Pengertian
Penyakit Paru Interstisial
Penyakit paru interstisial adalah kumpulan penyakit yang
ditandai oleh pembentukan jaringan parut atau fibrosis, secara progresif pada
jaringan paru-paru yang berada di sekitar alveoli. Jaringan tersebut disebut
jaringan interstisial. Pembentukan jaringan parut dapa interstisial paru dapat
menyebabkan penurunan elastisitas paru-paru, sehingga fungsi pernapasan menurun
dan pasokan oksigen dalam darah berkurang.
Umumnya penyakit paru interstisial terjadi akibat gangguan
autoimun, efek samping pengobatan, radiasi, serta paparan senyawa berbahaya.
Pada kasus tertentu, penyebab terjadinya fibrosis pada paru tidak diketahui,
misalnya pada pneumonia interstisial nonspesifik dan sarkoidosis.
Jaringan paru yang sudah mengalami fibrosis tidak dapat
pulih kembali. Pengobatan yang diberikan umumnya adalah untuk memperlambat
proses kerusakan paru-paru, namun tidak dapat mengembalikan fungsi paru-paru
secara utuh. Oleh karena itu, pada kerusakan yang sudah meluas, penanganan yang
umumnya direkomendasikan adalah transplantasi paru-paru.
Jenis-Jenis
Penyakit Paru Interstisial
Seseorang yang menderita penyakit ini akan mengalami
penebalan jaringan interstisial. Penebalan dapat diakibatkan oleh peradangan,
penimbunan cairan, atau luka pada paru-paru. Beberapa penyakit yang termasuk
dalam kelompok penyakit paru interstisial adalah:
·
Pneumonia interstisial
Pneumonia interstisial disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau
jamur.
·
Fibrosis paru idiopatik.
Ini merupakan penyakit jenis fibrosis kronis yang berkembang dengan cepat
pada penderita dan belum diketahui penyebabnya.
·
Pneumonitis interstisial nonspesifik.
Penyakit peradangan ini seringkali disebabkan oleh kelainan autoimun,
seperti rheumatoid arthritis atau scleroderma.
·
Pneumonitis hipersensitivitas.
Penyakit ini seringkali disebabkan oleh debu, kapang, atau bahan iritan
lain yang terhirup secara terus-menerus.
·
Sarkoidosis.
Penyakit paru interstisial yang muncul bersamaan dengan pembengkakan
kelenjar getah bening.
·
Asbestosis.
Penyakit
paru interstisial yang terjadi akibat terhirupnya bahan kimia asbestos ke dalam
paru-paru.
Gejala
Penyakit Paru Interstisial
Gejala yang sering terjadi pada penderita penyakit paru
interstisial adalah:
·
Batuk kering.
·
Napas pendek pada saat beristirahat dan pada
saat melakukan aktivitas fisik.
Pada penyakit paru interstisial yang sudah berlangsung dalam
jangka waktu lama, dapat muncul gejala-gejala tambahan yang berkaitan dengan
penurunan kadar oksigen dalam darah. Contohnya adalah pembesaran volume
jantung, perubahan bentuk ujung jari yang disebut clubbing
finger, infeksi, kelelahan, dan demam. Pada penderita penyakit paru
interstisial stadium lanjut dapat terlihat kebiruan di bibir, kulit, dan kuku
yang diakibatkan kekurangan oksigen.
Gejala-gejala tersebut sangat umum terjadi pada berbagai
penyakit paru-paru. Oleh karena itu, konsultasi kepada dokter sebaiknya
dilakukan untuk mendapatkan diagnosis secara akurat. Jika penyakit paru
interstisial terdiagnosis pada tahap awal, maka kerusakan jaringan paru-paru
lebih lanjut dapat dicegah.
Penyebab Penyakit
Paru Interstisial
Secara kronologis, penyakit paru interstisial terjadi pada
saat jaringan paru-paru di antara alveoli mengalami kerusakan. Ketika terjadi
kerusakan, jaringan tersebut akan merespons dengan melakukan regenerasi sel
untuk memperbaiki diri. Pada penderita penyakit paru interstisial, proses
perbaikan jaringan alveoli berlangsung secara abnormal. Hal itu akan
menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada jaringaninterstisial dan penebalan
lapisan epitel alveoli. Akibatnya, oksigen menjadi lebih susah diikat dan
diserap oleh pembuluh darah di paru-paru, sehingga penderita mengalami
kekurangan oksigen.
·
Matrial berbahaya.
Paparan jangka panjang material berbahaya yang merusak paru-paru dapat
memicu munculnya penyakit paru interstisial. Contoh-contoh material berbahaya
tersebut adalah:
a.
Serat asbestos.
b.
Debu batu bara.
c.
Dedak.
d.
Spora jamur dan kapang.
e.
Debu silika.
·
Efek samping obat-obatan.
Beberapa jenis obat dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan memicu
munculnya penyakit paru interstisial. Contohnya adalah:
a.
Obat kemoterapi dan imunomodulator, seperti
methotrexate dan cyclophosphamide.
b.
Obat penyakit jantung, seperti amiodarone dan
propanolol.
c.
Obat antibiotik, seperti nitrofurantoin dan
sulfasalazine.
·
Efek samping radioterapi
Pemberian radioterapi jangka panjang kepada pasien penderita kanker
paru-paru atau payudara dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan paru-paru
yang masih sehat. Hal ini dapat memicu munculnya penyakit paru interstisial.
Namun kondisi tersebut bergantung kepada hal-hal berikut:
a.
Jumlah atau volume paru-paru yang terkena
radiasi.
b.
Intensitas atau kekuatan radiasi yang diberikan
kepada pasien.
c.
Penggunaan kemoterapi bersamaan dengan
radioterapi.
d.
Adanya penyakit paru-paru yang muncul bersamaan
dengan kanker.
·
Penyakit-penyakit autoimun.
Berbagai penyakit autoimun dapat memicu munculnya penyakit paru
interstisial, di antaranya adalah:
a.
Dermatomiositis dan polimiositis.
b.
Mixed-connective tissue
disease (MCTD).
c.
Vaskulitis.
d.
Rheumatoid arthritis.
e.
Sarkoidosis.
f.
Skleroderma.
g.
Sindrom Sjogren.
h.
Lupus Eritematosus Sistemik (LES).
i.
Penyakit jaringan ikat tidak terdiferensiasi.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk
terkena penyakit paru interstisial antara lain adalah:
·
Usia.
Penyakit ini seringkali mucul pada orang dewasa. Namun tidak menutup
kemungkinan terjadi juga pada anak-anak dan remaja.
·
Paparan senyawa berbahaya di lingkungan atau
pekerjaan
Pekerja di pertambangan, pertanian, atau konstruksi seringkali terkena
bahan kimia yang berbahaya bagi paru-paru. Kondisi tersebut meningkatkan risiko
seseorang terkena penyakit paru interstisial.
·
Riwayat keluarga
Terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki risiko
terkena penyakit paru interstisial jika terdapat keluarga yang pernah menderita
penyakit tersebut.
·
Pengobatan radioterapi dan kemoterapi
Kedua pengobatan kanker tersebut dapat meningkatkan risiko seseorang
terkena penyakit paru interstisial, terutama jika dijalani dalam waktu yang
cukup lama.
·
Merokok
·
Infeksi virus kronis.
Terutama infeksi virus hepatitis C dan Epstein-Barr.
·
Menderita penyakit refluks gastroesfagus (GERD).
Diagnosis Penyakit
Paru Interstisial
Gejala penyakit paru interstisial sangat umum dijumpai di
berbagai penyakit pernapasan lainnya. Karakter penyakit paru interstisial yang
cukup luas dan tidak terlalu spesifik menyebabkan proses diagnosis penyakit ini
menjadi cukup sulit. Oleh karena itu, diperlukan berbagai pemeriksaan penunjang
untuk menentukan diagnosis. Di antaranya:
·
Pemindaian.
Metode pemindaian paru-paru yang digunakan untuk mendeteksi adanya
penyakit paru interstisial adalah:
a.
Foto rontgen dada.
Sebagian besar penyakit interstisial dapat terdeteksi dengan foto
Rontgen. Namun terkadang, pada beberapa kasus, penyakit paru interstisial tidak
nampak pada foto Rontgen sehingga membutuhkan metode diagnosis lainnya.
b.
CT scan
CT scan dengan resolusi tinggi dapat membantu memetakan kerusakan paru-paru
akibat penyakit interstisial, serta dapat menampilkan detail dan pola fibrosis
pada paru.
c.
Ekokardiogram
Metode ini dapat memberikan gambaran kondisi jantung secara terperinci
termasuk struktur dan kerja jantung. Pemeriksaan dengan ekokardiogram dapat
mendeteksi adanya tekanan yang abnormal pada jantung, baik di bagian kiri
maupun kanan.
·
Tes fungsi paru.
Tes ini dilakukan untuk mengukur kinerja paru-paru. Dua pemeriksaan yang
termasuk ke dalam tes ini adalah:
a.
Oksimetri.
Pemeriksaan untuk mengukur kadar oksigen dalam darah. Dilakukan dengan
menggunakan alat kecil yang dijepitkan pada jari tangan.
b.
Spirometri
dan kapasitas difusi.
Tes ini dilakukan dengan cara menghembuskan napas sekuat mungkin melalui
tabung guna mengukur volume udara yang tertampung di dalam paru-paru dan volume
udara yang dihembuskan dari paru-paru.
·
Pemeriksaan jaringan paru-paru
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat jaringan paru-paru secara lebih
detail melalui pengamatan di bawah mikroskop. Pengambilan sampel untuk
pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan:
a.
Biopsi bronkoskopi.
Pada biopsi bronkoskopi, jaringan paru-paru diambil menggunakan selang
kecil fleksibel yang dimasukkan melalui mulut, kemudian masuk ke tenggorokan.
Meskipun bersifat noninvasif, metode pengambilan sampel ini memiliki efek
samping. Selain dapat menyebabkan tenggorokan kering atau sakit, metode ini
juga berisiko menyebabkan perdarahan dan pengempisan paru-paru.
b.
Biopsi pembedahan.
Metode ini dilakukan pada pasien yang telah dibius total. Selama proses
pengambilan jaringan, akan dibuat dua atau tiga irisan kecil di antara tulang
rusuk, kemudian alat biopsi yang dilengkapi kamera akan mengambil jaringan paru
untuk dianalisis melalui mikroskop. Teknik ini disebut juga sebagai video-assisted thoracoscopic surgery
(VATS). Pada beberapa kasus, biopsi melalui pembedahan dilakukan tanpa bantuan
kamera dan dilakukan dengan membuat irisan besar pada dada. Metode tersebut
dinamakan biopsi paru-paru terbuka.
·
Peninjauan riwayat kesehatan, pekerjaan, dan
perjalanan
Peninjauan
terhadap ketiga hal ini dapat membantu dokter untuk menentukan penyebab utama
munculnya penyakit paru interstisial.
Pengobatan Penyakit
Paru Interstisial
Kerusakan jaringan paru pada penyakit interstisial tidak
dapat diperbaiki. Penanganan yang diberikan kepada pasien lebih bertujuan untuk
meringankan gejala, memperlambat perkembangan penyakit, dan menjaga kualitas
hidup pasien. Salah satunya adalah dengan pemberian obat, seperti:
·
Obat antiinflamasi.
Obat ini diberikan pada pasien yang mengalami kerusakan paru-paru akibat
peradangan atau gangguan autoimun. Contoh obat antiinflamasi yang dapat
diberikan adalah kortikosteroid (prednison dan methylprednisolone).
·
Obat antifibrosis
Untuk pasien yang mengalami kerusakan paru-paru akibat fibrosis paru
idiopatik.
·
Antibiotik dan antijamur
Antibiotik
diberikan pada pasien yang menderita pneumonia yang diakibatkan oleh bakteri.
Sedangkan pada pneumonia interstisial yang diakibatkan oleh jamur, dapat
diobati dengan antijamur. Pada pneumonia interstisial yang diakibatkan oleh
virus, umumnya dapat sembuh dengan sendirinya.
Selain pemberian obat, dua metode lain yang juga dapat
digunakan dalam penanganan penyakit paru interstisial adalah:
·
Terapi oksigen
Terapi oksigen tidak bertujuan untuk menyembuhkan kerusakan jaringan
paru-paru yang terjadi akibat penyakit interstisial, namun untuk mempermudah
pernapasan, serta meningkatkan kualitas tidur dan kualitas hidup pasien. Selain
itu, dengan pemberian terapi oksigen, komplikasi akibat kekurangan oksigen
dalam darah dapat dicegah, dan tekanan pada jantung bagian kanan dapat
diturunkan.
·
Transplantasi
paru.
Transplantasi
paru merupakan langkah pengobatan terakhir bagi penderita penyakit paru
interstisial jika berbagai metode penanganan lain sudah tidak dapat meringankan
gejala dan tidak dapat memperbaiki kualitas hidup penderita.
Komplikasi Penyakit
Paru Interstisial
Beberapa komplikasi akibat penyakit paru interstisial
adalah:
·
Penyakit refluks gastroesofageal (GERD).
Penyakit fibrosis idiopatik paru, yang merupakan salah satu dari penyakit
paru interstisial, dapat memicu timbulnya penyakit refluksgastreosofageal
(GERD). Kondisi ini dapat diobati dengan antasida.
·
Hipertensi pulmonal.
Terjadinya kenaikan tekanan darah pada pembuluh arteri paru-paru
disebabkan oleh penyempitan di dalam pembuluh tersebut. Hipertensi pulmonal
dapat memicu sejumlah penyakit berbahaya lainnya akibat kegagalan jantung
bagian kanan.
·
Hipoksemia.
Perkembangan penyakit paru interstisial akan membuat seseorang mengalami
kekurangan oksigen dalam darah. Hal ini bisa menjadi semakin parah jika tidak
ditangani. Pasien yang sudah menderita hipoksemia membutuhkan pemberian oksigen
pada saat melakukan aktivitas atau beristirahat.
·
Gangguan pernapasan akut.
Ini merupakan komplikasi yang tergolong cukup serius dan biasanya harus
ditangani di rumah sakit. Seseorang yang mengalami kondisi ini, akan merasakan
sesak napas secara tiba-tiba akibat memburuknya fungsi pernapasan secara cepat.
·
Gagal napas.
Keadaan ini terjadi pada penyakit paru interstisial tahap lanjut, di mana
terjadi penurunan kadar oksigen di dalam darah, penyempitan pembuluh arteri
paru yang menimbulkan hipertensi pada paru dan bilik kanan jantung, hingga
mengakibatkan kegagalan fungsi jantung.
·
Kanker paru-paru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar