Pengertian
Polip Usus
Polip usus adalah kumpulan sel berbentuk benjolan kecil yang
tumbuh pada usus besar (kolon). Polip usus dapat muncul di bagian usus besar
manapun. Kebanyakan polip usus tidak berbahaya, namun memiliki risiko untuk
berkembang menjadi kanker usus besar yang dapat menyebabkan kematian jika tidak
ditangani.
Polip usus ini dapat dialami oleh semua orang dalam berbagai
usia. Namun mereka yang berusia di atas 50 tahun, merokok, kelebihan berat
badan, serta memiliki keluarga dengan riwayat polip usus atau kanker usus besar
berisiko lebih tinggi menderita polip usus.
Ada beberapa jenis polip usus, di antaranya adalah:
·
Polip adenomatosa.
Sebagian besar polip usus merupakan polip ademantosa. Meskipun hanya
sedikit di antaranya yang berkembang menjadi kanker, namun hampir semua polip
ganas yang berhasil diidentifikasi merupakan polip adenomatosa.
Ukuran polip memengaruhi risiko berkembangnya polip usus menjadi kanker
usus besar. Hanya sekitar 1 persen dari polip usus berukuran kurang dari 1 cm
yang berkembang menjadi kanker usus besar. Sedangkan pada polip usus yang
berukuran lebih dari 2 cm, 50 persen kasus berkembang menjadi kanker usus
besar.
·
Polip serata.
Yang termasuk jenis ini adalah polip hiperplastik dan polip sessile.
Polip hiperplastik seringkali tumbuh pada kolon bagian bawah, berukuran kecil,
dan jarang berkembang menjadi kanker. Sedangkan polip sessile kebanyakan tumbuh
di bagian atas usus besar dan berbentuk datar, sehingga seringkali sulit
terdeteksi. Polip jenis inilah yang paling berpotensi untuk berkembang menjadi
kanker.
·
Polip inflamasi.
Polip
jenis ini muncul menyertai penyakit kolitis ulserativa atau penyakit Crohn.
Polip ini tidak berbahaya, namun kolitis ulserativa dan penyakit Crohn yang
mendahului timbulnya polip jenis ini dapat meningkatkan risiko kanker usus
besar.
Pemeriksaan skrining rutin terutama pada kelompok orang yang
berisiko dapat mendeteksi polip usus sebelum berkembang menjadi kanker usus
besar. Dengan skrining rutin, kanker usus besar juga dapat terdeteksi sejak
stadium awal, sehingga tingkat keberhasilan pengobatan dan tingkat
kesembuhannya tinggi.
Gejala Polip
Usus
Umumnya polip usus tidak menimbulkan gejala. Namun pada
beberapa kasus, pasien mengeluh adanya:
·
Berdarah saat buang air besar.
Merupakan gejala paling umum, namun tidak spesifik untuk polip usus. Kondisi
lain seperti ambeien (hemorrhoid) dan
kanker usus besar dapat menyebabkan gejala yang sama.
·
Berubahnya jadwal buang air besar.
Menderita konstipasi atau diare selama seminggu atau lebih mungkin
menandakan adanya polip usus berukuran besar. Namun banyak juga kondisi lain
yang dapat menimbulkan gejala serupa.
·
Warna tinja berubah.
Karena bercampur dengan darah. Namun perubahan warna tinja ini juga bisa
karena sebab lain, seperti obat-obatan tertentu, makanan, dan suplemen.
·
Nyeri, mual, atau muntah.
Polip berukuran besar dapat menyumbat sebagian usus, sehingga penderita
akan mengalami mual, muntah, atau nyeri kram perut.
·
Anemia defiensi besi.
Zat
besi dibutuhkan tubuh untuk membentuk hemoglobin dalam darah, sehingga darah
dapat mengikat oksigen untuk disalurkan ke seluruh tubuh. Perdarahan kronis
akibat polip usus akan menyebabkan zat besi dalam tubuh banyak terpakai
untuk pembentukan darah baru terus menerus.
Penyebab dan
Faktor Resiko Polip Usus
Mutasi genetik dapat menyebabkan sel membelah diri secara
abnormal. Pada usus besar, pertumbuhan sel tidak normal inilah yang menjadi
penyebab terbentuknya polip usus.
Semakin aktif pertumbuhan sel dan semakin besar ukuran
polip, maka semakin besar pula risikonya menjadi ganas.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
polip usus dan kanker usus besar yaitu:
·
Usia.
Kebanyakan penderita polip usus berusia 50 tahun atau lebih tua.
·
Faktor keturunan.
Risiko terkena polip usus lebih besar jika salah satu anggota keluarga
mengidap polip atau kanker usus besar.
·
Menderita radang pencernaan.
Seperti kolitis ulseratif atau penyakit Crohn.
·
Menderita diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol.
·
Obesitas dan kurang berolahraga.
·
Merokok dan mengonsumsi minuman keras.
Beberapa kelainan genetik juga dapat meningkatkan risiko
timbulnya polip usus, antara lain:
·
Familial adenoma polyposis (FAP).
Merupakan penyakit langka, dimana ratusan bahkan ribuan polip tumbuh pada
usus besar. Penyakit ini biasanya mulai muncul di usia remaja, dan hampir pasti
akan berkembang menjadi kanker kolon apabila tidak segera ditangani.
·
Sindrom Gardner.
Merupakan salah satu varian FAP, dimana polip tumbuh di sepanjang usus
halus dan usus besar. Pada penyakit ini, dapat ditemukan juga tumor jinak di
bagian tubuh lain seperti kulit, tulang, dan perut.
·
Serrated Polyposis syndrome.
Kelainan ini memicu munculnya polip adenomatosa serata multipel di kolon
bagian atas.
·
MYH-Associated polyposis (MAP).
Kondisi ini serupa dengan FAP, dan disebabkan oleh mutasi pada gen MYH.
·
Sindrom pautz – jeghers.
Kondisi yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak kecokelatan (freckles) di sekujur tubuh,
termasuk pada bibir, gusi, dan kaki, kemudian terbentuk polip-polip pada usus.
·
Sindrom lynch.
Disebut
juga kanker kolorektal non-polip yang bersifat keturunan (herediter). Jumlah
polip pada kelainan ini relatif lebih sedikit, namun cepat sekali berkembang
menjadi ganas.
Diagnosis
Polip Usus
Pemeriksaan skrining rutin dapat mendeteksi polip usus
secara dini sebelum berkembang menjadi kanker, selain juga dapat mendeteksi
kanker usus besar pada stadium awal.
Pemeriksaan skrining yang biasa dilakukan adalah:
·
Kolonoskopi.
Adalah pengujian dimana dokter akan memasukkan alat untuk mengamati
lapisan dalam usus pasien. Jika ditemukan polip, maka dokter akan segera
mengangkat atau mengambil sampel untuk diteliti lebih lanjut.
·
Kolonoskopi virtual.
Dokter akan menggunakan hasil pencitraan CT scan untuk melihat gambaran
usus. Apabila ditemukan polip, maka dilakukan proses pengangkatan melalui
kolonoskopi.
·
Sigmodoiskopi fleksibel.
Tujuan pengujian ini adalah untuk memeriksa dinding dalam rektum dan
sepertiga bawah dari usus besar pasien. Apabila ditemukan adanya polip, maka
proses pengangkatan akan dilakukan melalui kolonoskopi.
·
Uji feses.
Ada
dua jenis pengujian feses yang bisa dilakukan, FIT (fecal
immunochemical test) dan FOBT (fecal occult blood test).
Keduanya bertujuan untuk menemukan kandungan darah dalam feses, dan bukan
merupakan tes yang spesifik.
Pengobatan
dan Pencegahan Polip Usus
Jika ditemukan polip usus saat pemeriksaan, dokter akan
melakukan pengangkatan polip. Beberapa adalah:
·
Pengangkatan saat skrining.
Sebagian besar polip dapat diangkat ketika pasien menjalani pemeriksaan
skrining. Pengangkatan ini dilakukan dengan melalui kolonoskopi.
·
Pembedahan invasif minimal.
Tindakan ini akan dilakukan jika ukuran polip terlalu besar, sehingga
tidak mungkin diangkat melalui kolonoskopi.
·
Pengangkatan rektum dan usus besar.
Akan
dilakukan pada pasien dengan kelainan genetik seperti FAP. Prosedur ini disebut
dengan proktokolektomi total.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
munculnya polip usus, yaitu:
·
Skrining rutin untuk kelompok yang beresiko
tinggi.
Apabila ada riwayat polip usus atau kanker usus besar di keluarga, atau
memiliki kelainan genetik yang merupakan faktor risiko, pemeriksaan skrining
rutin dianjurkan sejak menginjak usia dewasa.
·
Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran.
·
Mengurangi konsumsi makanan berlemak.
·
Tidak merokok dan mengonsumsi minuman keras.
·
Menjaga berat badan dan berusaha selalu aktif
secara fisik.
·
Mengonsumsi aspirin sesuai anjuran dokter.
Mengonsumsi aspirin dapat mengurangi risiko terjadinya polip usus, namun
dapat meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna. Oleh sebab itu, penggunaan
aspirin harus dalam pengawasan dokter.
·
Meningkatkan konsumsi kalsium.
Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa meningkatkan konsumsi kalsium akan membantu
mencegah kambuhnya polip usus. Namun masih belum dapat dipastikan apakah
kalsium mampu mencegah terjadinya kanker usus besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar