Pengertian
Kriptorkismus
Kriptorkismus adalah suatu kondisi di mana testis pada bayi
laki-laki yang tidak turun ke dalam skrotum saat lahir. Testis tumbuh dalam
rongga perut (abdomen) saat janin berkembang dalam kandungan. Sekitar dua bulan
menjelang kelahiran atau pada trimester ketiga kehamilan, testis turun
secara alami melalui suatu saluran bernama inguinal canal,
lalu menempati skrotum. Seorang bayi dinyatakan mengalami kriptorkismus
ketika pada saat lahir testis tetap berada di dalam rongga perut atau di inguinal canal, dan tidak berada
pada skrotum seperti seharusnya.
Kriptorkismus lebih banyak terjadi pada bayi yang lahir
secara prematur. Pada sebagian besar kasus, testis dapat turun menempati posisi
seharusnya di skrotum dalam waktu 3-6 bulan setelah kelahiran. Sedangkan pada
sekitar 1 persen penderitanya, testis tetap berada dalam abdomen. Tindakan
penanganan berupa operasi diperlukan jika testis belum menempati skrotum
hingga bayi berusia 6 bulan. Meski tidak menimbulkan nyeri, kriptorkismus dapat
meningkatkan risiko kanker testis.
Gejala Kriptorkismus
Kriptorkismus jarang menunjukkan gejala tertentu. Kondisi
ini baru akan diketahui pasca kelahiran bayi. Meski demikian, belum dapat
dipastikan penyebab pasti terjadinya kriptorkismus.
Berbagai faktor bisa meningkatkan risiko testis tidak berada
di skrotum saat lahir. Faktor tersebut di antaranya adalah:
·
Kelahiran premature, yaitu sebelum kehamilan
mencapai 37 minggu.
·
Memiliki riwayat keluarga yang mengalami
kriptorkismus.
·
Kelahiran dengan berat badan rendah.
·
Gangguan pada janin yang dapat menghambat
pertumbuhan janin dalam kandungan, seperti sindrom down.
·
Konsumsi alkohol dan merokok saat hamil.
·
Terpapar pestisida.
Diagnosis Kriptorekismus
Kriptorkismus dapat didiagnosis melalui perabaan pada
testis. Tes pemindaian seperti USG atau MRI tidak diperlukan. Bila pada
pemeriksaan tidak teraba adanya testis, dokter akan menyarankan untuk dilakukan
pemeriksaan laparoskopi, dengan menggunakan selang berkamera yang dimasukkan
ke dalam perut bayi melalui sayatan kecil pada dinding perut. Metode ini dapat
digunakan sebagai penunjang diagnosis, sekaligus sebagai terapi. Namun pada
kasus tertentu tetap diperlukan tindakan operasi.
Pengobatan Kriptorkismus
Jika bayi mengalami kriptorkismus, penanganan perlu
dilakukan bila sampai usia lebih dari 6 bulan testis tidak turun sendiri.
Tindakan dapat dilakukan saat bayi berusia 6-12 bulan. Tindakan tersebut
bertujuan untuk memindahkan testis ke dalam skrotum seperti seharusnya.
Salah satu caranya adalah melalui penyuntikan hormon chrionic gonadotropin (HCG) untuk
merangsang proses turunnya testis hingga menempati skrotum. Namun terapi
hormon tidak menjadi pilihan utama, karena efektivitasnya lebih rendah bila
dibandingkan dengan operasi.
Operasi yang dapat dilakukan adalah orkiopeksi, untuk
memindahkan testis ke dalam skrotum. Prosedur operasi tentunya memiliki
beberapa risiko, antara lain perdarahan, infeksi, testis kembali ke naik,
jaringan testis mengecil dan mati (atrofi testis) karena terjadi gangguan
suplai darah, serta kerusakan pada saluran testis menuju uretra sehingga cairan
semen atau mani sulit keluar. Meski memiliki risiko, sebagian besar tindakan
operasi berhasil mengembalikan posisi testis ke skrotum.
Pada kasus di mana bayi tidak memiliki testis sama sekali,
penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan implantasi testis. Sedangkan pada
bayi yang masih memiliki paling tidak satu testis yang sehat, dapat
ditangani dengan terapi hormon. Hal ini penting untuk kematangan secara fisik
saat pubertas.
Komplikasi Kriptorkismus
Salah satu komplikasi yang dapat timbul akibat kriptorkismus
adalah kemandulan atau infertilitas, yang ditandai dengan jumlah sperma yang
sedikit atau kualitas sperma yang buruk. Komplikasi lainnya adalah kanker
testis. Risiko ini lebih besar dialami penderita kriptorkismus pada rongga
perut dibanding kriptorkismus yang terjadi di inguinal
canal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar