Selasa, 30 Januari 2018

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL



Pengertian Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual atau PMS, kini dikenal dengan istilah infeksi menular seksual atau IMS, adalah penyakit atau infeksi yang umumnya ditularkan melalui hubungan seks yang tidak aman. Penyebaran bisa melalui darah, sperma, cairan vagina, atau pun cairan tubuh lainnya.

Selain itu, penyebaran tanpa hubungan seksual juga bisa terjadi dari seorang ibu kepada bayinya, baik saat mengandung atau ketika melahirkan. Pemakaian jarum suntik secara berulang atau bergantian di antara beberapa orang juga berisiko menularkan infeksi.

Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan Oleh Bakteri

Beberapa penyakit menular seksual akibat bakteri yang akan dibahas di sini adalah sifilis, gonore, chlamydia, chancroid, granuloma inguinale, dan lymphogranuloma venereum.

·         Sifilis.

Sifilis atau raja singa adalah penyakit seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Gejala awal sifilis adalah munculnya lesi atau luka pada alat kelamin atau pada mulut. Luka ini mungkin tidak terasa sakit, tapi sangat mudah untuk menularkan infeksi. Luka atau lesi ini akan bertahan selama 1,5 bulan dan kemudian menghilang dengan sendirinya. Perlu diperhatikan bahwa lesi sangat menular, sentuhan dengan lesi dapat mengakibatkan seseorang tertular.

Jika sifilis tidak ditangani, infeksi ini akan berlanjut ke tahap yang berikutnya dalam 4-10 minggu setelah lesi hilang. Pada tahap berikutnya, gejala yang mirip dengan flu  seperti demam , nyeri pada persendian, dan sakit kepala  akan muncul. Kerontokan rambut hingga pitak juga bisa dialami penderita.

Jika dibiarkan, infeksi sifilis bisa bertahan di dalam tubuh selama beberapa tahun tanpa menimbulkan gejala apapun. Yang perlu diwaspadai, selama masa itu bakteri akan menyebar ke bagian tubuh lain dan dapat menyebabkan kondisi serius berupa kelumpuhan, kebutaan, demensia, meningitis, gangguan jantung , dan masalah koordinasi.

Untuk memastikan diagnosis sifilis, tes darah bisa dilakukan. Terkadang gejala yang muncul sulit dikenali sebagai penyakit sifilis, oleh karena itu segera lakukan tes darah jika mencurigai diri berisiko terkena sifilis.

Antibiotik seperti suntikan penisilin digunakan untuk mengobati sifilis. Jika sifilis diobati dengan benar, tahapan sifilis yang lebih parah bisa dicegah. Hindari hubungan seksual sebelum memastikan infeksi sifilis benar-benar hilang, yaitu sekitar 2 minggu setelah pengobatan selesai. Pastikan juga untuk memeriksakan kesehatan pasangan Anda saat ini atau orang yang pernah berhubungan seksual dengan Anda jika Anda terdiagnosis sifilis.

·         Gonore atau kencing nanah.

Gonore atau kencing nanah adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Beberapa penderita penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa pun, sehingga bisa tidak diketahui sama sekali jika dirinya terinfeksi. Bila menimbulkan gejala, pada penderita gonore dapat ditemukan:

Gejala gonore pada pria:

a.       Pada ujung penis keluar cairan berwarna putih, kuning, atau hijau.

b.      Rasa sakit atau perih saat buang air kecil.

c.       Peradangan pada ujung penis.

d.      Terkadang ditemukan rasa sakit di sekitar buah zakar.

Gejala gonore pada wanita:

a.       Cairan vagina yang encer dan berwarna kuning atau hijau.

b.      Sering buang air kecil.

c.       Perih atau rasa sakit saat buang air kecil.

d.      Rasa sakit pada perut bagian bawah pada saat berhubungan seks atau setelahnya.

e.      Perdarahan pada saat berhubungan seks atau setelahnya, atau perdarahan berlebihan ketika mengalami menstruasi.

f.        Gatal di sekitar kelamin.

Infeksi gonore juga bisa berdampak pada bagian tubuh lain bila terjadi kontak dengan sperma atau cairan vagina. Bagian tubuh lain yang beresiko terkena gonore adalah rektum, mata, dan tenggorokan.

Diagnosis untuk memastikan apakah Anda terinfeksi gonore adalah dengan melakukan tes urine pada pria dan pemeriksaan cairan vagina pada wanita. Selain itu, pengambilan sampel nanah dari bagian yang terinfeksi juga bisa dilakukan.

Sama seperti sifilis, infeksi gonore atau kencing nanah bisa diobati dengan antibiotik. Sangat penting untuk minum obat antibiotik sesuai dosis dan jangka waktu yang dianjurkan, agar infeksi benar-benar lenyap. Jika tidak ditangani dengan baik, gonore atau kencing nanah bisa menyebabkan kemandulan.

·         Chlamydia.

Chlamydia adalah jenis penyakit seksual yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Penyakit ini merupakan penyakit menular seksual yang paling sering terjadi. Beberapa orang tidak merasakan gejala sama sekali, sehingga penularan bisa terjadi tanpa disadari. Pada sebagian orang, chlamydia bisa menimbulkan gejala, seperti:

Gejala chlamydia pada wanita:

a.       Cairan vagina tidak seperti biasanya.

b.      Perih atau rasa sakit saat buang air kecil.

c.       Menstruasi yang banyak.

d.      Perdarahan diluar siklus haid.

e.      Sakit saat melakukan hubungan seksual.

f.        Nyeri di perut bagian bawah.

Gejala chlamydia pada pria:

a.       Pada ujung penis keluar cairan berwarna jernih atau putih.

b.      Sakit pada saat buang air kecil.

c.       Rasa gatal atau panas sekitar lubang penis.

d.      Rasa sakit dan pembengkakan di sekitar buah zakar.

Untuk mendiagnosis chlamydia bisa dengan cara tes urine atau pengambilan sampel cairan dari area yang terinfeksi.

Pengobatan infeksi ini adalah dengan cara mengonsumsi antibiotik. Pastikan untuk menghabiskan obat yang sudah diresepkan oleh dokter, meski kondisi terasa sudah membaik. Lakukan tes urine atau pengambilan sampel cairan alat kelamin sekali lagi setelah pengobatan selesai, hal ini untuk memastikan infeksi benar-benar telah sembuh.

Infeksi chlamydia juga bisa menyerang rektum, tenggorokan, atau mata. Jika tidak dirawat, infeksi ini dapat menyebabkan kemandulan baik pada pria maupun wanita. Pada wanita, chlamydia juga bisa menyebabkan kehamilan ektopik. Infeksi ini juga bisa ditularkan saat melahirkan dan menyebabkan bayi bisa mengalami infeksi mata atau paru-paru. Pada pria, chlamydia bisa menyebabkan peradangan pada saluran kencing, infeksi pada kandung kemih da epididimitis, serta infeksi pada rektum. 

·         Chancroid.

Penyakit menular seksual ini disebabkan oleh bakteri Haemophilus ducreyl. Bisul kecil di alat kelamin akan muncul setelah 1-14 hari seseorang terinfeksi chancroid. Sehari setelahnya, benjolan akan berubah menjadi luka. Selain kemunculan luka, sebagian orang yang terinfeksi chancroid akan mengalami pembengkakan kelenjar getah bening di bagian selangkangan. Pada sebagian orang, pembengkakan ini bisa berkembang menjadi abses.

Tidak ada tes darah khusus untuk chancroid. Chancroid biasanya didiagnosis dengan melihat luka yang muncul, pembengkakan kelenjar, dan melakukan beberapa tes pemeriksaan untuk menyingkirkan PMS lainnya. Pengobatan kondisi ini dilakukan dengan pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi. Untuk abses kelenjar getah bening, prosedur drainase dengan jarum atau operasi kecil bisa dijalankan.

·         Donovanosis.

Penyakit yang juga disebut granuloma inguinale ini disebabkan oleh bakteri Klebsiella granulomatis. Penyebaran penyakit ini biasa terjadi melalui vagina atau seks anal dan sangat jarang ditularkan melalui seks oral. Kebanyakan penderita dari penyakit ini adalah pria.

Penyakit ini akan menggerogoti jaringan alat kelamin secara perlahan. Jika terkena penyakit ini, penderita akan merasakan beberapa gejala seperti:

a.       Muncul luka di sekitar bokong serta benjolan berwarna merah di sekitar anus dan alat kelamin.

b.      Alat kelamin dan kulit di sekitarnya akan memudar warnanya.

c.       Lapisan kulit perlahan terkelupas, kemudian benjolan akan membesar akibat proses peradangan. Kulit tidak nyeri pada fase ini, tetapi mudah sekali berdarah.

d.      Kerusakan jaringan bisa meluas hingga pangkal paha.

Untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter akan melakukan biopsi pada lesi penderita untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium. Jika positif terkena donovanosis, biasanya dokter akan meresepkan antibiotik pada penderita untuk dikonsumsi selama 3 minggu.

Jika tidak ditangani dengan benar, penderita donovanosis akan berisiko terkena beberapa komplikasi seperti:

a.       Kerusakan dan pembentukan jaringan parut pada organ genital.

b.      Warna kulit pada alat kelamin dan sekitarnya akan memudar.

c.       Pembengkakan permanen pada organ genital akibat jaringan parut.

·         Lymphogranuloma venerum.

Penyakit yang juga dikenal dengan nama LGV atau penyakit Durand-Nicholas-Favre ini disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis. Infeksi bakteri ini biasanya terjadi pada sistem limfatik.

LGV sendiri dibagi menjadi tiga, LGV primer, LGV sekunder dan LGV tersier. Berikut beberapa karakteristik LGV primer:

a.       Gejala muncul 3-21 hari setelah terjadi kontak antara seseorang dengan bakteri.

b.      Pria lebih sering mengalami kondisi ini dibandingkan wanita.

c.       Muncul beberapa kelompok lesi yang mirip dengan infeksi herpes.

d.      Penderita biasanya akan mengalami gejala peradangan uretra (uretritis).

e.      Pada pria, LGV primer akan berdampak pada bagian tubuh di sekitar penis hingga uretra, serta anus.

f.        Pada wanita, LGV primer akan berdampak pada bagian tubuh di sekitar vagina.

Sedangkan pada penderita LGV sekunder biasanya gejala muncul 10 sampai 30 hari setelah penderita terpapar bakteri namun butuh beberapa bulan untuk berkembang. Beberapa ciri-cirinya adalah:

a.       Lesu.

b.      Nyeri pada sendi.

c.       Demam.

d.      Sakit kepala.

e.      Mual dan muntah.

f.        Pembengkakan nodus limfa.

g.       Muncul bercak beralur.

h.      Kulit penderita akan terkena eritema multiforme, urtikaria, eritema nodosum, atau ruam.

Pada penderita LGV tersier, gejalanya baru akan muncul hingga 20 tahun setelah penderita terinfeksi bakteri. Beberapa ciri LGV tersier lainnya adalah:

a.       Proktokolitis (peradangan pada dubur dan usus besar).

b.      Rasa gatal pada bagian bokong.

c.       Tinja bercampur darah.

d.      Nyeri pada dubur.

e.      Tenesmus (muncul dorongan untuk buang air besar secara terus menerus).

f.        Penurunan berat badan.

g.       Fibrosis dubur.

h.      Esthiomene (pembesaran granuloma menahun disertai ulserasi dan erosi pada alat kelamin wanita).

Untuk mengobati LGV, biasanya dokter akan meresepkan antibotik. Dokter juga bisa melakukan tindakan pembedahan untuk mengatasi LGV.

Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan Oleh Virus

Herpes genital, kutil kelamin, molluscum contagiosum, hepatitis B, hepatitis D, dan HIV adalah contoh-contoh penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus.

·         Herpes genital.

Herpes genital adalah penyakit seksual yang disebabkan oleh virus herpes simpleks atau sering disebut HSV. Gejala herpes genital akan muncul beberapa hari setelah terinfeksi HSV. Luka melepuh berwarna kemerahan serta rasa sakit pada wilayah genital menjadi awal gejala herpes yang muncul. Mungkin juga akan disertai gatal atau sakit saat membuang air kecil.

Virus ini dapat bersifat dorman atau tidak aktif dan bersembunyi di dalam tubuh tanpa menyebabkan gejala. Tapi virus ini bisa kembali aktif dan luka akan muncul kembali. Meskipun begitu luka yang terjadi biasanya lebih kecil dan tidak terlalu sakit dibandingkan dengan infeksi pertama. Hal ini terjadi karena tubuh telah menghasilkan antibodi terhadap virus ini setelah pertama kali terinfeksi. Antibodi yang sudah ada akan melawan kemunculan kembali virus ini.

Diagnosis herpes genital bisa dilakukan dengan pengambilan sampel cairan dari luka yang muncul atau dengan melakukan tes darah. Hingga kini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan herpes genital. Tapi, gejala yang terjadi bisa dikendalikan dengan obat-obatan antivirus.

·         Kutil kelamin.

Kutil kelamin atau kutil genital adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus yang dikenal sebagai human papillomavirus (HPV). Terdapat 40 tipe virus HPV yang dapat menyerang alat kelamin, tetapi sebagian besar kutil kelamin disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11. Kutil kelamin adalah kutil yang muncul di sekitar alat kelamin atau di area dubur. Kutil ini mungkin tidak menimbulkan rasa sakit, tapi biasanya akan muncul rasa gatal-gatal, memerah dan terkadang bisa berdarah. Pada beberapa penderita, kutil bisa tumbuh bergerombol dan kemudian terlihat seperti kembang kol.

Kutil dapat muncul setelah beberapa bulan bahkan tahunan setelah terjadinya infeksi HPV. Bahkan pada kebanyakan orang, kutil tidak muncul sama sekali meskipun telah terinfeksi. Kutil dapat juga muncul pada mulut atau tenggorokan orang yang melakukan seks oral.

Penyebaran virus ini tidak hanya melalui hubungan seksual. HPV bisa menyebar melalui kontak langsung dari kulit ke kulit. Untuk memastikan diagnosis apakah terdapat kutil kelamin, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada bagian yang terinfeksi. Selain itu, bisa juga dilakukan tes khusus untuk mendiagnosis HPV dengan memeriksa vagina bagian dalam atau saluran kencing pad pria.

Tidak ada pengobatan atau penanganan yang bisa melenyapkan virus HPV dari tubuh sepenuhnya. Kutil yang muncul di area kelamin atau dubur bisa ditangani dengan prosedur pembekuan, terapi laser, atau memakai krim. Operasi juga bisa dilakukan untuk mengangkat kutil yang besar.

Meskipun tidak ada pengobatan untuk virus HPV, kutil kelamin bisa dicegah dengan memberikan vaksin HPV. Penting untuk diketahui bahwa vaksin HPV tidak dapat mencegah seluruh tipe HPV, konsultasikan dengan dokter jenis vaksin HPV yang cocok dengan kebutuhan anda.

Meski tidak semua jenis virus HPV berkaitan dengan kanker, disarankan untuk melakukan pemeriksaan sel kanker secara teratur jika terinfeksi HPV.

·         HIV.

HIV atau human immunodeficiency virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini dapat tertular melalui hubungan seks yang tidak aman, berbagi alat suntik atau pun jarum, dari ibu kepada bayinya saat melahirkan, maupun melalui transfusi darah.

Sistem kekebalan tubuh akan melemah dan tidak mampu melawan infeksi maupun penyakit akibat virus ini. Hingga kini, belum ada obat untuk sepenuhnya melenyapkan HIV dari tubuh.Pengobatan HIV  umumnya dilakukan untuk memperpanjang usia dan meredakan gejala yang muncul akibat HIV.

HIV tidak memiliki gejala yang jelas. Gejala awal yang terjadi adalah gejala flu ringan disertai demam, sakit tenggorokan, maupun ruam. Seiring virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, tubuh penderita akan makin rentan terhadap berbagai infeksi.

Jika merasa berisiko terinfeksi virus HIV, satu-satunya cara untuk mengetahui diagnosisnya adalah dengan melakukan tes HIV  beserta konselingnya. Tes HIV bisa dilakukan di klinik Voluntary Counseling and Testing atau VCT (KTS= Konseling dan Tes HIV Sukarela).

·         Molluscum contagiosum.

Ini adalah infeksi kulit akibat virus yang menyebabkan munculnya benjolan kecil berwarna seperti daging segar. Benjolan ini bisa muncul terpisah atau berkelompok. Molluscum contagiosum menular melalui kontak fisik dengan penderitanya, termasuk hubungan seksual.

Umumnya, benjolan Molluscum contagiosum muncul di sekitar alat kelamin, badan, wajah, atau kelopak mata. Benjolan ini juga bisa meradang dan berubah warna menjadi kemerahan ketika tubuh penderita melawan virusnya.

Infeksi virus ini akan tetap menular selama benjolan masih ada. Biasanya benjolan akan muncul setelah 2 hingga 7 minggu sejak terinfeksi, namun bisa saja muncul setelah 6 bulan. Untuk memastikan diagnosis penyakit ini, dokter akan mengutamakan pemeriksaan fisik dan bila diperlukan mungkin akan mengambil sampel untuk di periksa lebih lanjut.

Pada kebanyakan pasien, penyakit ini akan sembuh sendiri dan benjolan akan hilang setelah 6-9 bulan. Khusus pada benjolan yang ada di sekitar alat kelamin, dokter biasanya akan melakukan pengobatan untuk mencegah penyebaran. Pengobatan yang bisa dilakukan meliputi membekukan benjolan dengan prosedur seperti krioterapi, mengikis benjolan dengan tindakan kuret, memberikan zat kimia pada benjolan, dan mengoleskan obat cair atau krim.

·         Hepatitis B.

Disebabkan oleh virus dengan nama yang sama, hepatitis B ternyata lebih mudah ditularkan melalui hubungan seksual daripada HIV. Virus ini bisa ditemukan pada darah, cairan vagina, air liur, dan sperma. Seks oral, dan khususnya seks anal, adalah cara yang bisa menularkan virus Hepatitis B. Transplantasi organ dan penggunaan jarum suntik secara bergantian juga berisiko menjadi cara penularan virus penyakit ini.

Gejala Hepatitis B biasanya baru akan muncul sekitar 2-5 bulan setelah penderita mengalami kontak dengan virus. Gejala awal muncul seperti flu dan kemudian berkembang menjadi penyakit kuning. Pada fase kronis, hepatitis B dapat menyebabkan kerusakan permanen pada hati.

Untuk memastikan diagnosis hepatitis, dapat dilakukan pemeriksaan darah. Pemeriksaan darah yang dilakukan meliputi pemeriksaan antibodi dan protein pada virus. Selain itu juga akan dilakukan pemeriksaan fungsi hati untuk melihat kerusakan pada organ hati anda.

Hingga saat ini tidak ada pengobatan untuk menghilangkan virus hepatitis. Pengobatan yang dilakukan oleh dokter akan bertujuan untuk menunda atau mencegah komplikasi yang dapat terjadi. Meskipun begitu, terdapat vaksin yang dapat melindungi dari infeksi hepatitis B.

·         Hepatitis D.

Hepatitis D adalah infeksi virus yang hanya bisa dialami oleh seseorang yang mengidap infeksi hepatitis B aktif. Cara penularannya mirip dengan hepatitis B, namun lebih sering terjadi pada pengguna jarum suntik yang bergantian dibandingkan hubungan seksual.

Seperti halnya hepatitis B, penderita hepatitis D bisa mengalami gejala parah secara tiba-tiba. Secara umum,infeksi hepatitis D akan memperberat kerusakan dan gejala yang muncul setelah terkena hepatitis B.

Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan Oleh Parasit

Terdapat pula beberapa penyakit menular seksual yang disebabkan parasit, antara lain:

·         Kudis atau scabies.

Kudis adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Tungau yang sulit terlihat oleh mata ini menggali dan hidup di dalam kulit. Parasit ini bisa ditularkan melalui kontak tubuh secara langsung, melalui baju, peralatan tidur, atau handuk yang terinfeksi.

Gejala utama dari kudis adalah munculnya rasa gatal yang hebat terutama pada malam hari. Rasa gatal ini sering kali muncul di bagian jari, pergelangan tangan dan kaki, ketiak, atau bisa juga di area kelamin. Terkadang, kudis juga bisa mengakibatkan munculnya ruam dan bintik kecil.

Kondisi ini bisa ditangani dengan memakai krim atau sampo khusus. Setelah pengobatan, terkadang rasa gatal masih tetap ada selama beberapa lama.

·         Kutu pada rambut kemaluan.

Kutu pada rambut kemaluan adalah serangga parasit kecil yang hidup di antara rambut tubuh, misalnya rambut kemaluan, bulu ketiak, rambut tubuh, jenggot, alis, dan bulu mata. Kutu ini memangsa darah manusia untuk bertahan hidup. Di kulit, kutu ini merangkak dari rambut ke rambut dan tidak bisa melompat dari satu orang ke orang lainnya. Penularan hanya terjadi dengan kontak tubuh langsung dan seringkali terjadi saat hubungan seksual.

Gejala utama yang terjadi adalah rasa gatal pada bagian yang terinfeksi dan terjadinya peradangan atau iritasi akibat garukan penderita. Selain itu penderita juga bisa menemukan serbuk kehitaman di celana dalam atau bercak darah di kulit akibat gigitan kutu.

Jika merasakan gejala seperti tadi, anda terkadang bisa melihat secara langsung apakah ada kutu pada rambut kemaluan atau pun rambut lain yang terasa gatal. Kutu ini bisa diatasi dengan memakai krim atau sampo khusus. Anda tidak perlu mencukur rambut pada kemaluan atau rambut tubuh yang terinfeksi.
Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan Oleh Parasit
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit:
·         Trikomoiasis.

Trikomoiasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit sangat kecil bernama Trichomonas vaginalis. Kondisi ini mudah sekali ditularkan melalui hubungan seksual. Kebanyakan penderita pria tidak menyadari infeksi ini karena tidak mengalami gejala apa pun, sampai ketika pasangan wanitanya mengalami gejala dan didiagnosis menderita penyakit ini.

Gejala yang terjadi pada pria:

a.       Buang air kecil lebih sering dari biasanya.

b.      Sensasi rasa perih sesaat setelah buang air kecil atau usai ejakulasi.

c.       Cairan penis berwarna keputihan.

d.      Inflamasi pada kulup dan kulit penis.

Gejala yang terjadi pada wanita:

a.       Cairan vagina encer atau berbuih warna kuning kehijauan dengan bau tidak sedap.

b.      Rasa sakit dan gatal-gatal di sekitar vagina.

c.       Sakit atau tidak nyaman saat melakukan hubungan seksual atau buang air kecil.

Untuk mendiagnosis trikomoniasis bisa dilakukan dengan pemeriksaan fisik, tes urine, dan pengambilan sampel cairan. Jika anda sangat diduga menderita trikomoniasis, pengobatan dengan antibiotik akan dimulai meskipun hasil pemeriksaan sampel belum muncul. Hal ini bertujuan agar infeksi cepat sembuh dan kemungkinan penularan menurun.

Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan Oleh Jaur

Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh jamur:

·         Tinea cruris.

Penyakit menular seksual ini adalah infeksi jamur yang menyerang kulit di sekitar alat kelamin, paha bagian dalam, serta bokong. Penderita tinea cruris biasanya akan merasakan munculnya ruam kemerahan berbentuk lingkaran yang terasa gatal pada bagian kulit yang terinfeksi.

Untuk memastikan tinea cruris, sampel akan diambil dari kulit yang terinfeksi. Sampel kulit kemudian akan dilihat di mikroskop. Meskipun begitu, kebanyakan dokter ahli kulit dapat mendiagnosis tinea cruris hanya dengan mengenali ruam pada kulit pasien.

Tinea cruris dapat disembuhkan dengan pemberian obat salep, semprot, bedak, atau losion anti-jamur. Namun, untuk menangani tinea cruris yang sudah parah, penderita dapat menggunakan salep atau krim anti-jamur yang lebih kuat, serta mengonsumsi pil anti-jamur yang bisa didapatkan dengan resep dokter.

·         Infeksi candida

Infeksi jamur Candida albicans, biasanya menjadi penyebab umum iritasi pada vagina. Namun pada pria, khususnya yang tidak sunat, juga bisa mengalaminya. Selain di alat kelamin, jamur ini juga dapat ditemukan di bibir, kuku, sekitar anus, dan bahkan saluran pencernaan.

Pada infeksi di vagina, penderita wanita biasanya akan merasakan rasa gatal luar biasa di sekitar vagina, kulit di sekitar vagina akan memerah dan terasa perih, serta keputihan yang menggumpal seperti keju. Sedangkan pada penderita pria akan muncul ruam kemerahan pada penis, gatal dan sensasi rasa perih pada ujung penis, serta bau tidak sedap.

Pengobatan pada infeksi candida tergantung pada lokasi, keparahan dan kondisi kesehatan penderita. Untuk di sekitar kelamin dapat diobati dengan pemberian krim, supositoria, atau tablet anti-jamur.

Jumat, 26 Januari 2018

PENYAKIT LOU GEHRIG



Pengertian Penyakit Lou Gehrig

Penyakit Lou Gehrig atau Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) adalah gangguan yang menyerang saraf motorik di otak dan tulang belakang. Saraf motorik berfungsi menghantarkan signal listrik saraf yang mengendalikan gerakan otot. Kerusakan pada saraf motorik mengakibatkan tubuh kehilangan kemampuan untuk menggerakkan otot, sehingga otot menjadi lumpuh dan kemudian mengecil. Nama penyakit Lou Gehrig diambil dari nama atlet baseball ternama Amerika Serikat yang mengalami penyakit ini sekitar tahun 1930-an.

Saraf motorik dibagi menjadi dua bagian, yaitu saraf motorik atas (upper motor neuron, UMN) yang bertugas mengirimkan pesan dari otak ke saraf tulang belakang, dan saraf motorik bawah (lower motor neuron, LMN) yang bertugas mengirimkan pesan dari saraf tulang belakang ke otot.

Pada penyakit Lou Gehrig, terjadi pengerasan dan penyusutan saraf-saraf motorik. Akibatnya, signal listrik saraf tidak dapat dihantarkan dan otot-otot tidak mendapatkan perintah untuk bergerak, sehingga mengakibatkan kelumpuhan, kesulitan mengunyah, menelan, berbicara, atau bahkan bernapas.

Terdapat dua tipe Penyakit Lou Gehrig yaitu:

·         Sporadic Amyotrophic Lateral Sclerosis.

Kondisi ini dialami oleh 95 persen pengidap penyakit Lou Gehrig tanpa sebab yang jelas.

·         Familial Amyotrophic Lateral Sclerosis.

Kondisi ini terjadi karena pengaruh kelainan genetik yang diturunkan. Orangtua yang menderita ALS, berpotensi menurunkan penyakit tersebut kepada anak-anaknya.

Gejala Penyakit Lou Gehrig

Tanda-tanda awal kemunculan penyakit Lou Gehrig biasanya dimulai dari tangan, lalu ke kaki, dan menyebar ke bagian tubuh yang lain.

Gejalanya terdiri dari:

·         Tangan terasa lemas dan sering menjatuhkan barang.

·         Lemah pada tungkai dan kaki, sehingga sering jatuh atau tersandung.

·         Sulit menegakkan kepala.

·         Sulit menjaga posisi badan.

·         Bicara tidak jelas.

·         Sulit menelan.

·         Sulit berjalan dan melakukan aktivitas normal sehari-hari.

Penyebab Penyakit Lou Gehrig

Belum diketahui pasti apa penyebab kerusakan sel saraf pada penyakit ini. Sekitar 10 persen dari kasus yang terjadi, ditemukan adanya mutasi genetik yang menyebabkan pembentukan suatu protein yang sifatnya merusak sel saraf.

Ada beberapa faktor lain yang juga diduga dapat menjadi penyebab kerusakan sel pada ALS, di antaranya:

·         Kelebihan glutamat.

Glutamat adalah zat kimia yang berperan sebagai pengirim pesan dari atau ke otak dan saraf. Akan tetapi, apabila terjadi penumpukan glutamat di sekitar sel saraf dapat menimbulkan kerusakan pada saraf.

·         Gangguan sistem imun.

Dalam kondisi tertentu, sistem kekebalan tubuh seseorang justru menyerang sel-sel yang sehat di dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan pada sel-sel saraf.

·         Gangguan pada mitokondria.

Mitokondria merupakan tempat pembentukan energi di dalam sel. Gangguan dalam pembentuan energi ini dapat merusak sel-sel saraf, serta mempercepat perburukan penyakit yang mungkin disebabkan oleh faktor lain.

·         Stres oksidatif.

Kadar radikal bebas yang berlebihan akan menyebabkan stres oksidatif, dan menyebabkan kerusakan pada berbagai sel tubuh.

Faktor Risiko Penyakit Lou Gehrig

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko penyakit Lou Gehrig, di antaranya:

·         Usia.

Hasil studi menemukan bahwa seseorang dengan usia 40-60 tahun lebih berisiko mengalami penyakit Lou Gehrig.

·         Jenis kelamin.

Pria berusia 65 tahun berisiko mengalami penyakit Lou Gehrig dibandingkan wanita dengan usia yang sama.

·         Keturunan.

Pengidap penyakit Lou Gehrig berpotensi menularkan penyakit ini kepada anaknya dengan presentase 50 persen.

·         Genetika.

Penelitian menemukan seseorang dengan jenis gen tertentu berpotensi mengalami penyakit Lou Gehrig.

·         Merokok.

Rokok bisa memicu kemunculan penyakit Lou Gehrig, terutama pada perempuan yang sudah menopause.

·         Paparan zat kimia beracun.

Paparan zat kimia beracun secara terus-menerus bisa memicu terjadinya penyakit Lou Gehrig.

Diagnosis Penyakit Lou Gehrig

Penyakit Lou Gehrig sulit didiagnosis sejak dini karena tanda dan gejalanya mirip dengan gangguan neurologi yang lain. Untuk menegakkan diagnosa penyakit Lou Gehrig, dapat dilakukan beberapa tes berikut:

·         Elektromiogram (EMG).

Untuk mengevaluasi aktivitas listrik pada otot.

·         Pemeriksaan MRI.

Untuk melihat sistem saraf mana yang bermasalah.

·         Pemeriksaan darah dan urin.

Utuk mengetahui kondisi kesehatan penderita secara umum, adanya kelainan genetik, atau faktor penyebab lain.

·         Pemeriksaan kecepatan hantar saraf.

Untuk menilai fungsi dari saraf-saraf motorik tubuh.

·         Sampel biopsi otot.

Untuk melihat kelainan pada otot.

·         Spinal tap.

Untuk memeriksa sampel cairan otak yang diambil melalui tulang belakang.

Pengobatan Penyakit Lou Gehrig

Pengobatan dilakukan untuk menghambat perkembangan penyakit serta mencegah komplikasi. Obat-obatan dapat juga diberikan untuk meringankan gejala, misalnya nyeri, kram, kejang otot, sembelit, air liur dan dahak yang berlebihan, gangguan tidur, serta depresi.

Di samping itu, dokter akan menyarankan penderita untuk menjalani serangkaian terapi yang terdiri dari:

·         Terapi pernapasan.

Apabila kelemahan sudah terjadi pada otot-otot pernapasan, maka pernapasan akan dibantu oleh mesin, terutama pada waktu tidur.

·         Terapi fisik.

Untuk menjaga kebugaran tubuh, kesehatan jantung, dan meningkatkan kekuatan otot.

·         Terapi bicara.

Membantu penderita untuk bisa berkomunikasi dengan baik (terutama verbal) dengan mengajarkan teknik-teknik tertentu.

·         Terapi okupsi.

Membantu penderita melakukan aktivitas rutin sehari-hari dengan bantuan alat dan teknik khusus, untuk tetap menjaga kemampuan fungsional dan kemandirian penderita.

Penanganan tambahan lain yang bisa diberikan yaitu berupa pengaturan asupan nutrisi. Disarankan agar penderita diberikan makanan dalam bentuk yang mudah ditelan, dan mengandung gizi yang cukup.

Komplikasi Penyakit Lou Gehrig

Komplikasi penyakit laou Gehrig diantaranya:

·         Kesulitan berbicara.

Pengidap penyakit Lou Gehrig sering mengalami kesulitan berbicara. Kata-kata yang diucapkan tidak jelas dan sulit dipahami.

·         Gangguan pernapasan.

Penyakit Lou Gehrig jangka panjang bisa melumpuhkan otot-otot pernapasan.

·         Ganguan makan.

Kerusakan otot yang digunakan untuk mengunyah dan menelan makanan menyebabkan terjadinya malanutrisi dan dehidrasi pada pengidap penyakit Lou Gehrig.

·         Demensia.

Banyak pengidap penyakit Lou Gehrig mengalami demensia, dengan gejala berupa penurunan daya ingat dan kemampuan membuat keputusan.