagian atas. Dermatitis seboroik bukan penyakit menular, tapi bisa berkembang menjadi cukup parah hingga memengaruhi rasa percaya diri penderitanya. Gejala penyakit ini bisa berupa kulit yang terasa gatal, perih, merah dan terkupas. Apabila mengenai kulit kepala, terlihat seperti berketombe.

·         Dermatitis Atopik.

Dermatitis Atopik atau eksim atopik adalah peradangan pada permukaan kulit yang dapat menyebabkan munculnya ruam yang gatal. Ruam tampak kemerahan dan pecah-pecah akibat kering. Dermatitis atopik bisa dialami oleh semua orang dalam segala usia, meskipun umumnya terjadi pada anak-anak. Gejala biasanya muncul pada bagian kulit yang memiliki lipatan.

·         Dermatitis kontak.

Dermatitis kontak adalah peradangan pada kulit karena terjadinya kontak dengan bahan yang menyebabkan alergi. Beberapa bahan atau zat yang bisa menyebabkan kondisi ini antara lain adalah sabun, kosmetik, pewangi, perhiasan, dan tanaman atau bunga. Sangat penting untuk mengetahui penyebab dermatitis kontak dan menghindarinya. Jika sudah tidak lagi terpapar penyebabnya, ruam biasanya akan menghilang dalam waktu 2-4 minggu.

·         Ruam popok.

Ruam popok adalah peradangan berwarna merah terang pada permukaan kulit bokong dan sekitarnya. Kondisi ini biasanya diakibatkan oleh popok yang basah dan jarang diganti, kulit yang sensitif, atau kulit yang lecet karena digaruk. Ruam popok umumnya terjadi pada bayi, atau pada lansia yang memakai popok. Penggantian popok secara rutin, pembersihan dan pengeringan, serta pemakaian salep, merupakan langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi ruam popok.

·         Infeksi jamur.

Jamur adalah organisme primitif yang hidup di tanah, udara, tanaman, dan air. Selain itu, ada juga beberapa jamur yang hidup di dalam serta di permukaan tubuh manusia. Infeksi jamur lebih mudah terjadi pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah atau sedang menjalani pengobatan dengan antibiotik.

Untuk penanganan infeksi jamur kulit yang berat, selain obat antijamur topikal (oles), obat antijamur oral (minum) juga bisa digunakan.

·         Sengatan dan gigitan.

Serangga seperti lebah, semut, nyamuk (termasuk perantara penyakit malaria dan demam berdarah), semut api, lalat, kutu, tawon, dan juga arachnida seperti laba-laba, akan menyengat dan/atau menggigit ketika merasa terganggu atau terdesak. Reaksi alergi akan muncul akibat racun yang dikeluarkan melalui sengatan atau gigitan serangga. Racun yang muncul biasanya menyebabkan ruam, gatal dan rasa tidak nyaman.

·         Inpetigo.

Inpetigo adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus atau Streptoccus pyogenes dan sangat mudah menular. Penularan terjadi melalui kontak antar kulit secara langsung atau melalui barang-barang perantara, seperti handuk, baju, atau peralatan makan yang terkontaminasi bakteri.

·         Cacar air.

Cacar air atau varisela adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varisela zoster yang ditandai dengan gejala berupa ruam dan lepuhan pada kulit (umumnya pada bagian wajah, belakang telinga, kulit kepala, perut, dada, lengan, dan kaki). Pengobatan yang tersedia hanya bertujuan untuk meringankan gejala yang menyertai, misalnya paracetamol untuk menurunkan demam, dan losion atau bedak calamine untuk mengurangi rasa gatal.

·         Cacar api (cacar ular).

Cacar ap atau cacar ular (dikenal juga dengan sebutan herpes zoster) merupakan kondisi yang disebabkan oleh Varicella zoster sebagai virus yang juga menyebabkan cacar air.

Ruam yang muncul akibat kondisi ini bisa disertai dengan demam, menggigil, sakit kepala, dan nyeri di seluruh tubuh. Cacar api umumnya dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 14-28 hari. Meski demikian, penderita disarankan untuk menemui dokter karena infeksi ini dapat menyebabkan gangguan pada saraf.

·         Kurap.

Kurap atau tinea adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur. Kondisi ini biasanya menyerang kuku, kepala, selangkangan, dan kaki. Kurap merupakan penyakit yang umum dan bisa menyerang siapa saja, terutama anak-anak. Ruam kurap berbentuk cincin dan terasa gatal, serta dapat menyebar ke seluruh tubuh.

·         Scarlet fever.

Scarlet fever adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus grup A. Kondisi ini biasanya menjangkiti anak-anak dan menyebabkan ruam merah muda yang jelas terlihat. Selain ruam, gejala yang muncul biasanya disertai dengan sakit tenggorokan, lidah yang membengkak, demam tinggi, dan sakit kepala. Scarlet fever sangat mudah menular. Penularan bisa terjadi melalui butiran liur dari bersin atau batuk yang terhirup, bersentuhan kulit, serta berbagi handuk, pakaian, atau selimut yang sudah terkontaminasi. Penanganan scarlet fever bisa dilakukan dengan obat-obatan antibiotik.

·         Alergi obat.

Alergi obat adalah reaksi abnormal dari sistem kekebalan tubuh seseorang terhadap obat yang dikonsumsi. Gejala yang paling umum dari alergi obat adalah munculnya ruam yang disertai demam dan biduran (urtikarial). Alergi obat berbeda dengan efek samping obat atau keracunan obat akibat overdosis. Alergi obat bisa menyebabkan reaksi yang serius dan membahayakan nyawa.

·         Campak.

Campak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan mengakibatkan munculnya ruam di seluruh tubuh. Kondisi ini sangat menular dan bisa mengakibatkan komplikasi yang berbahaya. Selain ruam, campak juga disertai dengan gejala mata merah (konjungtivitis) dan sensitif terhadap cahaya, radang tenggorokan, batuk, demam, pilek atau hidung tersumbat, serta bercak putih ke abu-abuan pada mulut dan tenggorokan. Sistem kekebalan tubuh akan secara alami melawan infeksi virus ini, tetapi jika kondisi parah atau terjadi komplikasi, penderita memerlukan penanganan medis secepatnya.

·         Kandidiasi kulit.

Kandidiasis kulit adalah infeksi yang terjadi pada kulit manusia yang disebabkan oleh jamur Candida. Ruam kandidiasis kulit bisa berwarna merah atau putih. Ruam tersebut dapat muncul di bagian mana pun, terutama pada lipatan kulit, seperti ketiak, sela-sela jari, bawah payudara, dan selangkangan. Untuk mencegah penyebaran, dokter akan menyarankan pemakaian krim atau bedak antijamur. Infeksi jamur bisa sangat berbahaya bagi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

·         Rubella.

Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan oleh virus rubella dan mudah sekali menyebar. Seseorang bisa tertular penyakit ini jika menghirup butiran air liur yang dikeluarkan oleh penderita ketika bersin atau batuk, atau jika berbagi peralatan makan atau minum dengan penderita. Rubella biasanya menyerang anak-anak dan remaja. Gejala utamanya berupa ruam kemerahan yang muncul di wajah lalu menyebar hingga badan, tangan, dan kaki. Selain ruam, penderita juga bisa mengalami demam, sakit kepala, pilek atau hidung tersumbat, tidak nafsu makan, iritasi mata, dan nyeri persendian. Pengobatan rubella bisa dilakukan sendiri di rumah untuk meredakan gejala tanpa bantuan medis secara khusus.

·         Selulitis.

Selulitis adalah infeksi jaringan kulit yang cukup serius dengan gejala berupa kulit yang terasa sakit saat dipegang, terasa panas, serta terlihat membengkak dengan warna kemerahan. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kulit, tapi juga bisa menyerang jaringan di bawah kulit dan menyebar hingga ke kelenjar getah bening dan aliran darah. Selulitis paling sering terjadi di bagian kaki, meski bisa terjadi di bagian mana saja. Walau jarang, selulitis bisa dengan cepat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Pengobatan untuk kondisi ini biasanya adalah dengan obat antibiotik.

·         Luka bakar bahan kimia.

Luka bakar bisa sangat menyakitkan hingga mengakibatkan kulit memerah, mengelupas, melepuh, hangus, atau bengkak. Salah satu penyebab luka bakar adalah bahan kimia, baik bahan kimia rumah tangga maupun kimia industri. Pengobatan luka bakar sangat bergantung pada tingkat keparahan luka bakar yang diderita.

·         Lupus.

Lupus adalah penyakit peradangan kronis yang disebabkan oleh kekeliruan sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri, salah satunya adalah menyerang kulit. Jenis lupus yang menyerang kulit adalah lupus eritematosus diskoid, dengan gejala berupa ruam merah dan bulat seperti sisik pada kulit, serta rambut rontok atau kepitakan yang permanen.

·         Penyakit Kawasaki.

Penyakit Kawasaki adalah kondisi yang bisa menyebabkan peradangan pada dinding pembuluh darah di seluruh tubuh, dan biasanya terjadi pada anak-anak usia di bawah lima tahun. Penyakit ini juga bisa menyerang kelenjar getah bening, kulit, dan membran mukosa pada mulut, hidung, dan tenggorokan. Gejala awalnya adalah ruam kemerahan di area organ intim dan menyebar ke tubuh bagian atas, tangan, kaki, serta wajah. Selain itu, mata bisa memerah, jari tangan atau kaki membengkak dan merah, dan kelenjar getah bening di leher membesar.

·         Sarkoidosis.

Sarkoidosis adalah pertumbuhan sel-sel kecil yang mengalami peradangan di berbagai bagian tubuh, seperti mata, kulit, paru-paru, dan kelenjar getah bening. Pada kulit, gejala yang muncul bisa berupa ruam, luka, perubahan warna, dan munculnya nodul. Biasanya kondisi ini bisa pulih dengan sendirinya. Meskipun begitu, ada beberapa kasus sarkoidosis yang bisa menyebabkan kerusakan organ tubuh karena dibiarkan tanpa diobati selama bertahun-tahun.

Diagnosis dan Pengobatan Ruam  Kulit

Selain menanyakan gejala yang dirasakan serta mengamati dan memeriksa kondisi kulit, dokter juga akan meninjau riwayat kesehatan pasien sebagai proses awal diagnosis. Setelah itu, tes lanjutan akan direkomendasikan untuk memastikan suatu kondisi yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya ruam kulit.

Pengobatan juga akan disesuaikan dengan penyakit yang diderita, baik melalui pemberian obat oral atau topikal, terapi, atau operasi. Disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter agar mengetahui penyebab ruam kulit dan mendapatkan pengobatan tepat.