Pengertian Neuropati
Perifer
Neuropati perifer adalah kelompok kerusakan pada sistem
saraf tepi yang terletak di luar sistem saraf pusat. Dengan kata lain,
kerusakan saraf terjadi di luar saraf tulang belakang dan otak.
Kondisi ini biasanya dialami oleh seseorang yang sudah
lanjut usia (lansia). Diperkirakan sekitar 10 persen orang yang berusia 55
tahun ke atas mengalami neuropati perifer.
Gejala neuropati perifer bervariasi, tergantung kepada saraf
apa yang terganggu.
·
Jika seseorang mengalami neuropati motorik atau
gangguan pada saraf yang mengatur gerakan tubuh, maka salah satu atau beberapa
gejala yang bisa terjadi adalah kedutan, kram, lemah, atau bahkan lumpuh pada
salah satu otot atau lebih. Sering kali kaki bagian depan seseorang yang
mengalami neuropati motorik sulit untuk diangkat, sehingga harus diseret ketika
berjalan. Selain itu, gejala lain dari neuropati motorik adalah penipisan otot.
·
Jika seseorang mengalami neuropati sensorik atau
gangguan pada saraf yang membantu tubuh merasakan nyeri, suhu, dan sentuhan,
maka salah satu atau beberapa gejala yang bisa terjadi adalah kesemutan,
alodinia (mudah merasakan sakit meski hanya tersentuh sedikit), nyeri yang
terasa menusuk atau panas, kesemutan, atau hilang keseimbangan.
·
Jika seseorang mengalami neuropati otonom atau
gangguan pada saraf yang mengatur kinerja di luar kesadaran (misalnya detak
jantung dan pencernaan), maka salah satu atau beberapa gejala yang bisa
dirasakan adalah:
a.
Detak jantung meningkat.
b.
Disfagia atau sulit menelan.
c.
Perut kembung.
d.
Sering bersendawa.
e.
Mual.
f.
Konstipasi.
g.
Diare.
h.
BAB yang sulit dikontrol (inkontinensia ani).
i.
Beser atau sering buang air kecil.
j.
Tubuh jarang berkeringat atau sebaliknya
(terus-menerus berkeringat).
k.
Gangguan fungsi seksual.
l.
Hipotensi ortostatik (penurunan darah yang
terjadi secara tiba-tiba ketika seseorang berdiri dari duduk sehingga
menyebabkan pusing dan lemas).
Penyebab Neuropati
Perifer
Berikut ini beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya
neuropati perifer, di antaranya:
·
Penyakit diabetes.
·
Infeksi bakteri dan virus (misalnya HIV, cacar,
difteri, kusta, dan hepatitis C).
·
Penyakit hati kronik.
·
Penyakit ginjal kronik.
·
Penyakit autoimun (misalnya sindrom
Guillain-Barré, lupus, sindrom Sjogren, dan rheumatoid arthritis).
·
Gangguan saraf motorik dan sensorik yang
diturunkan (misalnya penyakit Charcot-Marie-Tooth).
·
Hipotiroidisme.
·
Peradangan pembuluh darah (vaskulitis).
·
Penyakit amiloidosis (penumpukan protein amiloid
di dalam organ atau jaringan tubuh).
·
Tekanan atau kerusakan pada saraf (misalnya
akibat cedera berat atau efek samping operasi).
·
Kanker sumsum tulang.
·
Kanker kelenjar getah bening.
·
Defisiensi vitamin B1, B6, B12, dan vitamin E.
·
Paparan racun (misalnya merkuri dan arsenik).
·
Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
·
Efek samping penggunaan jangka panjang
antibiotik nitrofurantoin dan metronidazole.
·
Efek samping obat thalidomide dan amiodarone.
·
Efek samping penggunaan jangka panjang phenytoin
(obat antiepilepsi).
·
Efek samping obat-obatan kemoterapi.
Diagnosis Neuropati
Perifer
Temui dokter jika kulit Anda terasa seperti tertusuk-tusuk
dan panas, kesemutan dan mati rasa pada daerah kaki, atau otot terasa lemas
yang disertai kram. Selain menanyakan seputar gejala yang Anda rasakan, dokter
juga akan menanyakan riwayat penyakit Anda dan keluarga serta menanyakan
obat-obatan yang Anda konsumsi. Kemudian, dokter akan memeriksa bagian-bagian
tubuh yang terkait dengan gejala Anda, termasuk diantaranya memeriksa kemampuan
Anda merasakan sensasi, uji kekuatan otot, serta memeriksa koordinasi dan
postur tubuh.
Tes darah dapat dilakukan guna mengidentifikasi ada tidaknya
penyakit diabetes. Gangguan fungsi imun dan defisiensi vitamin tertentu juga
dapat dideteksi melalui tes darah. Jika gangguan pada fungsi saraf diyakini
berkaitan dengan efek samping obat-obatan, maka dokter juga kemungkinan akan
melakukan pemeriksaan sampel darah dan urine untuk memastikannya.
Dokter dapat melakukan tes kecepatan konduksi saraf dan
elektromiogram (EMG) untuk melihat adanya ketidaknormalan pada saraf dan
menentukan struktur saraf mana yang mengalami kerusakan.
Pencitraan CT scan dan MRI
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi adanya herniasi pada bantalan tulang
belakang ataupun melihat adanya tumor.
Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan adalah biopsi otot
dan saraf. Contoh lainnya, pengambilan sampel cairan tulang belakang (pungsi
lumbal atau spinal tap) apabila inflamasi atau
infeksi diyakini sebagai penyebab neuropati perifer.
Pengobatan Neuropati
Perifer
Penanganan neuropati perifer berfokus untuk menangani
penyebab yang mendasari serta meredakan gejala yang diderita, antara lain:
·
Menjaga pola makan yang sehat, menjaga berat
badan ideal, berolahraga secara teratur, menggunakan insulin sesuai dosis yang
dianjurkan jika neuropati perifer disebabkan oleh diabetes.
·
Pemberian suntikan immunoglobulin untuk
meningkatkan antibodi tubuh.
·
Pemberian obat immunosuppressant untuk
mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh apabila neuropati perifer
disebabkan oleh penyakit autoimun.
·
Pemberian obat kortikosteroid jika neuropati
perifer disebabkan oleh inflamasi.
·
Operasi apabila neuropati perifer disebabkan
oleh saraf yang tertekan.
·
Mencari alternatif lain dari obat-obat yang
sedang dikonsumsi jika penyebab neuropati perifer adalah obat tersebut.
·
Mengonsumsi makanan dan suplemen vitamin B1, B6,
B12, atau vitamin E apabila neuropati perifer disebabkan oleh defisiensi
zat-zat tersebut.
·
Menghentikan konsumsi minuman beralkohol atau
menjauhkan diri dari paparan toksin apabila neuropati perifer disebabkan oleh
zat tersebut.
Pada kasus neuropati perifer yang menimbulkan gejala nyeri
yang mengganggu saraf, biasanya dokter akan meresepkan obat-obatan pereda rasa
sakit seperti:
·
Paracetamol dan Obat Antiinflamasi Non Steroid
(misalnya ibuprofen).
·
Gabapentin.
·
Amitriptyline.
·
Pregabalin.
·
Duloxetine.
·
Koyo dengan kandungan lidocaine.
·
Salep dengan kandungan capsaicin.
·
Tramadol.
Obat-obatan pereda rasa sakit tersebut akan diberikan oleh
dokter sesuai dengan tingkat keparahan atau letak nyeri. Sebagai contoh, jika
nyeri masih tergolong tingkat ringan, maka paracetamol dan ibuprofen menjadi
pilihan utama. Namun sebaliknya, dokter akan meresepkan tramadol jika nyeri
sudah tergolong tingkat parah dan tidak bisa diatasi oleh obat lain. Umumnya
pasien akan memerlukan obat antinyeri yang lebih kuat daripada paracetamol dan
ibuprofen.
Untuk mengatasi nyeri ringan yang hanya dirasakan pada
bagian-bagian tertentu saja, maka penggunaan koyo lidocaine atau salep
capsaicin bisa disarankan.
Pada kasus neuropati perifer yang telah membuat penderita
menjadi sulit bergerak akibat gejala lemas atau lumpuh otot, maka dokter akan
menyarankan penggunaan tongkat atau kursi roda, disamping melakukan terapi
fisik.
Komplikasi Neuropati
Perifer
Terutama pada kasus neuropati sensorik, gejala mati rasa bisa
mengakibatkan penderita tidak menyadari ketika kulitnya terluka atau terbakar.
Jika luka tersebut dibiarkan (terlebih lagi jika penderita memiliki penyakit
diabetes yang membuat penyembuhan luka menjadi melambat), maka bisa berkembang
menjadi infeksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar