Pengertian Perikarditis
Perikarditis adalah iritasi dan peradangan pada membran
tipis berbentuk kantong yang melapisi jantung (perikardium). Perikardium
terdiri dari 2 lapisan yang dipisahkan oleh ruang berisi sejumlah kecil cairan,
sehingga kedua lapisan ini tidak saling bergesekan. Fungsi perikardium adalah
untuk menjaga letak jantung dan membantu kerja organ tersebut.
Sekitar 5 persen pasien dengan keluhan nyeri dada,
disebabkan oleh perikarditis. Penyakit ini cenderung diderita oleh pria, dan
dapat terjadi pada segala usia. Namun demikian, perikarditis paling banyak
ditemukan terjadi pada usia 20 sampai 50 tahun.
Kasus perikarditis seringkali ringan, sehingga dapat pulih
hanya dengan istirahat dan pengobatan sederhana. Namun untuk kasus yang lebih
serius, keluhan dapat berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa bulan.
Gejala Perikarditis
Gejala yang sering dirasakan oleh penderita perikarditis
antara lain:
·
Nyeri yang menusuk di tengah atau sisi kiri
dada.
·
Napas pendek atau terengah-engah saat berbaring.
·
Bengkak pada kaki atau perut.
·
Merasa lemah dan lelah.
·
Jantung berdebar.
·
Demam ringan.
·
Batuk.
Sesuai dengan lamanya gejala, penyakit ini digolongkan
menjadi perikarditis akut, kronis, dan berulang. Pada perikarditis akut, gejala
berlangsung kurang dari 3 bulan. Seringkali gejalanya menyerupai gejala setelah
flu, dan bisa sembuh dalam waktu kurang lebih satu minggu dengan pemberian
obat. Nyeri dada pada perikarditis akut dapat menjalar ke bahu kiri dan leher.
Nyeri akan bertambah kuat pada saat batuk, menarik napas dalam, atau berbaring,
dan akan berkurang pada posisi duduk atau condong ke depan.
Jika perikarditis akut telah pulih namun muncul kembali,
maka kasus itu disebut perikarditis berulang (recurring pericarditis).
Perikarditis berulang terjadi saat virus kembali aktif dan memicu proses
peradangan pada perikardium. Hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan steroid
atau penurunan daya tahan tubuh. Terdapat dua jenis perikarditis berulang. Yang
pertama adalah incessant pericarditis, yaitu apabila gejala muncul kembali
dalam waktu sekitar enam minggu setelah berhenti mengonsumsi obat. Dan yang
kedua adalah intermitten pericarditis, yang ditandai dengan jeda waktu cukup
lama (beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun) dimana penderita tidak
mengalami gejala apapun, sebelum gejala ini muncul kembali.
Dikatakan perikarditis kronis apabila gejala menetap lebih
dari tiga bulan. Peradangan kronis tersebut dapat menyebabkan penimbunan cairan
pada ruang pericardium. Keadaan ini disebut efusi perikardium. Pada
perikarditis kronis yang parah, dapat terjadi pembengkakan pada kaki dan perut,
serta hipotensi.
Penyebab Perikarditis
Pada sekitar 90 persen kasus perikarditis, penyebabnya tidak
dapat dipastikan. Namun beberapa hal yang biasanya diduga sebagai penyebab
adalah:
·
Virus.
Seperti enterovirus (penyebab pilek atau meningtis), virus influenza,
adenovirus (penyebab radang pneumonia dan bronkitis), cytomeglavirus, herpes
simplex, dan virus lainnya, seperti HIV dan hepatitis C.
·
Infeksi bakteri.
Seperti tuberculosis.
·
Kanker dari bagian tubuh lain.
Yang menyebar dan merusak jaringan perikardium.
·
Serangan jantung.
Dimana jaringan otot yang rusak dapat mengiritasi perikardium.
·
Cedera dada yang berat atau posisi jantung.
Yang mencederai atau mengiritasi perikardium.
·
Kelainan peradangan sistemik (systemic
inflamtory disorder).
Antara lain lupus dan artritis reumatoid.
·
Obat-obatan.
Seperti penicillin atau beberapa obat kemoterapi.
·
Radiotrapi.
Paparan
radiasi dalam radioterapi, khususnya pada terapi kanker payudara dan kanker
paru, dapat merusak jarigan perikardium.
Selain beberapa penyebab di atas, perikarditis juga dapat
muncul beberapa minggu pasca serangan jantung atau operasi jantung.
Perikarditis ini dikenal dengan nama sindrom Dressler. Banyak ahli menduga
sindrom tersebut disebabkan oleh reaksi autoimun, dimana terjadi gangguan pada
respons pertahanan tubuh sehingga sel-sel radang menyerang jaringan tubuh
sendiri, yang dalam hal ini adalah perikardium.
Diagnosis Perikarditis
Diagnosis perikarditis ditetapkan berdasarkan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, dan hasil tes yang dilakukan oleh penderita.
Setelah menanyakan riwayat penyakit, penderita akan menjalani pemeriksaan fisik
secara menyeluruh. Setelah itu, beberapa tes perlu dilakukan untuk memastikan
kebenaran diagnosis, antara lain:
·
Tes darah.
Untuk memeriksa adanya infeksi dan menilai fungsi organ, seperti hati dan
ginjal.
·
Pemeriksaan poto rontgen dada.
Untuk melihat gambaran jantung, paru-paru, dan pembuluh darah. Apabila
terdapat efusi perikardium, maka jantung akan tampak membesar pada hasil
pemeriksaan ini.
·
Ekokardiografi.
Menggunakan gelombang suara untuk mendapatkan gambaran jantung dan
melihat adanya cairan yang terkumpul dalam ruang perikardium.
·
Elektrokardiogram (EKG).
Mendeteksi dan merekam aktivitas kelistrikan jantung, dimana gambaran
tertentu pada hasil rekam EKG dapat menunjukkan adanya perikarditis.
·
CT scan.
Pemindaian dengan menggunakan elektromagnetik mampu menghasilkan gambaran
jantung dan perikardium secara lebih jelas. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lainnya pada nyeri dada.
·
MRI scan.
Dilakukan
untuk mendapatkan gambaran detail jantung dan jaringan jantung. Dari hasil
pemeriksaan dapat terlihat apabila ada penebalan, peradangan, maupun perubahan
lain pada perikardium.
Pengobatan Perikarditis
Tujuan pengobatan perikarditis adalah untuk mengurangi rasa
nyeri dan peradangan, mengatasi penyebab utama, dan mencegah terjadinya
komplikasi.
Selain dianjurkan untuk beristirahat, dapat juga diberikan
obat-obatan, seperti:
·
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs).
Obat ini berfungsi untuk mengurangi peradangan perikardium dan
menghilangkan rasa nyeri di dada. Obat yang biasa diberikan adalah ibuprofen
dan aspirin. Namun perlu dicatat bahwa ibuprofen tidak bisa diberikan pada
orang yang baru mengalami serangan jantung karena dapat menghambat proses
penyembuhannya. Untuk kondisi tersebut, yang lebih dianjurkan adalah pemberian
aspirin dosis tinggi.
·
Colchicine (Colrys).
Obat ini dapat dikombinasikan dengan NSAIDs, atau diberikan sebagai
alternatif pada kasus dimana NSAIDs tidak dapat diberikan atau pasien tidak
responsif terhadap NSAIDs. Colchicine mengurangi peradangan dengan cara
membunuh sel radang tertentu, dan dapat diberikan untuk perikarditis akut atau
berulang untuk mengurangi lamanya gejala dan menurunkan risiko kekambuhan.
·
Kortikosteroid.
Obat steroid ini umumnya hanya diberikan apabila perikarditis tidak
membaik dengan NSAIDs dan colchicine, atau pada efusi perikardium yang dapat
membahayakan jantung. Prednisone adalah salah satu obat kortikosteroid yang
biasanya diberikan. Kortikosteroid dapat menghambat respons imun tubuh sehingga
proses peradangan berkurang.
·
Antibiotik.
Diberikan
jika penyebab perikarditis adalah infeksi bakteri.
Sebagian besar kasus perikarditis ringan bisa sembuh dengan
istirahat dan obat-obat pereda rasa sakit. Selama masa penyembuhan, hindari
aktivitas fisik yang berlebihan karena dapat memicu kekambuhan.
Pada perikarditis yang parah dan menimbulkan komplikasi,
pasien harus dirawat di rumah sakit, di mana tindakan lain selain pemberian
obat-obatan dapat dilakukan, antara lain:
·
Perikardiektomi.
Tindakan ini diindikasikan untuk kasus perikarditis konstriktif, dimana
sebagian lapisan jantung ini mengalami kekakuan. Prosedur ini bertujuan untuk
mengambil bagian yang kaku tersebut, sehingga fungsi pompa jantung akan kembali
normal.
·
Perikardiosintesis.
Prosedur
yang dilakukan untuk mengeluarkan timbunan cairan dari ruang perikardium dengan
menggunakan selang kecil, dan bisa berlangsung selama beberapa hari. Dalam
tindakan ini, penggunaan alat pemindai seperti elektrokardiogram, dapat sangat
membantu.
Komplikasi Perikarditis
Terdapat dua komplikasi serius dari perikarditis, yaitu:
·
Tamponade jantung (cardiac tamponade).
Kondisi ini terjadi jika jumlah cairan di dalam kantong perikardium
terlalu banyak, sehingga menekan jantung dan menghalangi aliran darah ke
jantung. Tamponade jantung bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan
segera.
·
Perikarditis konstriktif.
Peradangan
perikardium yang berlangsung lama dan hilang-timbul akan menyebabkan
terbentuknya jaringan parut. Jaringan parut ini membuat perikardium menjadi
kaku dan tidak dapat meregang dengan normal, sehingga menghalangi gerakan
jantung dan menghambat fungsi jantung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar