Pengertian Pubertas Dini
Pubertas dini adalah perubahan tubuh anak menjadi dewasa
(pubertas) di usia yang lebih awal. Perubahan ini termasuk perubahan pada
bentuk serta ukuran tubuh, perkembangan kemampuan reproduksi, dan pertumbuhan
otot serta tulang. Seorang anak perempuan dianggap mengalami pubertas dini
ketika usianya belum mencapai 8 tahun, sedangkan pubertas dini pada anak
laki-laki terjadi ketika usianya belum 9 tahun saat mengalami pubertas
untuk pertama kalinya. Kondisi seperti ini dialami satu dari 5 ribu anak.
Kondisi pubertas ini dipicu hormon gonadotropin (GnRH) yang
dilepaskan otak. Hormon tersebut yang mendorong testis dan indung telur
melepaskan hormon perkembangan seksual testosteron dan estrogen. Hormon-hormon inilah
yang menunjukkan perubahan bentuk dan fungsi tubuh dalam pubertas.
Berdasarkan keterikatan dengan hormon GnRH, dikenal dua
jenis pubertas dini, yaitu pubertas dini yang bergantung pada hormon
gonadotropin (central precocious puberty atau
pubertas dini sentral) dan pubertas dini yang tidak bergantung pada hormon
gonadotropin (peripheral precocious puberty atau
pseudopubertas dini). Pada pubertas dini sentral, kelainan yang terjadi murni
disebabkan oleh pelepasan hormon GnRH yang terlalu dini oleh otak. Sedangkan
dalam pseudopubertas dini, produksi hormon GnRH mungkin saja normal, namun
produksi hormon seks (esterogen dan progesteron) mengalami peningkatan. Jenis
yang kedua ini lebih jarang terjadi, di mana hanya 2 dari 10 penderita pubertas
dini mengalaminya.
Di sisi lain, ada perubahan yang sering dianggap mirip
dengan gejala pubertas dini, yaitu pertumbuhan payudara dini (premature therarche) dan
pertumbuhan rambut kemaluan atau rambut ketiak dini (premature pubarche). Meski kondisi
ini dianggap mencemaskan, tapi sebenarnya kedua gejala ini bukan mutlak
menandakan pubertas dini. Namun, kondisi ini tetap perlu dievaluasi lebih
lanjut.
Gejala Pubertas
Dini
Gejala atau tanda pubertas dini sama dengan gejala pubertas
pada umumnya. Namun gejala-gejala ini terjadi jauh lebih awal, yakni sebelum
usia 8 tahun pada perempuan dan 9 tahun pada laki-laki. Tanda-tanda yang dapat
muncul antara lain:
·
Adanya jerawat.
·
Pertumbuhan tubuh yang cepat.
·
Bau badan seperti orang dewasa.
·
Pertubuhan rambut kemaluan atau bulu ketiak.
Pada anak laki-laki, gejala tambahan dapat berupa suara yang
lebih berat, pertumbuhan kumis serta testis, penis, atau skrotum yang membesar.
Sedangkan pada anak perempuan, gejala khusus lainnya antara lain menstruasi
yang pertama dan pertumbuhan payudara.
Penyebab Pubertas
Dini
Pada sebagian besar kasus pubertas dini sentral, penyebab
utamanya belum dapat dipastikan. Hampir sebagian besar anak-anak dengan
pubertas dini sentral tidak memiliki kelainan atau penyakit yang dapat
menyebabkan gangguan ini. Meski begitu, beberapa faktor diduga menjadi
pemicunya, antara lain sindrom McCune-Albright (kelainan hormonal langka yang
memengaruhi pertumbuhan tulang dan warna kulit), hipotiroid, hiperplasia
andrenal kongenital, tumor pada otak dan sumsum tulang belakang, serta kondisi
cacat saat lahir. Sedangkan pada kasus psuedopubertas dini, penyebabnya
adalah paparan estrogen dan testosteron eksternal (krim atau salep), tumor pada
kelenjar adrenal, sindrom McCune-Albright, tumor atau kista indung telur, serta
tumor dalam sel penghasil sperma dan testosteron.
Selain faktor pemicu tersebut, terdapat beberapa kondisi
yang meningkatkan risiko seorang anak mengalami pubertas dini, di antaranya:
·
Obesitas.
·
Adanya riwayat kelainan genetika dari orang tua
atau sudara kandung.
·
Berjenis kelamin perempuan.
·
Menjalani terapi radiasi pada sistem saraf
pusat.
Diagnosis Pubertas
Dini
Diagnosis dapat dimulai dengan pendalaman riwayat medis
keluarga untuk mencari penyebab terjadinya pubertas dini, melakukan serangkaian
pemeriksaan fisik, serta tes darah untuk memeriksa kadar hormon.
Dokter mungkin akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan
yang disebut tes stimulasi GnRH. Tes ini dilakukan untuk membedakan jenis
pubertas dini yang diderita.
Pada pubertas dini sentral, peningkatan kadar GnRH akan
memicu peningkatan kadar hormon-hormon lainnya. Sedangkan pada pseudopubertas
dini, kadar hormon-hormon lainnya tidak mengalami perubahan.
Dokter juga akan melengkapi diagnosis dengan melakukan
serangkaian tes tambahan, tes tiroid untuk melihat kondisi fungsi tiroid, tes
MRI guna melihat terjadinya kelainan pada otak yang memicu pubertas dini, serta
pemeriksaan X-ray tangan dan pergelangan tangan
guna mengetahui kondisi dan usia usia tulang anak. Sedangkan tes ultrasound
dilakukan dalam rangka memastikan tidak ada gangguan medis lain yang menyebabkan
gejala pubertas dini.
Pengobatan Pubertas
Dini
Pengobatan untuk pubertas dini diutamakan agar anak tumbuh
secara normal hingga dewasa, terutama dalam hal tinggi badan. Gejala yang
timbul tanpa masalah medis dapat ditangani secara efektif dengan pemberian
suntikan seperti leupolide. Suntikan
tersebut bertujuan menghambat perkembangan proses pubertas selanjutnya.
Suntikan ini diberikan setiap bulan hingga anak mencapai usia pubertas yang
normal. Setelah suntikan dihentikan, proses pubertas bermula kembali sekitar 16
bulan berikutnya.
Untuk pubertas dini yang disebabkan kondisi medis, maka
penanganan yang diutamakan adalah mengatasi masalah medis yang ada agar proses
pubertas terhenti. Contohnya, proses pubertas yang disebabkan tumor kemungkinan
besar akan berhenti setelah dilakukan tindakan operasi pengangkatan tumor
tersebut.
Komplikasi Pubertas
Dini
Kemungkinan komplikasi pada anak yang mengalami pubertas
dini adalah:
·
Masalah emosi dan sosial yang dapat muncul
akibat pubertas dini saat anak menyadari sepenuhnya tentang perubahan tubuhnya
hingga menjadi stres Selain itu, anak tersebut juga berisiko mengalami depresi
hingga dapat menyalahgunakan bahan-bahan terlarang.
·
Dalam pubertas dini, anak dapat tumbuh lebih
tinggi dibanding anak-anak seusianya. Meski begitu, pertumbuhan tersebut juga
bisa terhenti lebih dini karena pertumbuhan tulangnya lebih cepat matang.
Akibatnya, saat mencapai usia dewasa, orang tersebut lebih pendek dibanding
orang-orang dewasa lainnya.
Meski perubahan yang terjadi pada penderita pubertas usia
dini mengejutkan, tapi hal ini bukanlah diagnosis medis yang menakutkan.
Sebagian besar anak dengan pubertas dini tidak mengalami masalah di masa
dewasa, selama mendapatkan terapi dan dukungan psikis yang memadai. . Di
sisi lain, saat anak menunjukkan tanda pubertas dini yang menganggu kehidupannya,
dokter dapat menunjukkan pengobatan yang dibutuhkan dan umumnya berhasil dalam
menghentikan proses pubertas dini tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar